ILMU
SEJARAH
Makalah
ini dibuat untuk memenuhi tugas
Mata
kuliah Pengantar Ilmu Sosial
Disusun
oleh,
Kelompok
7 :
Achmad
Firman Firdaus
Danu
Alfarizi
Fajar
Putro
Nuhiyah
Zahrotul
Uyun
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN
PENDIDIKAN SEJARAH
UNIVERSITAS
SULTAN AGENG TIRTAYASA
2015
KATA
PENGANTAR
Assalamu”alaikum Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah karena telah
memberikan limpahan nikmat dan karuniaNya,
Sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan Makalah “Ilmu Sejarah” ini. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan pada junjungan kita Nabi
Agung Muhammad SAW yang kita nantikan syafa’atnya di yaumul akhir nanti.
Penyusunan
makalah ini di dasari pada tinjauan pustaka mengenai Pengertian dan
Ruang Lingkup Ilmu Sejarah,Metode dan Ilmu Bantu Sejarah, tujuan dan Kegunaan
Sejarah,Sejarah Perkembangan Sejarah, Hubungan Ilmu Sejarah dengan Ilmu Sosial
Lainnya, Menuju Rapproachement Sejarah dengan Ilmu Sosial lainnya,
Konsep-Konsep Sejarah, Generalisasi Sejarah dam Teori – Teori Sejarah. Makalah
ini disusun dalam rangka untuk menyelesaikan tugas Mata Kuliah Pengantar
Ilmu Sosial. Pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih kepada Ibu Eko Ribawati, M.Pd. selaku Dosen Mata Kuliah
PEngantar Ilmu Sosial dan semua pihak yang telah memberikan bantuannya
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Oleh karena itu, Kritik dan saran dari pembaca
sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Serang, 09 September 2015
Penyusun
|
i
Daftar Isi
Kata
Pengantar………………………………………..……………........................i
Daftar
Isi……………………………………………….…………………….…....ii
BAB I Pendahuluan
1.1
Latar
Belakang………………………………………..…………………...1
1.2
Rumusan
Masalah………………………………………………..…..…....1
1.3
Tujuan………………………………………………….……..……...……1
BAB II Pembahasan
1.1 Pengertian dan Ruang Lingkup Sejarah …………………………………..3
1.2 Metode dan bantu sejarah………………………………...………..……..14
1.3 Tujuan dan kegunaan sejarah……………………………………..….…..15
1.4 Sejarah perkembangan sejarah………………………………………..….15
1.5
Hubungan
ilmu sejarah dengan ilmu-ilmu sosial lainnya………………..18
1.6 Menuju Rapproachment sejarah dengan ilmu sosial lainnya………….....20
BAB III
Kesimpulan ……………………………..……………………………...21
DAFTAR PUSTAKA…………………………………….……………………...22
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Ilmu sosial (bahasa
Inggris: social science) atau ilmu
pengetahuan sosial (Inggris:social studies) adalah sekelompok disiplin
akademis yang mempelajari aspek-aspek yang berhubungan dengan manusia dan lingkungan sosialnya. Ilmu ini berbeda dengan seni dan humaniora karena menekankan penggunaan metode ilmiah dalam mempelajari manusia, termasuk metoda
kuantitatif, dan kualitatif. Istilah ini juga termasuk menggambarkan penelitian
dengan cakupan yang luas dalam berbagai lapangan meliputi perilaku, dan
interaksi manusia pada masa kini, dan masa lalu. Berbeda dengan ilmu sosial
secara umum, IPS tidak memusatkan diri pada satu topik secara mendalam
melainkan memberikan tinjauan yang luas terhadap masyarakat.
Sejarah merupakan salah satu cabang dari ilmu sossial yang
merupakan induk bagi ilmu sosial lain. Sejarah (bahasa Yunani: ἱστορία, historia,
yang berarti "penyelidikan, pengetahuan yang diperoleh melalui
penelitian") adalah studi
tentang masa lalu, khususnya bagaimana kaitannya dengan manusia.
Didalam makalah ini, akan dijelaskan lebih lanjut tentang
sejarah dan katiannya dengan ilmu sosial lain.
1.2
Rumusan Masalah
a.
Apa
pengertian dan ruang lingkup sejarah?
b.
Bagaimana
metode ilmu sejarah?
c.
Apa
tujuan dan kegunaan sejarah?
d.
Bagaimana
sejarah perkembangan sejarah?
e.
Bagaimana
hubungan ilmu sejarah dan ilmu sosial lainnya?
f.
Apa
saja konsep-konsep sejarah?
g.
Bagaimana
generalisasi sejarah?
h.
Apa
saja teori-teori sejarah?
1.3 Tujuan
a.
Untuk
mengetahui pengertian dan ruang lingkup sejarah?
b.
Untuk
mengetahui metode ilmu sejarah?
c.
Untuk
mengetahui tujuan dan kegunaan sejarah?
d.
Untuk
mengetahui sejarah perkembangan sejarah?
e.
Untuk
mengetahui hubungan ilmu sejarah dan ilmu sosial lainnya?
f.
Untuk
mengetahui konsep-konsep sejarah?
g.
Untuk
mengetahui generalisasi sejarah?
h.
Untuk
mengetahui saja teori-teori sejarah?
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian dan Ruang Lingkup Sejarah
Istilah sejarah berasal dari bahasa arab, yakni dari kata
syajaratun (dibaca syajarah), yang memiliki arti pohon kayu. Pengertian pohon
kayu disini adalah adanya suatu kejadian, perkembangan atau pertumbuhan tentang
suatu hal (peristiwa) dalam suatu kesinambungan (kontinuitas). Dengan demikian,
pengertian sejarah yang dipahami sekarang ini dari bahasa inggris, yakni
history yang bersumber dari bahasa yunani kuno historia (dibaca istoria) yang
berarti belajar dengan cara bertanya-tanya.
Setelah menelusuri arti sejarah yang dikaitkan dengan arti kata
syajarah dan dihubungkan pula dengan kata histori, bersumber dari kata historia
(bahasa yunani kuno) dapat disimpulkan bahwa arti kata sejarah sendiri, sekarng
ini memiliki makna sebagai cerita, atau kejadian yang benar-benar telah terjadi
pada masalalu. Yang jelas kata kuncinya bahwa sejarah merupakan suatu penggambaran atau pun
rekonstruksi pristiwa, kisah, maupun cerita, yang benar-benar telah terjadi
pada masa lalu
1)
Sejarah
sebagai peristiwa
Sebab kejadian yang tidak memiliki hubungan dengan kehidupan
masyarakat manusia bukanlah merupakan peristiwa sejarah karna itu, konsep siapa
yang menjadi subjek dan objek sejarah serta konsep waktu, keduanya menjadi
penting.
Pengertian sejarah sebagai peristiwa sebenarnya miliki makna yang
sangat luas dan beraneka ragam. Keluasan dan keanekaragaman tersebut sama
dengan luasnya kompleksitas kehidupan manusia.
Sejarah sebagai
peristiwa sering pula disebut sejarah sebagai kenyataan sejarah serba objektif
(Ismaun,1993:279). Artinya, peristiwa persitiwa tersebut benar benar terjadi
dan didukung oleh efidensi efidensi yang menguatkan, seperti saksi mata (witness)
yang dijadikan sumber sumber sejarah (historical sources), peninggalan
peninggalan (relics atau remains), dan catatan catatan (records)
(Lucey, 1984: 27).
Selain itu,
dapat pula peristiwa itu diketahui dari sumber-sumber yang bersifat lisan yang
disampaikan dari mulut ke mulut. Menurut Sjamsuddin (1996: 78), ada dua macam
sumber lisan oleh orang-orang yang diwawancarai oleh sejarawan. Kedua, tradisi
lisan (oral reminiscene), yaitu ingatan tangan pertama yang dituturkan
secara lisan oleh orang-orang yang diwawancarai oleh sejarawan. Kedua, tradisi
lisan (oral tradition), yaitu narasi dan deskripsi dari orang-orang dan
peristiwa-peristiwa pada masa lalu yang disampaikan dari mulut ke mulut selama
beberapa generasi. Apa pun bentuknya, peristiwa sejarah baru diketahui apabila
ada sumber yang sampai kepada sejarawan dan digunakan untuk menyusun peristiwa
berdasarkan sumber. Suatu cerita sejarah sangat tergantung oleh kemahiran
sejarawan itu sendiri dan kelengkapan sumber yang tersedia.
Disitulah
kemahiran atau kecakapan seorang sejarawan diuji kemampuannya. Menurut Wood
Gray (1964:9), untuk menyusun suatu cerita dan eksplanasi sejarah, setidaknya
ada 6 langkah penelitian :
a.
Memilih
1 topik yang sesuai
b.
Mengusut
semua evidensi (bukti yang relevan dengan topic)
c.
Membuat
catatan tentang itu, apa saja yang dianggap penting dan relevan dengan topik
yang ditemukan ketika penelitian sedang berlangsung (misalnya, dengan
menggunakan system card).
d.
Mengevaluasi
secara kritis semua evidensi yang telah dikumpulkan ( kritik sumber ).
e.
Menyusun
hasil-hasil penelitian (catatan fakta-fakta) ke dalam suatu pola yang benar dan
berarti, yaitu sistematika tertentu yang telah disiapkan sebelumnya.
f.
Menyajikan
dalam suatu cara yang dapat menarik perhatian dan mengomunikasikannya kepada
para pembaca sehingga dapat dimengerti sejelas mungkin.
1)
Sejarah
sebagai ilmu
Bury (Teggart, 1960:56) secara tegas menyatakan History Is Science;
no less, and no more. Sejarah itu adalah ilmu, tidak kurang dan tidak lebih.
Pernyataan ini mungkin tidak bermaksud untuk memberikan penjelasan batasan
tentang sesuatu konsep, melainkan hanya memberikan tingkat pengkategorian
sesuatu ilmu atau bukan. Penjelasan
tersebut jelas tidak memadai untuk memperoleh sesuatu pengertian. Definisi yang
cukup sederhana dan mudah dipahami diperoleh dari car (1985:30) yang menyatakn
bahwa history is a continous process of interaction between the historian
and his facts, and unending dialogue between the present and the past.
Daniel dan Banks (Sjamsudin, 1996:6) mengemukakan pengertian sejarah
dari segi materi sejarah yang di sajikan dalam objek penelitian. Daniel
berpendapat bahwa sejarah adalah kenangan pengalaman umat manusia. Sedangkan
Banks berpendapat bahwa semua kejadian di masa lalu adalah sejarah, sejarah
sebagai aktulitas. Selanjutnya, Banks mengatakan bahwa sejarah dapat membantu
untuk memahami prilaku manusia pada masa yang lampau, masa sekarang, dan masa
yang akan datang.
Gottchalk (1986:8) mengemukakan pendapat yang sedikit berbeda. Ia
menyatakan bahwa:
Sesungguhnya sejarahwan yang menulia tidak menarik, dalam hal itu
merupaka sejarahwan yang buruk. Secara professional ia wajib melukiskan
peristiwa-peristiwa yang paling menggairahkan daripada masa lampau dunia dan
menghirupkan kembali suasananya, di samping melukiskan peristiwa-peristiwa
biasa.
Sejarah di katagorikan sebagai ilmu karena dalam sejarah pun
memiliki “batang tubuh keilmuan” (the body of knowledge), metodologi
yang spesifik. Sejarahpun memiliki struktur keilmuan tersendiri, baik dalam
fakta, konsep, maupun generalisasinya (Banks, 1977: 211-219; Sjamsuddin,
1996:7-19). Kependudukan sejarah di dalam ilmu pengetahuan di golongkan ke
dalam beberapa kelompok.
a.
Ilmu
sosial, karena menjelaskan prilaku sosial. Oleh karena itu, pendidikan sejarah,
khususnya di lingkungan Lembanga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTP),
pendidikan sejarah termasuk pendidikan ilmu sosial, bukan pendidikan ilmu
bahasa dan sastra karena focus kajiannya
menyangkut proses-proses sosial (pengaruh timbal balikantara kehidupan aspek
sosial yang bersangkutan satu sama lain) beserta perubahan-perubahan sosial.
Itu sebabnya dalam pembelajaran sejarah kajian-kajiannya selalu dtuntut
pendekatan-pendekatan inter/multidisipliner karena tidak cukup dengan kajian
sejarah naratif dapat menjelaskan aspek-aspek sosial yang melingkupinya dapat
dieksplanasikan. Ditinjau dari usianya, sejarah termasuk ilmu sosial yang
tertua yang embrionya telah ada dalam bentuk-bentuk mitos dan tradisi-tradisi
dari manusia-manusia yang hidup paling sederhana (Gee, 1950: 36, Sjamsuddin,
1996:190).
b.
Seni
atau art. Sejarah digolongkan dalam sastra. Herodotus (484-525 SM) yang di
gelari sebagai “Bapak sejarah” beliaulah yang telah memulai sejarah itu
sebagai cerita (story telling), dan sejak itu sejarah telah di masukkan
ke dalam ilmu-ilmu kemanusiaan atau humaniora (Sjamsuddin, 1996: 189-190).
Sejarah di katagorikan sebagai ilmu humaniora, terutama karena dalam dalam
sejarah memelihara dan merekam warisan budaya serta menafsirkan makna
perkembangan umat manusia. Itulah sebabnya dalam tahap historiografi dan
eksplanasinya, sejarah memerlukan sentuhan-sentuhan estetika atau keindahan
(ismaun, 1993: 282-283).
2)
Sejarah
sebagai cerita
Sejarah dapat di simpulkan sebagai hasil rekonstrusi intelektual
dan imajinatif sejarawan tentang apa yang telah di pikirkan, di rasakan, atau
telah di perbuat, oleh manusia, baik sebagai individu maupun kelompok
bedasarkan atas rekaman-rekaman lisan, tertulis, atau peninggalan sebagai
pertanda kehadirannya di suatu tempat tertentu. Sejarah bagi sejarawan
merupakan wacana intelektual (intellectual discourse) yang tidak
berkesudahan.
Dilihat dari ruang lingkupnya, terutama pembagian sejarah secara
tematik, sejarah memiliki cakupan yang luas. Sjamsuddin dan Burke
mengelompokkannya dalam belasan jenis sejarah, sebagai berikut :
1. Sejarah Sosial
Pengertian sejarah sosial dibuat oleh Travelyn dalam bukunya English
Sosial History, A survey of Six Centuries (1942), ia mengemukakan bahwa
sejarah sosial asalah sejarah tanpa manusia politik, yang maksudkan dengan
sejarah sosial dapat didefinisikan secara negative sebagai sejarah dari
sekelompok masyarakat tanpa mengikutsertakan politiknya. Mengingat tanpa sejarah
sosial maka keberadaban sejarah akan gersang dan dangkal, untuk lebih jelasnya
ia sendiri menjelaskan.
Sejarah sosial tidak hanya menyediakan mata rantai yang dibutuhkan
antar sejarah ekonomi dan politik. Ruang lingkupnya dapat mencngkup kehidupan
sehari-hari penghuni sebuah kawasan di masa lampau, ini meliputi manusia dan
hubungan ekonomi dari berbagai kelas yang berbeda, ciri-ciri dari kehidupan
keluarga rumah tangga, kondisi ketanakerjaan dan aktivitas waktu luang, sikap
manusia terhadap alam, budaya dari
masing-masing zaman yang muncul dari kondisi-kondisi umum ini serta mengambil
bentuk dalam agama, literature, arsitektur, pembelajaran, dan pemikiran (Thame,
2000: 983).
Bagi sejarawan Amerika Robert J. Bezucha (1972: x), mengartikan
bahwa sejarah sosial itu adalah sejarah budaya yang mengkaji kehidupan
sehari-hari anggota-anggota masyarakat dari lapisan yang berbeda-beda dari
periode yang berbeda-beda. Selain itu, sejarah sosial merupakan sejarah dari
masalah-masalah sosial dan sejarah ekonomi lama. Kemudian, sejarawan Inggris
Hobsbawm (1972: 2) menyebut sejarah sosial mengkaji dari sejarah dari
orang-orang miskin atau kelas bawah; gerakan-gerakan sosial; berbagai kegiatan
manusia, seperti tingkah laku, adat istiadat, kehidupan sehari-hari; sejarah sosial
dalam hubungannya dengan sejarah ekonomi. Sedangkan dari sejarawan Prancis,
seperti Lucien Febre dan Marc Bloch yang merupakn tokoh penting dalam jurnal Ananales
d’historie, economique et sociale (1929) mengemukakan bahwa sejarawan
sosisl berhubungan dengan sejarah ekonomi.
Sedangkan di Indonesia, sejarah sosial di Indonesia mulai
berkembang tahun 1960-an ketika Sartono Kartodirdjo mempertahankan disertainya
yang berjudul Pemberontakan Petani Banten tahun 1888 (Sjamsuddin, 1996:
204).
2. Sejarah Ekonomi
Status sejarah ekonomi sebagai bidang studi tersendiri dikukuhkan
dengan di bentuknya Economic History
Society pada tahun 1926 dan jurnalnya Economic History Review terbit
(1927). Factor yang penting lainnya adalah di bentuknya National Beureu of Reserch pada tahun
1920.
Cliometri adalah sejarah
yang menggunakan hitungan-hitungan (kuantifikasi) statistic dan sebagainya
(Sjamsuddin, 1996: 210).
3. Sejarah Kebudayaan
Kartodirdjo (1992: 195), mengemukakan semua perwujudan, baik yang
berupa struktur maupun proses dari kegiatan manusia dalam dimensi ideasional,
etis, dan estetis adalah kebudayaan. Hal
itu sejalan dengan Sjamsuddin (1996: 213) yang mengemukakan semua bentuk
manifestasi keberadaan manusia berupa bukti atau saksi, seperti artifact (fakta
benda), mentifact (fakta mental-kejiwaan), dan socifact (fakta atau hubungan
sosial), termasuk dalam kebudayaan. Jadi, sejarah kebudayaan itu memang luas.
Hal itu berbeda dengan yang di ajarkan di tingkat sekolah, ruang lingkup
kebudayaan itu lebih berkisar pada arkeologi. Di dalamnya termasuk
peninggsln-peninggaln zaman Hindu-budha, Islam, pejajahan Belanda, serta Jepang
yang berkaitan dengan kepercayaan, seni bangunan, seni sastra, seni pahat dan
lain-lainya. Akan tetapi dalam pengertian sejarah kebudayaan baru tidak
sesempit itu. Aspek-aspek, seperti gaya hidup, etika, etiket pergaulan,
kehidupan keluarga sehari-hari, pendidikan, berbagia adat-istiadat, upacara
adat, siklus kehidupan, dan sebagainya (Kartodirdjo, 1992:195).
4. Sejarah Demografi
Penulisan sejarah geografi tersebut didasarkan atas data
kependudukan Inggris pada abad ke-16. Sebenarnya sejaraj pelaksanaan sensus
penduduk di dunia telah diadakan beberapa ribu tahun lalu, sesuai dengan
kerajaan Mesir Kuno, Persia<, Ibrani, Jepang kuno, danYunani kuno (Teuber,
2000:99). Mungkin sensus yang berkesinambungan tertua di Amerika Seriakat,
biasanya di lakukan sepuluh tahun sekali, terutama sejak tahun 1790 (Taeuber,
2000: 99). Perkembangan sekarang ini karena teknologi computer dan kemajuan
produser perumusan sampel pun menimbulkan perubahan-perubahan penting terhadap
praktik sensus. Kemajuan ini membuka peluang bagi dikembangkannya berbagai
jenis produser teknis, statis, dari data yang sama sehingga dapat menghasilkan
informasi-informasi yang jauh lebih lengkap dan bervariasi.
Dalam ekonomi masyarakatyang sudah maju, angka kematian dan
kelahiran cenderung menurun. Contohnya, Prancis menurun pada abad ke-18, begitu
pula Inggris dan beberapa Negara Eropa Tengah pada abad ke-19. Implikasi teori
ini bahwa perbaikan kesehatan umum tanpa industrialisasi akan menghasilkan
pertumbuhan penduduk yang luar bias, di mana industrialisasi yang kurang slebih
secara otomatis akan menstabilakn jumlah pendududuk (Sjamsuddin, 1996: 211).
5. Sejarah Politik
Dalam sejarah konvensional, sejarah politik memiliki kedudukan yang
dominan dalam historiografi Barat. Akibatya, timbul tradisi yang kokoh bahwa
sejarah konvensional adalah sejarah politik (Kartodirdjo, 1992:46).
Karakteristik utama dalam sejarah konvensional adalah bersifat
deskriptif-deskriptif, terutama sejarah makro yang mencakup proses pengalaman
kolektif di tingkat nasional maupun unit politik besar lainnya. Sebagai
karakteristik lainnya, dalam sejarah politik gaya lama tersebut, biasanya mengutamakan
diplomasi dan peranan tokoh tokoh besar srta pahlawan-pahlawan yang berpengaruh
besar.
Hal itu berbeda dengan “sejarah politik gaya baru” yang sifatnya
multimedimensional, di mana sejarah politik itu dibuat menarik, mengingat dalam
eksplanasinya lebih luas, mendalam, dan tidak terjebak dalam determinisme
historis (Kartodirdjo, 1992:49).cakrawala analisisnya lebih luas dan mendalam
karena yang di bahas, seperti struktur kekuasaan, kepemimpinan, para elite,
otoritas, buday politik, proses mobilitas, jaringan-jarinagan politik dalam
hubungannya dengan sistem dan proses-proses sosial, ekonomi, dan sebagainya.
Dengan demikian, aspek-aspek kehidupan yang saling berkaitan, seperti aspek
ekonomi dan politik maupun dengan aspek-aspek budaya saling ketergantunagnya
akan menunjukkan kompleksitas yang dapat dikembalikan kepada hubungan antara
dua spek secara isomorfik yang parsial. Di situlah keunggualan “sejarah politik
gaya baru”.
6. Sejarah Kebudayaan Rakyat
Yang di maksud rakyat dan populer di sisni menurut
sejarawan Richards (1988:126) maupun smith (1988:123) adalah kebudayaan
kelompok-kelompok dan kelas-kelas yang terpuruk,dikuasai dan diperintah (subordinasi). Kebudayaan rakyat atau massa
tersebut diekspresikan dalam selera-selera, kebiasaan, kepercayaan, sikap dan
tingkah laku, serta hiburan-hiburannya. Memiliki pertunjukan dalam bentuk
ritual, lagu-lagu rakyat,festifal rakyat, dan cara berbicara atau berbuat
tertentu. Kebudayaan rakyat yang masih eksis,seperti upacara-upacara ritual
sedekah laut (untuk masyarakat nelayan) atau sedekah bumi (untuk masyarakat
pedalaman).
7. Sejarah intelektual
Secara filosofis, hubungan sejarah intelektual lebih erat dengan
aliran fenomenologi. Dalam arti luas, fenomenologi mengkaji tentang
fenomena-fenomena atau apa saja yang tampak,berpusat pada analisis terhadap
gejala yang membanjiri kesadaran manusia (Bagus, 2000:234). Tidak semua bentuk
kesadaran meninggalkan bekas, baik dokumen maupun monumen. Contoh konkretnya
bahwa sejarawan dituntut untuk dapat merekam ideologi-ideologi politik
liberalisme, sosialisme, konservatisme, gagasan-gagasan tokoh Thomas Hobbes,
John Locke, J Rouseau, Hegel, dan sebagainya.
8. Sejarah keluarga
Sejarah
keluarga (family history) mulai muncul
pada tahun 1950-an, pada umumnya, orang yang berminat menelaah dalam sejarah
keluarga adalah mereka yang ingin
mencari pemahaman mengenai cikal bakal keluarganya sendiri. Federasi peminat
sejarah keluarga pun menerbitkan Newsletter setiap enam bulan sekali dengan
judul Family History News Digest.
Ada empat pendekatan pokok yang digunakan untuk mengkaji asal usul
keluarga,yaitu:
1. Dalam kajian
pendekatan psikohistori, menyajikan
perspektif yang jernih tentang motivasi,kesadaran dan kealpaan generasi lampau.
2. Dalam pendekatan demografi, lebih mementingkan data-data
perjuangan hidup masa lampau, Fokus mereka tertuju pada bentuk struktur rumah
tangga,usia pernikahan pertama,pola pengasuhan anak,dan pola kehidupan
sehari-hari.
3. Pendekatan sentimen keluarga, Mengemukakan tentang
perasaan-perasaan kedekatan hubungan keluarga yang bersifat akrab, hangat, dan
egaliter atau mungkin terbalik keadaannya.
4. Pendekatan ekonomi rumah tangga, lebih menekankan
penelahaan lingkungan mikroekonomi, pekerjaan,sampai hal-hal hubungan aspek
ekonomi dengan non ekonomi.
9. Sejarah etnis
Pada umumnya, sejarah etnis (ethnohistory) ditulis untuk merekontruksi sejarah dari
kelompok-kelompok etnis sejak sebelum datangnya bangsa eropa sampai dengan
interaksi mereka dengan orang-orang eropa. Sejarah etnis tersebut mulai
digunakan secara umum oleh pakar antropologi, arkelologi, dan sejarawan, sejak
tahun 1940-an (Sjamsuddin,1996:215) Contoh sejarah etnis adalah sejarah etnis Aztec, Maya, Aborigin, dan Maori, Sumber-sumber
yang mereka gunakan, selain dari bahan-bahan etnografis yang ditulis tentang
kelompok etnis-etnis tersebut, dari tradisi-tradisi lisan (oral traditions)
yang masih bertahan di antara kelompok etnis tersebut.
Seorang sejarawan harus pandai
menginterpretasikan keterangan-keterangan dari kesaksian-kesaksian lisan
mengenai masa lampau. Adapun ruang lingkup sejarah etnis ini mencakup
kajian-kajian yang meliputi aspek-aspek sosial, ekonomi, kebudayaan, kepercayaan
masyarakat, interaksi dalam lingkungan masyarakatatau kelompok, kekerabatan,
perubahan-perubahan sosial budaya, migrasi dan sebagainya.
10. Sejarah Psikologi dan psikologi
histori
Mungkin benar
tulisan peter burke dalam histoty and social teory yang menyebutkan bahwa
sampai sekarang ini peranan psikologi masih agak marjinal dalam histiografi,
dan alasannya banyak yang menyadarkan pada relasi psikologi dan sejarah namun dalam
perkembangan kaitannya, relasi psikologi dan sejarah tersebut terdapat dua
kejutan yang terjadi.
Kejutan pertama, tahun 1930-an
beberapa sejarawan terutama dua sejarawan perancis marc bloch dan Lucien febre
yang menyebar luaskan dan mencoba memperaktikkan apa yang mereka sebut dengan psikologi
sejarah yang berlandaskan psikologi. Sebenarnya, sejarah mentalitas ini pada
dasarnya menggunakan pendekatan aliran Durkheim terhadap ide-ide. Sejarah
mentalitas ini di kembangkan oleh pengikut Durkheim .
Pendekatan ini
menggunakan tiga bentuk pendekatan yaikni:
a.
Menekankan
sikap kolektif atau kelompok dari pada individu
b.
Fokusnya
pada asumsi-asumsi tersirsat dari pada teori-teori eksplisif terutama pada akal
sehat, dan
c.
Orientasinya
pada struktur system keyakinan dan perhatian terhadpa katagori-katagori dalam
menafsirkan pengalaman.
Kejutan kedua,
terjadi di Amerika Serikat pada dasawarasa 1950-an beredar istilah baru yang
menyebutya suatu pendekatan baru yang mengasikkan yakni psiko sejarah.
Pengkajian terhadap Luther Muda yang di lakukan oleh Erik-Erikson dengan psiko
analisis menimbulkan berdebatan. Sementara itu, tiba-tiba ketua Asosiasi
Sejarawan Amerika, Langer yang merupakan negarawan yang di segani pun membuat
kejutan denagn mengatakan tugas yang menunggu para sejarawan adalah mengadopsi
psikologi sejarah lebih serius di banding dengan masa-masa sebelumnya sejak
saat itu, di terbitkanlah jurnal-jurnal psiko sejarah dan para pemimpin besar,
seperti Trocsky, Gandhi, serta Hitler di kaji dalam sudut pandang psiko
sejarah.
11. Sejarah Pendidikan
Di
Negara-negara barat (Amerika dan Eropa) perhatian pendidikan telah begitu
tampak sejak abad ke-19, terutama sekali untuk membangkitkan kesadaran bangsa
dan kesatuan budaya, pengembangan profesi guru, atau kebangaan terhadap
lembaga-lembaga dan tipe pendidikan tertentu.
Sejarah
pendidikan itu memiliki subtansi yang luas, baik yang menyangkut tradisi dan
pemikiran-pemikiran berharga dari para pemimpin besar pendidikan. Pada
hakikatnya, usia sejarah pendidikan sama tuanya dengan sejarah pada umumnya.
12. Sejarah Medis
Penulisan
sejarah medis di latar belakangi oleh kebutuhan para dokter yang menyadari
pentingnya pemahaman tradisi-tradisi pengobatan yang berbeda pada masa lalu
pada kahir abad ke-19 di Jerman, sejarah kedokteran berkembang pesat berkat
dorongan para dokter dan filolog bahkan Sigeris berjasa membentuk sosok
tersendiri dari studi sejarah kedokteran tersebut yang sebelumnya hanya di
anggap salah- satu cabang sejarah. Pada tahun 1950-an sejarah kedokteran sudah
di ajarkan di berbagai fakulta kedokteran di Amerika Serikat, Jerman, Spanyol,
dan beberapa Negara lainnya. Prinsip dasarnya yang menyebabkan perlu di ajarkan
bidng tersebut adalah Whighism, istilah Herbert Batterfield yang artinya
memungkinkan terungkapnya berbagai kesalahan, dan menempatkan ilmu pengetahuan
di atas keyakinan tahayul.
2.2 Metode dan bantu
sejarah
Menggambarkan
permasalahan atau pernyataan untuk di selidiki mencari sumber fakta historis,
meringkas dan mengefaluasi sumber-sumber historis dan menyajikan fakta-fakta
yang bersangkuta dalam suatu kerangka interpretative. Secara sederhana, Ismaun
mengemukakan bahwa dalam metode sejarah meliputi (1) heuristic (pengumpulan
sumber-sumber); (2) kritik atau analisis sumber (eksternal dan enternal); (3)
interpretasi; (4) histiografi (penulisan sejarah).
2.3
Tujuan dan kegunaan sejarah
Sejak zaman
klasik para penulis sudah banyak memberikan penegakkan bahwa sejarah selalu
memiliki use value bagi kehidupan manusia. Polybius mengatakan bahwa sejarah
adalah philosophy teaching by example. Ia pun mengemukakan bahwa semua orang
memiliki cara untuk menjadi baik, yaitu berasal dari pengalaman dirinya sendiri
dan berasal dari pengalaman orang lain.
Cicero (106-43
SM) mengemukakan bahwa sejarah adalah cahaya kebenaran, saksi waktu, guru
kehidupan atau historia magistra vitae (sejarah adalah guru kehidupan) maupun
prima esse historiae legem ne quid falsi dicere audeat, ne quid very non audeat
(hokum pertam dalam sejarah ialah takut mengatakan kebohongan, hokum berikutnya
tidak takut mengatakan kebenaran).
Secara rinci
dan sistematis, Notosusanto mengidentifikasikan empat jenis kegunaan sejarah,
yakni fungsi edukatif, fungsi inspiratif, fungsi instruktif, fungsi rekreasi.
2.4
Sejarah perkembangan sejarah
Sejarah
merupakan salah satu disiplin ilmu tertua. Pada abad ke-17 dan ke-18 sejarah
mulai secara frmal diajarkan di universitas –universitas di Eropa mulai dari
Oxford University hingga Gottingen. Diilhami oleh karya Leovold von Ronke, para
sejarawan mulai meninggalkan paradigma sejarah klasik yang telah lama
dipraktikan oleh sebagian besar sejarawan sejak abad 18. Mereka memulai
memusatkan perhatian pada pemaparan narasi-narasi peristiwa politik yang
terutama didasarkan pada dokumen-dokumen resmi.
Embrio lahirnya
ilmu sejarah dapat ditarik dalam sejarah historiografi eropa yang akan dilihat
sebagai gejala terikat oleh waktu dan terikat pula oleh kebudayaan pada
zamannya walaupun sejarah mesir jauh lebih tua (4000 SM) namun karena orang
mesir tidak menulis ilmu sejarah realitas tersebut tidak memperkuat pendapat
mesir sebagai lahirnya ilmu sejarah yang pertama.
Tulisan-tulisan
sejarah di eropa pertama kali muncul dalam bentuk puisi, yaitu homerus (homer)
dengan karyanya iliad dan odyssey.
Penuli sejarah
yunani yang terkenal adalah Herodotus, Thucydides, dan Polybius. Herodotus
menulis karyanya yang berjudul history of the Persian wars. Lain halnya dengan
Thucydides yang menulis tentang the Peloponnesian war. Begitupun Polybius,
Polybius lebih dikenal sebagai penulis yang mengkaji tentang perpindahan
kekuasaan dari tangan Yunani ke Romawi.
Historiografi
Romawi pada mulanya masih menggunakan bahasa Yunani, baru kemudian memakai
bahasa latin, kemudian pada zaman Kristen awal, seperti tulisan Agustine yang
berjudul The City of God adalah filsafat sejarah Kristen yang bertumpu pada
agama dan supernaturalisme yang tidak dapat dipisahkan, sedangkan pada zaman
Kristen pertengahan, terdapat beberapa nama yang mengisahkan terbentuknya
kebudayaan anglo-saxon.
Berbeda dengan
tulisan-tulisan pada zaman raenaissance yang melihat semangat pangan dan
kebudayaan klasik yunani romawi sebagai model, dimana teologi tidak lagi
menjadi focus kajian.
Pada zaman
rasionalisme dan pencerahan, sejarawan rene decartes dari prancis, francis
bacon dari inggris, dan baruch Spinoza dari belanda, mereka banyak memengaruhi
historiografi abad ke 18.
Herder percaya
bahwa kemajuan sejarah itu tercapai berkat kerjasama antara factor eksternal
dan semangat yang subjektif. Setiap peradaban itu muncul, berkembang, dan
menghilang melalui hukum alam tentang perkembangan.
Hal pertama
yang perlu dicatat adalah beragamnya nama mengenai materi kajian atau
disiplin-disiplin ilmu yang muncul sepanjang abad ke 19 secara periodic, ilmu
sejarah memang sudah berlangsng sejak lama dan terminology sejarah pun sudah
amat tua, khususnya sejak zaman yunani kuno.
Para sejarawan,
seperti robinson, becker, lands, dan tilly yang mendesak perlunya the new
history sebagai pengaruh pesatnya perkembangan ilmu-ilmu sosial, karena
perkembangan metodologi sejarah ini erat kaitannya dengan usaha-usaha saling
mendekat antara sejarah dan ilmu-ilmu sosial. Oleh karena itu, penggunaan
ilmu-ilmu sosial adalah wajar bahkan perlu dilakukan guna menambah kejelasan.
Jika disimak lebih lanjut, kurun waktu 1950-an tampaknya merupakan titik balik
historiografi. Dalam hal ini, ilmu sejarah ekonomi baru, sebagaimana ilmu
ekonomi semakin ambisius dan mengejar tujuannya, hal itu acap kali dijadikan
model oleh cabang sejarah lain.
Microstroria
atau sejarah mikro dapat didefinisikan sebagai usaha mempelajari masa lalu pada
level komunitas kecil, baik itu berupa sebuah desa, keluarga, maupun individu.
Para ahli
sejarah tradisional melihatnya sebagai semacam antikuarianisme dan pengingkaran
terhadap kewajiban para sejarawan untuk menjelaskna bagaimana dunia modern ini
terbentuk. Oleh karena itu, sejarah mikro dibela oleh salah seorang praktisi
utamanya geofani levi yang menegaskan bahwa reduksi skala justru telah
menyingkap fakta, betapa aturan-aturan politik dan sosial acap kali tidak
berfungsi dan betapa individu-individu dapat menciptakan ruang untuk diri
sendiri di tengah-tengah persilangan berbagai institusi yang ada.
2.5
Hubungan ilmu sejarah dengan ilmu-ilmu sosial lainnya
1.
Hubungan
sejarah dengan sosiologi
Para
sosiologiwan yang menganalisis persyaratan pembangunan pertanian dan industry
di Negara-negara yang disebut Negara berkembang memperoleh kesan yang mereka
kaji adalah tentang perubahan dari waktu ke waktu dengan kata lain sejarah.
Disatu
pihak, sekarang ini pun sedang terjadi apa yang disebut sosiological history
yang menunjuk kepada sejarah yang disusun oleh sejarawan dengan pendekatan
sosiologis.
Akhir-akhir
ini sedang terjadi apa yang disebut sebagai gejala rapprochement atau proses
saling mendekat antara ilmu sejarah dan ilmu-ilmu sosial
2.
Hubungan
sejarah dengan antropologi
Hubungan
ini dapa t dilihat karena kedua disiplin ini memiliki persamaan yang
menempatkan manusia sebagai subjek dan objek kajiannya, lazimnya mencakup
dimensi kehidupan. Dengan demikian, di samping memiliki titik perbedaan, kedua
disiplin itu pun memiliki persamaan. Penggambaran sejarah menampilkan suatu
masyarakat di masa lampau dengan berbagai aspek kehidupan, termasuk ekonomi,
politik, religi, dan keseniannya maka gambaran tersebut mencakup unsur-unsur
kebudayaan masyarakat. Dalam hal itu ada persamaan bahkan tumpang-tindih antara
sejarah dan antropologi.
3.
Hubungan
Antropologi Budaya dengan Sejarah
Hal
ini dapat dipahami, mengingat ti perhatian para sejarawan, sosiologiwan,
mengkritisi sastra, dan lain-lain. Perhatian semakin dicurahkan kepada
kebudayaan popular, yakni sikap-sikap dan nilai-nilai masyarakat awam serta
pengungkapannya ke dalam kesenian rakyat, lagu-lagu rakyat, cerita rakyat,
festival rakyat, dan lain-lain (Burke, 1978; Yeo dan Yeo, 1981). Kedua,
mengingat semakin luasnya makna kebudayaan semakin meningkat pula kecenderungan
untuk menganggap kebudayaan sebagai sesuatu yang aktif, bukan pasif.
4.
Hubungan
Sejarah dengan Psikologi
Dalam
berbagai aktivitas kolektif, sejarah sangat mencolok. Disitulah peran psikologi
untuk mengungkaap beberapa factor tersembunyi sebagai bagian dari proses
mental. Sampai sejauh ini, peranan psikologi dengan sejarah masih agak
marginal. Alasannya terletak pada relasi antara psikologi dan ilmu sejarah.
5.
Hubungan
sejarah dengan geografi
Hubungan
ini dapat dilihat dari suatu aksioma bahwa setiap sejarah senantiasa memiliki
lingkup temporal dan spasial (waktu dan ruang), dimana keduanya merupakan
factor yang membatasi fenomena sejarah tertentu sebagai unit kesatuan.
Peranan
spasial dalam georgrafi distrukturasi berdasarkan fungsi-fungsi yang dijalankan
menurut tujuan atau kepentingan manusia
selaku pemakai. dengan demikian, peranan menjadi kesaksian struktur
dalam kaitannya dengan periode-periode waktu. Disini hungungan sejarah dengan
geografi tidak dapat dipisahkan.
6.
Hubungan
sejarah dengan Ilmu Ekonomi
Sejarah
ekonomi sejak abad ke 20 semakin menonjol. Terutama setelah proses modernisasi
dimana hamper semua bangsa di dunia lebih memfokuskan pembangunan ekonomi.
7.
Hubungan
sejarah dengan ilmu politik
Politik
adalah sejarah masa kini, dan sejarah adalah politik masa lampau. Dalam hal
ini, menunjukkan bahwa sejarah sering diidentikkan dengan politik, sejauh
keduanya menunjukkan proses yang mencakup keterlibatan para actor dalam
interaksinya serta peranannya dalam usaha memperoleh apa , kapan, dan
bagaimana.
2.6
Menuju Rapproachment sejarah
dengan ilmu sosial lainnya.
Suatu perkembangan yang angat
menarik dalam ilmu sejarah adalah berbagai arah perkembangan studi sejarah
telah timbul pada abad ke 20 yang menimbulkan kecenderungan baru dalam
metodologi sejarah. Namun, perlu pula disadari bahwa konsep tentang sejarah
pada umumnya berlaku profesi sejarah dewasa ini, sesungguhnya merupakan hasil
dari herodotos dan para sejarawan lainnya.
Secara rinci Kartodhirjo,
mengemukakan sebab-sebab rapproachment atau proses saling mendekatnya antara
ilmu sejarah dengan ilmu sosial lainnya disebabkan oleh beberapa factor, antara
lain:
1.
Sejarah
deskriptif-naratif sudah tidak memuaskan lagi untuk menjelaskan berbagai
masalah atau gejala yang serba kompleks. Karena objek yang demikian memuat
berbagai aspeka atau dimensi permasalahan. Maka konsekuaensi logis ialah
pendekatan yang mampu mengungkapkannya;
2.
Pendekatan
multidimensional, atau social siencetific adalah yang tepat untuk dipergunakan
sebagai cara menggarap permasalahan atau gejala diatas;
3.
Ilmu-ilmu
sosial telah mengalami perkembangan pesat sehingga dapat menyediakan teori dan
konsep yang merupakan alat analitis yang relevan sekali untuk keperluan
analitis histiros.
4.
Lagipula,
studi sejarah tidak terbatas pada pengakajian hal-hal informative tentang apa,
siapa, kapan, dimana, dan bagaimana, tetapi untuk melacak berbagai struktur
masyarakat, pola kelakukan, kecenderungan proses, dalam berbagai bidang, dan
lain-lain. Kesemuanya itu menuntut adanya alat analtis yang tajam dan mampu
mengektrapolasikan fakta, usur, pola, dan sebagainya.
BAB III
KESIMPULAN
Istilah sejarah berasal dari bahasa arab, yakni dari kata
syajaratun (dibaca syajarah), yang memiliki arti pohon kayu. Setelah menelusuri
arti sejarah yang dikaitkan dengan arti kata syajarah dan dihubungkan pula
dengan kata histori, bersumber dari kata historia (bahasa yunani kuno) dapat
disimpulkan bahwa arti kata sejarah sendiri, sekarng ini memiliki makna sebagai
cerita, atau kejadian yang benar-benar telah terjadi pada masalalu. Yang jelas
kata kuncinya bahwa sejarah merupakan suatu
penggambaran atau pun rekonstruksi pristiwa, kisah, maupun cerita, yang
benar-benar telah terjadi pada masalalu
Sejarah sebagai peristiwa sering pula disebut sejarah sebagai
kenyataan sejarah serba objektif. Sejarah itu adalah ilmu,tidak kurang dan tidak lebih.pernyataan ini
mungkin tidak bermaksud untuk memberikan penjelasan batasan tentang sesuatu
konsep,melainkan hanya memberikan tingkat pengkategorian sesuatu ilmu atau
bukan. Sejarah dapat di simpulkan sebagai hasil rekonstrusi intelektual dan
imajinatif sejarawan tentang apa yang telah di pikirkan, di rasakan, atau telah
di perbuat, oleh manusia, baik sebagai individu maupun kelompok bedasrkan atas
rekaman-rekaman lisan, tertulis, atau peninggalan sebagai pertanda kehadirannya
di suatu tempat tertentu.
Sejarah berkaitan erat dengan ilmu
sosial yang lain, bahkan menjadi induk bagi ilmu-ilmu tersebut.
Daftar Pustaka
Suparman,
Dadang., Pengantar Ilmu Sejarah, Jakarta: Bumi Aksara, 2009.
https://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar