Kamis, 26 November 2015

KERAJAAN – KERAJAAN HINDU-BUDDHA DI SUMATERA



KERAJAAN – KERAJAAN
HINDU-BUDDHA DI SUMATERA
Makalah
Disusun untuk memenuhi  tugas matakuliah Sejarah Indonesia Kuno
Dosen pengampu : Rikza Fauzan, M.Pd





Disusun oleh :

Kelompok 2
1.     Eneng Sunariah
2.     Nuhiyah
3.     Samsudin
4.     Umi Rahayu



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2015







KATA  PENGANTAR

Pertama-tama penulis menghaturkan Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan segala Rahmat dan Karunia-Nya  sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “ Kerajaan – kerajaan Hindu-Buddha di Sumatera” dengan baik.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah bertujuan untuk
 Penyelesaian makalah ini bukan tanpa mengalami hambatan, tetapi berkat  kerja keras dan ketekunan serta dorongan dan Do’a, serta kerja sama dari kelompok kami, maka Penulis dapat mengatasi segala masalah. Oleh karena itu Penulis  mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1.     Dosen mata kuliah Pendidikan Pengantar Ilmu Sosial, Bapak Rikza Fauzan S.Pd., M.Pd yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk menyelesaikan tugas dalam bentuk makalah ini.
2.    Teman-teman satu jurusan Pendidikan Sejarah yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu persatu, yang sudah memberikan dorongannya untuk menyelesaikan makalah ini.
Semoga perhatian dan dorongan kalian mendapatkan balasan setimpal dari Tuhan Yang Maha Pengasih, Amin. Akhir kata dari kelompok kami mengucapkan terima kasih  kepada dosen mata kuliah dan teman – teman jurusan Pendidikan Sejarah, semoga tulisan ini dapat  menambah wawasan dan meningkatkan pengetahuan.
Serang, 12 September 2015



Penyusun
i


DAFTAR ISI
Kata Pengantar……………………………………………………………..........................i
Daftar Isi………………………………………………………………………………..….ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang................................................................................................................ 1
1.2  Rumusan Masalah.......................................................................................................... 1
1.3  Tujuan............................................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1  Kerajaan Kuntala............................................................................................................ 2
2.2  Kerajaan Sriwijaya.......................................................................................................... 3
2.3  Kerajaan Melayu............................................................................................................ 7
BAB III Kesimpulan......................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................... 11



BAB I
PENDAHULUAN
1.1     Latar Belakang
Indonesia mulai berkembang pada zaman kerajaan Hindu-Buddha berkat hubungan dagang dengan negara-negara tetangga maupun yang lebih jauh seperti India, Tiongkok, dan wilayah Timur Tengah. Agama Hindu masuk ke Indonesia diperkirakan pada awal tarikh Masehi, dibawa oleh para musafir dari India antara lain: Maha Resi Agastya, yang di Jawa terkenal dengan sebutan Batara Guru atau Dwipayana dan juga para musafir dari Tiongkok yakni musafir Budha Pahyien.
Sumatera atau Sumatra adalah pulau keenam terbesar di dunia yang terletak di Indonesia, dengan luas 443.065,8 km2. Penduduk pulau ini sekitar 52.210.926 (sensus 2010). Pulau ini dikenal pula dengan nama lain yaitu Pulau Percha, Andalas, atau Suwarnadwipa (bahasa Sanskerta, berarti "pulau emas"). Kemudian pada Prasasti Padang Roco tahun 1286 dipahatkan swarnnabhūmi (bahasa Sanskerta, berarti "tanah emas") dan bhūmi mālayu ("Tanah Melayu") untuk menyebut pulau ini. Selanjutnya dalam naskah Negarakertagama dari abad ke-14 juga kembali menyebut "Bumi Malayu" (Melayu) untuk pulau ini.
Ada beberapa Kerajaan Hindu – Buddha di Sumatera yang berkembang dan berperan penting dalam Sejarah Indonesia, Yakni Kerajaan Kuntala, Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Melayu.
1.2  Rumusan Masalah
a.       Apa saja kerajaan – kerjaaan Hindu-budha di Sumatera?
b.      Bagaimana Sejarah kerajaan hindu-buddha di sumatera?
1.3  Tujuan
a.       Mengetahui Kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Sumatera
b.      Mengetahui Sejarah Kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Sumatera
BAB II
PEMBAHASAN
2.1   Kerajaan Kuntala
Kerajaan Kuntala merupakan kerajaan yang belum dapat diidentifikasi lokasi keberadaannya. Mayoritas sejarawan berpendapat, Kuntala terdapat di pantai timur Sumatera di sekitar Jambi sekarang. Kerajaan ini muncul pada abad ke-5 - 6 Masehi, dimana hal ini merujuk dari sumber Cina, yang menyatakan bahwa Kuntala telah berkali-kali mengirim utusan mulai tahun 441 – 563 Masehi. Pada abad ke-7 kerajaan ini menghilang, mungkin dikarenakan munculnya dua kerajaan lain di pantai timur Sumatera yakni; Melayu (Jambi) dan Sriwijaya (Palembang).
Kerajaan Kuntala diperkirakan berdiri sejak abad ke 5 Masehi. Terbentuknya kerajaan ini oleh ahli – ahli sejarah dinyatakan sebagai akibat pendangkalan yang terjadi di Teluk Wen.  Sementara itu Negeri Ko-ying sebagai penguasa Teluk Wen  terpaksa memindahkan pelabuhan dagang dari Teluk Wen ke daerah pantai timur sekitar Kuala Tungkal.
Dalam perkembangannya, Negeri Ko-ying melepaskan daerah pantai timur, hal itu mendorong terbentuknya pemerintahan baru yang disebut Kerajaan Kantoli. Prof. Slamet Mulyana dalam buku yang berjudul ”Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara – Negara Islam di Nusantara” (LKIS Yogyakarta, 2005) menyatakan bahwa di muara sungai Tembesi ada sebuah kerajaan bernama Kuntala yang mengirim utusannya ke negeri Cina di tahun 455, 502, 519, dan 563.
Prof. Slamet Mulyana berkesimpulan toponim Kan-to-li sama dengan Kuntala atau Tungkal dan keberadaannya terdapat di pedalaman sungai Tungkal antara Jambi dengan Palembang. Dalam Kitab Tiongkok kuno yang disalin oleh Groenevelt ke dalam bahasa Inggris bahwa kerajaan Kantoli atau Kuntala telah mengirim utusannya yang pertama ke Cina pada tahun 454-464. Raja yang mengirim utusan itu bernama Sri Varanarendra sedangkan utusannya bernama Rudra berasal dari India. Pada tahun 502 kerajaan Kantoli dipimpin oleh Gautama Subhadra ia adalah putera dari Pyravarman Vinylavarman yang mengirim utusan ke Cina tahun 519.
Di bidang perekonomian kerajaan Kantoli sangat bergantung pada ekspor hasil hutan karena letaknya berada di pulau Sumatera dan memiliki hasil hutan yang melimpah ruah serta sangat laku di pasaran.
Kerajaan ini mulai menunjukkan tanda – tanda kemunduran akibat serangan dari Cina, tetapi pihak kerajaan Cina tidak secara langsung menguasai kerajaan Kuntala. Penguasa Cina hanya membentuk sebuah pemerintahan otonomi di Kuntala, sehingga pihak kerajaan masih dapat mengekspor kembali hasil hutan mereka. Namun hasil dari keuntungan itu digunakan oleh para bangsawan di kerajaan Kuntala untuk berfoya – foya. Sementara hasil komoditi ekspor hutan semakin kurang laku di pasaran. Akibatnya lambat laun kerajaan Kuntala mengalami kemunduran.

2.2              Kerajaan Sriwijaya

1.        Kehidupan Politik
Sumber-sumber sejarah yang dapat digunakan untuk mengetahui
kerajaan Sriwijaya adalah sebagai berikut.
A.    Berita-berita dari Cina, India, Malaka, Ceylon, Arab dan Parsi.
B.     Prasasti-prasasti (enam di Sumatra Selatan dan satu di Pulau Bangka).
1)        Prasasti Kedukan Bukit (605S/683M) di Palembang. Isinya:
Dapunta Hyang mengadakan ekspansi 8 hari dengan membawa 20.000 tentara, kemudian berhasil menaklukkan dan menguasai beberapa daerah. Dengan kemenangan itu Sriwijaya menjadi makmur.
2)        Prasasti Talang Tuo (606 S/684M di sebelah barat Palembang. Isinya
tentang pembuatan sebuah Taman Sriksetra oleh Dapunta Hyang Sri Jayanaga untuk kemakmuran semua makhluk.
3)        Prasasti Kota Kapur (608 S/686 M) di Bangka.
4)        Prasasti Karang Birahi (608 S/686 M) di Jambi. Keduanya berisipermohonan kepada Dewa untuk keselamatan rakyat dan kerajaan Sriwijaya.
5)        Prasasti Talang Batu (tidak berangka tahun) di Palembang. Isinya kutukan-kutukan terhadap mereka yang melakukan kejahatan dan melanggar perintah raja.
6)        Prasasti Palas di Pasemah, Lampung Selatan. Isinya Lampung Selatan telah diduduki oleh Sriwijaya.
7)        Prasasti Ligor (679 S/775 M) di tanah genting Kra. Isinya Sriwijaya diperintah oleh Darmaseta.
Menurut sumber berita Cina yang ditulis oleh I-tsing dinyatakan bahwa Kerajaan Sriwijaya berdiri pada abad ke-7 M.  Berdasarkan prasasti Ligor, pusat pemerintahan Sriwijaya di Muara Takus, yang kemudian dipindahkan ke Palembang. Kerajaan Sriwijaya kemudian muncul sebagai kerajaan besar di Asia Tenggara. Perluasan wilayah dilakukan dengan menguasai Tulang Bawang (Lampung), Kedah, Pulau Bangka, Jambi, Tanah Genting Kra dan Jawa (Kaling dan Mataram Kuno). Dengan demikian Kerajaan Sriwijaya bukan lagi merupakan kerajaan senusa (negara yang berkuasa atas satu pulau saja) melainkan merupakan negara antarnusa (negara yang berkuasa atas beberapa pulau), sehingga Sriwijaya merupakan negara kesatuan pertama di Indonesia.
Kerajaan Sriwijaya mencapai puncak kejayaannya pada masa Balaputra Dewa. Raja ini mengadakan hubungan persahabatan dengan Raja Dewapala Dewa dari India. Dalam Prasasti Nelanda disebutkan bahwa Raja Dewapala Dewa menghadiahkan sebidang tanah untuk mendirikan sebuah biara untuk para pendeta Sriwijaya yang belajar agama Buddha di India. Selain itu dalam Prasasti Nelanda juga disebutkan bahwa adanya silsilah raja Balaputra Dewa dan dengan tegas menunjukkan bahwa raja Syailendra (Darrarindra) merupakan nenek moyangnya.

2.      Kehidupan Sosial Ekonomi
Letak Sriwijaya sangat strategis di jalur perdagangan antara India-Cina. Di
samping itu juga berhasil menguasai Selat Malaka yang merupakan urat nadi perdagangan di Asia Tenggara, menjadikan Sriwijaya berhasil menguasai perdagangan nasional dan internasional. Penguasaan Sriwijaya atas Selat Malaka mempunyai arti penting terhadap perkembangan Sriwijaya sebagai Negara.
Faktor yang mendorong Sriwijaya menjadi kerajaan besar adalah:
a) Letak strategis di jalur perdagangan.
b) Kemajuan pelayaran dan perdagangan antara Cina dan India melalui Asia Tenggara.
c) Runtuhnya kerajaan Funan di Indo-Cina, yang memberi kesempatan Sriwijaya berkembang sebagai negara maritim menggantikan Funan.
d) Sriwijaya mempunyai kemampuan untuk melindungi pelayaran dan perdagangan di perairan Asia Tenggara dan memaksa singgah di pelabuhannya. Perkembangan Negara Tradisional di Indonesia 7 Berpikir Kritis maritim, sebab banyak kapal-kapal asing yang singgah untuk menambah air minum, perbekalan makanan dan melakukan aktivitas perdagangan. Sriwijaya sebagai pusat perdagangan akan mendapatkan keuntungan yang besar dan akan berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat yang hidup dari pelayaran dan perdagangan.

3.      Kehidupan Keagamaan
Dalam bidang agama, Kerajaan Sriwijaya menjadi pusat agama Buddha yang penting di Asia Tenggara dan Asia Timur. Agama Buddha yang berkembang di Sriwijaya ialah Agama Buddha Mahayana, salah satu tokohnya ialah Dharmakirti.
Para peziarah agama Buddha dalam pelayaran ke India ada yang singgah dan tinggal di Sriwijaya. Di antaranya ialah I'tsing. Sebelum menuju ke India ia mempersiapkan diri dengan mempelajari bahasa Sanskerta selama 6 bulan (672); setelah pulang dari India ia tinggal selama 4 tahun (681-685) untuk menerjemahkan agama Buddha dari bahasa Sanskerta ke bahasa Cina. Di samping itu juga ada pendeta dari Tibet, yang bernama Atica yang datang dan tinggal di Sriwijaya selama 11 tahun (1011-1023) dalam rangka belajar agama Buddha dari seorang guru besar Dharmakirti.

4.       Kehidupan sosial budaya
Salah satu kebesaran kerajaan sriwijaya adalah kedudukannya sebagai pusat pendidikan pengembangan agama budha dikawasan asia tenggara. Kedudukan ini memengaruhi kehidupan sosial masyarakatnya bahkan, menurut i-tsing pada abad ke VIII M dikerajaan sriwijaya terdapat 1000 orang pendeta yang belajar dibawah bimbingan sakyakirti. Menurut prasasti naladabanyak pemuda pemudi dikerajaan sriwijaya yang pergi ke India untuk belajar agama budha.
Kemajuan dalam bidang politik, ekonomi, dan sosial dikerajaan sriwijaya diikuti pula dengan kemajuan dalam bidang kebudayaan. Semakin ramainya aktivitas perdagangan dan terbukanya sikap masyarakat sriwijaya terhadap pengaruh asing telah mendorong kemajuan dalam bidang kebudayaan.
Masyarakat sriwijaya bisa berkomunikasi dan bergaul dengan berbagai bangsa yang singgah dipelabuhan-pelabuhan dagang di sriwjaya. Meskipun mereka menggunakan bahasa melayu sebagai bahasa pengantar, mereka juga menadopsi budaya india seperti penggunaan nama-nama India, adat istiadat, serta tradisi dalam agama budha. Bukti kemajuan budaya dikerajaan sriwijaya dapat diketahui melalui peninggalan-peninggalan suci, seperti stupa, candi, patung atau arca budha.
5.      Penyebab kemunduran Sriwijaya sebagai berikut:
A.           Berukang kali diserang oleh kerajaan colamandala dari India.
B.            Kerajaan taklukan sriwijaya banyak yang melepaskan diri dari kekuasaannya, misalnya ligor, tanah kra, kelantan, jambi, dan sunda.
C.            Terdesak oleh perkembangan kerajaan di Thailand yag meluaskan pengaruhnya kearah selatan (semenanjung malaya).
D.           Terdesak pengaruh kerajaan singasari yang menjalin hubungan dengan kerajaan melayu (Jambi).
E.            Mundurnya perekonomian dan perdagangan sriwijaya karna bandar-bandar pentingnya sudah melepaskan diri dari sriwijaya.
F.             Kemungkinan juga tidak ada tokoh yang cakap dan berwibawa untuk memimpin kerajaan.

2.3     Kerajaan Melayu
Kerajaan melayu berdiri pada abad ke VII sampai XIV Masehi. Kerajaan merupakan salah satu kerajaan dipulau sumatera. Menurut i-tsing, letak pusat kerajaan melayu berada diantara sriwijaya dan kedah. Kerajaan ini lebih dahulu berdiri dari pada kerajaan sriwijaya. Kehidupan kerajaan melayu dapat dipelajari dari beberapa sumber antara lain, catatan perjalanan i-tsing, catatan perjalanan marcopolo, prasasti tandjore, prasasti padangroco, dan kitab nagara kertagama.
a.       Kehidupan politik dan pemerintahan
Menurut buku Indonesia dalam arus sejarah jilid 2 : kerajaan hindu budha (2012 halaman 133, raja pertama yang disebut dalam catatan sejarah adalah suryanarayana. Ia memerintah kerajaan melayu pada tahun 1079-1082 dengan gelar srimaharaja. Pada masa pemerintahannya, ia memindahkan pusat pemerintahan kerajaan melayu dar palebang ke jambi.
Raja melayu yang serig disebut dalam catatan sejarah adalah Aditya-Warman. Ia merupakan seorang bangsawan melayu yang sebelumnya pernah tinggal dimaja pahit. Adityawarman mulai memerintah kerajaan melayu pada tahun 1347 dengan gelar udayaadityawarman. Pada masa pemerintahannya ia meluaskan wilayah kekuasaan hingga ke daerah pagaruyung (Sumatera Barat). Adityawarman memerintah hingga tahun 1375, selanjutnya, ia digantikan anaknya yang bernama Ananggawarman. Memasuki abad ke XIV kerajaan melayu mulai mengalami kemunduran seiring perkembangan agama islam di Sumatera.
Dalam prasasti Amughapasa, dijelaskan bahwa saat memerintah, adityawarman dibantu penasihat yang bernama Acaryya Dharmasekara. Juga dibantu tiga patih yang bernama dewa tuhan parpatih, tuhan parpatih tudang, dan tumenggung cardawira.
            b. Kehidupan sosial budaya
Kehidupan sosial kerajaan melayu dapat dipelajari melalui amoghapasa. Dalam prasasti tersebut dijelaskan bahwa adityawarman merupakan pemeluk budha aliran tantra. Ia sangat memerhatikan kesejahteraan pendeta-pendeta budha dengan membangun  beberapa biara  sebagai pusat peribadatan.
Masyarakat kerjaan melayu sudah menjalin interaksi dengan bangsa-bangsa asing informasi ini diketahui dari prasasti bandar bapahat yang menjelaskan pada abad XI Masehi sudah ada masyarakat tamil yang bermukim di pantai barat sumatera. Masyarakat tamil tersebut menjalin hubungan perdagangan sengan masyarakat melayu.
Kehidupan budaya kerajaan melayu dapat dipelajari dari berbagai peninggalan. Peninggalan kerajaan melayu antara lain, situs percandian sungai langsat dan kampung sawah yang teletak di muara tembesi, situs padang lawas dipadang sidenpuan, dan candi lubuk sikaping di pasaman.
Beberapa prasasti peninggalan kerajaan melayu antara lain prasasti amoghapasa, prasasti bukit gombak, prasasti bandar bapahat, dan prasasti pagaruyung. Kerajaan melayu juga meninggalkan beberapa arca, antara lain arca amughapasa dan arca bairawa.
            c. Kehidupan sosial ekonomi
Menurut marcopolo, pada abad ke XIII masehi kerajaan melayu telah berkembang menjadi bandar perdagangan rempah-rempah yang ramai. Dalam kegiatan perdagangan tersebut kerajaan melayu mengirim hasil bumi rakyat melayu.





d. Penyebab Runtuh Nya Kerajaan Melayu

1.      Faktor Politis
Kedudukan kerajaan ini makin terdesak karena munculnya kerajaan-kerajaan besar yang juga memiliki kepentingan dalam bidang perdagangan, seperti Kerajaan Siam di sebelah utara yang menguasai daerah-daerah di Semenanjung Malaka termasuk Tanah Genting Kra. Dan Kerajaan Singasari di daerah timur yang dipimpin oleh Raja Kertanegara dengan mengirim ekspedisi ke arah barat (Ekspedisi Pamalayu) yang mengadakan pendudukan terhadap Kerajaan Melayu, Pahang, dan Kalimantan, sehingga mengakibatkan kedudukan Sriwijaya makin terdesak.

2. Faktor Ekonomi                                                         
Aktivitas perdagangan berkurang karena daerah strategis perdagangan yng dikuasai Sriwijaya jatuh ke kekuasaan raja-raja di sekitarnya. Sehingga sejak akhir abad ke-13 Sriwijaya menjadi kerajaan kecil dan wilayahnya terbatas pada daerah Palembang. Kerajaan Sriwijaya yang kecil & lemah akhirnya dihancurkan oleh kerajaan Majapahit tahun 1377 M.








BAB III
KESIMPULAN

a.         Ada beberapa Kerajaan Hindu – Buddha di Sumatera yang berkembang dan berperan penting dalam Sejarah Indonesia, Yakni Kerajaan Kuntala, Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Melayu.
b.         Kerajaan Kuntala diperkirakan berdiri sejak abad ke 5 Masehi.
Kerajaan ini mulai menunjukkan tanda – tanda kemunduran akibat serangan dari Cina
c.         Kerajaan Sriwijaya berdiri pada abad ke-7 M.
Kerajaan Sriwijaya bukan lagi merupakan kerajaan senusa (negara yang berkuasa atas satu pulau saja) melainkan merupakan negara antarnusa (negara yang berkuasa atas beberapa pulau), sehingga Sriwijaya merupakan negara kesatuan pertama di Indonesia.
            d.         Kerajaan melayu berdiri pada abad ke VII sampai XIV Masehi.















DAFTAR PUSTAKA

Listiyani, Dwi Ari. Sejarah 2. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, 2009.
Ririn Darini, dkk. Sejarah untuk SMA Kelas XI. Kalten : Cempaka Putih, 2014.
https://id.wikipedia.org/wiki/Sumatera
http;//wawanmulayanbreg2012.blogspot.co.id/2012/11/kerajaan-kuntala.html