KERAJAAN – KERAJAAN
HINDU-BUDDHA DI SUMATERA
Makalah
Disusun untuk memenuhi
tugas matakuliah Sejarah Indonesia Kuno
Dosen pengampu : Rikza
Fauzan, M.Pd
Disusun oleh :
Kelompok 2
1. Eneng Sunariah
2. Nuhiyah
3. Samsudin
4. Umi Rahayu
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2015
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2015
KATA PENGANTAR
Pertama-tama
penulis menghaturkan Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah
memberikan segala Rahmat dan Karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “
Kerajaan – kerajaan Hindu-Buddha di Sumatera” dengan baik.
Adapun
tujuan dari penulisan makalah ini adalah bertujuan untuk
Penyelesaian makalah ini bukan tanpa mengalami
hambatan, tetapi berkat kerja keras dan
ketekunan serta dorongan dan Do’a, serta kerja sama dari kelompok kami, maka
Penulis dapat mengatasi segala masalah. Oleh karena itu Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1.
Dosen mata kuliah Pendidikan Pengantar Ilmu
Sosial, Bapak Rikza Fauzan S.Pd., M.Pd yang telah memberikan kesempatan kepada
kami untuk menyelesaikan tugas dalam bentuk makalah ini.
2.
Teman-teman
satu jurusan Pendidikan Sejarah yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu
persatu, yang sudah memberikan dorongannya untuk menyelesaikan makalah ini.
Semoga perhatian dan dorongan kalian mendapatkan
balasan setimpal dari Tuhan Yang Maha Pengasih, Amin. Akhir kata dari kelompok
kami mengucapkan terima kasih kepada
dosen mata kuliah dan teman – teman jurusan Pendidikan Sejarah, semoga tulisan
ini dapat menambah wawasan dan
meningkatkan pengetahuan.
Serang,
12 September 2015
Penyusun
i
DAFTAR
ISI
Kata Pengantar……………………………………………………………..........................i
Daftar Isi………………………………………………………………………………..….ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................... 1
1.3 Tujuan............................................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Kerajaan Kuntala............................................................................................................ 2
2.2 Kerajaan
Sriwijaya.......................................................................................................... 3
2.3 Kerajaan Melayu............................................................................................................ 7
BAB III Kesimpulan......................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................... 11
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia
mulai berkembang pada zaman kerajaan Hindu-Buddha berkat hubungan dagang dengan negara-negara tetangga maupun yang
lebih jauh seperti India, Tiongkok, dan wilayah Timur
Tengah. Agama Hindu masuk ke Indonesia
diperkirakan pada awal tarikh Masehi, dibawa oleh para musafir dari India
antara lain: Maha Resi Agastya, yang di Jawa terkenal dengan sebutan Batara Guru atau Dwipayana dan juga para
musafir dari Tiongkok yakni musafir Budha Pahyien.
Sumatera atau
Sumatra adalah pulau keenam terbesar di dunia yang terletak di Indonesia,
dengan luas 443.065,8 km2. Penduduk pulau ini sekitar 52.210.926 (sensus 2010).
Pulau ini dikenal pula dengan nama lain yaitu Pulau Percha, Andalas, atau
Suwarnadwipa (bahasa Sanskerta, berarti "pulau emas"). Kemudian pada
Prasasti Padang Roco tahun 1286 dipahatkan swarnnabhūmi (bahasa Sanskerta,
berarti "tanah emas") dan bhūmi mālayu ("Tanah Melayu")
untuk menyebut pulau ini. Selanjutnya dalam naskah Negarakertagama dari abad
ke-14 juga kembali menyebut "Bumi Malayu" (Melayu) untuk pulau ini.
Ada beberapa Kerajaan Hindu – Buddha di Sumatera yang berkembang dan
berperan penting dalam Sejarah Indonesia, Yakni Kerajaan Kuntala, Kerajaan
Sriwijaya dan Kerajaan Melayu.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa saja kerajaan – kerjaaan Hindu-budha di Sumatera?
b. Bagaimana Sejarah kerajaan hindu-buddha di sumatera?
1.3 Tujuan
a. Mengetahui Kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Sumatera
b. Mengetahui Sejarah Kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Sumatera
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Kerajaan
Kuntala
Kerajaan Kuntala merupakan kerajaan yang belum dapat diidentifikasi
lokasi keberadaannya. Mayoritas sejarawan berpendapat, Kuntala terdapat di
pantai timur Sumatera di sekitar Jambi sekarang. Kerajaan ini muncul pada abad
ke-5 - 6 Masehi, dimana hal ini merujuk dari sumber Cina, yang menyatakan bahwa
Kuntala telah berkali-kali mengirim utusan mulai tahun 441 – 563 Masehi. Pada
abad ke-7 kerajaan ini menghilang, mungkin dikarenakan munculnya dua kerajaan
lain di pantai timur Sumatera yakni; Melayu (Jambi) dan Sriwijaya (Palembang).
Kerajaan Kuntala diperkirakan berdiri sejak abad ke 5 Masehi.
Terbentuknya kerajaan ini oleh ahli – ahli sejarah dinyatakan sebagai akibat
pendangkalan yang terjadi di Teluk Wen.
Sementara itu Negeri Ko-ying sebagai penguasa Teluk Wen terpaksa memindahkan pelabuhan dagang dari
Teluk Wen ke daerah pantai timur sekitar Kuala Tungkal.
Dalam perkembangannya, Negeri Ko-ying melepaskan daerah pantai
timur, hal itu mendorong terbentuknya pemerintahan baru yang disebut Kerajaan
Kantoli. Prof. Slamet Mulyana dalam buku yang berjudul ”Runtuhnya Kerajaan
Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara – Negara Islam di Nusantara” (LKIS Yogyakarta, 2005)
menyatakan bahwa di muara sungai Tembesi ada sebuah kerajaan bernama Kuntala
yang mengirim utusannya ke negeri Cina di tahun 455, 502, 519, dan 563.
Prof. Slamet Mulyana berkesimpulan toponim Kan-to-li sama dengan
Kuntala atau Tungkal dan keberadaannya terdapat di pedalaman sungai Tungkal
antara Jambi dengan Palembang. Dalam Kitab Tiongkok kuno yang disalin oleh
Groenevelt ke dalam bahasa Inggris bahwa kerajaan Kantoli atau Kuntala telah
mengirim utusannya yang pertama ke Cina pada tahun 454-464. Raja yang mengirim
utusan itu bernama Sri Varanarendra sedangkan utusannya bernama Rudra berasal
dari India. Pada tahun 502 kerajaan Kantoli dipimpin oleh Gautama Subhadra ia
adalah putera dari Pyravarman Vinylavarman yang mengirim utusan ke Cina tahun
519.
Di bidang perekonomian kerajaan Kantoli sangat bergantung pada
ekspor hasil hutan karena letaknya berada di pulau Sumatera dan memiliki hasil
hutan yang melimpah ruah serta sangat laku di pasaran.
Kerajaan ini mulai menunjukkan tanda – tanda kemunduran akibat
serangan dari Cina, tetapi pihak kerajaan Cina tidak secara langsung menguasai
kerajaan Kuntala. Penguasa Cina hanya membentuk sebuah pemerintahan otonomi di
Kuntala, sehingga pihak kerajaan masih dapat mengekspor kembali hasil hutan
mereka. Namun hasil dari keuntungan itu digunakan oleh para bangsawan di
kerajaan Kuntala untuk berfoya – foya. Sementara hasil komoditi ekspor hutan
semakin kurang laku di pasaran. Akibatnya lambat laun kerajaan Kuntala
mengalami kemunduran.
2.2
Kerajaan Sriwijaya
1.
Kehidupan
Politik
Sumber-sumber sejarah yang dapat digunakan untuk mengetahui
kerajaan Sriwijaya adalah sebagai berikut.
A.
Berita-berita
dari Cina, India, Malaka, Ceylon, Arab dan Parsi.
B.
Prasasti-prasasti
(enam di Sumatra Selatan dan satu di Pulau Bangka).
1)
Prasasti
Kedukan Bukit (605S/683M) di Palembang. Isinya:
Dapunta Hyang mengadakan ekspansi 8 hari dengan membawa
20.000 tentara, kemudian berhasil menaklukkan dan menguasai beberapa daerah. Dengan
kemenangan itu Sriwijaya menjadi makmur.
2)
Prasasti
Talang Tuo (606 S/684M di sebelah barat Palembang. Isinya
tentang
pembuatan sebuah Taman Sriksetra oleh Dapunta Hyang Sri Jayanaga untuk
kemakmuran semua makhluk.
3)
Prasasti
Kota Kapur (608 S/686 M) di Bangka.
4)
Prasasti
Karang Birahi (608 S/686 M) di Jambi. Keduanya berisipermohonan kepada Dewa
untuk keselamatan rakyat dan kerajaan Sriwijaya.
5)
Prasasti
Talang Batu (tidak berangka tahun) di Palembang. Isinya kutukan-kutukan
terhadap mereka yang melakukan kejahatan dan melanggar perintah raja.
6)
Prasasti
Palas di Pasemah, Lampung Selatan. Isinya Lampung Selatan telah diduduki oleh
Sriwijaya.
7)
Prasasti
Ligor (679 S/775 M) di tanah genting Kra. Isinya Sriwijaya diperintah oleh
Darmaseta.
Menurut sumber berita Cina yang
ditulis oleh
I-tsing dinyatakan bahwa Kerajaan Sriwijaya berdiri pada abad ke-7 M. Berdasarkan prasasti Ligor,
pusat pemerintahan Sriwijaya di Muara Takus, yang kemudian dipindahkan
ke Palembang. Kerajaan Sriwijaya kemudian muncul sebagai kerajaan besar
di Asia Tenggara. Perluasan wilayah dilakukan dengan menguasai
Tulang Bawang (Lampung), Kedah, Pulau Bangka, Jambi, Tanah Genting Kra
dan Jawa (Kaling dan Mataram Kuno). Dengan demikian Kerajaan Sriwijaya bukan lagi
merupakan kerajaan senusa (negara yang berkuasa atas
satu pulau saja) melainkan merupakan negara antarnusa (negara yang berkuasa
atas beberapa pulau), sehingga Sriwijaya merupakan negara kesatuan pertama di Indonesia.
Kerajaan Sriwijaya mencapai puncak
kejayaannya pada masa Balaputra Dewa. Raja ini mengadakan hubungan persahabatan
dengan Raja Dewapala Dewa dari India. Dalam Prasasti Nelanda disebutkan bahwa Raja
Dewapala Dewa
menghadiahkan sebidang tanah untuk mendirikan sebuah biara untuk para
pendeta Sriwijaya yang belajar agama Buddha di India. Selain itu dalam Prasasti
Nelanda juga disebutkan bahwa adanya silsilah raja Balaputra Dewa dan
dengan tegas menunjukkan bahwa raja Syailendra (Darrarindra) merupakan nenek
moyangnya.
2.
Kehidupan
Sosial Ekonomi
Letak Sriwijaya sangat strategis di
jalur perdagangan antara India-Cina. Di
samping itu juga berhasil menguasai Selat Malaka yang merupakan
urat nadi perdagangan di Asia Tenggara, menjadikan Sriwijaya berhasil menguasai
perdagangan nasional dan internasional. Penguasaan Sriwijaya atas Selat Malaka mempunyai
arti penting terhadap perkembangan Sriwijaya sebagai Negara.
Faktor yang mendorong Sriwijaya menjadi
kerajaan besar adalah:
a) Letak strategis di jalur perdagangan.
b) Kemajuan pelayaran dan perdagangan antara Cina dan
India melalui
Asia Tenggara.
c) Runtuhnya kerajaan Funan di Indo-Cina, yang
memberi kesempatan Sriwijaya berkembang sebagai negara
maritim menggantikan Funan.
d) Sriwijaya mempunyai kemampuan untuk
melindungi pelayaran dan perdagangan di perairan Asia Tenggara dan memaksa singgah di
pelabuhannya. Perkembangan Negara Tradisional di Indonesia 7 Berpikir
Kritis maritim,
sebab banyak kapal-kapal asing yang singgah untuk
menambah air minum, perbekalan makanan dan melakukan aktivitas perdagangan.
Sriwijaya sebagai pusat perdagangan akan mendapatkan keuntungan yang besar
dan akan berpengaruh
terhadap kehidupan masyarakat yang hidup dari pelayaran dan perdagangan.
3.
Kehidupan
Keagamaan
Dalam bidang agama, Kerajaan
Sriwijaya menjadi pusat agama Buddha yang penting di
Asia Tenggara dan Asia Timur. Agama Buddha yang berkembang di
Sriwijaya ialah Agama Buddha Mahayana, salah satu tokohnya ialah
Dharmakirti.
Para peziarah agama Buddha dalam
pelayaran ke India ada yang singgah dan tinggal di
Sriwijaya. Di antaranya ialah I'tsing. Sebelum menuju ke India ia mempersiapkan
diri dengan mempelajari bahasa Sanskerta selama 6 bulan (672);
setelah pulang dari India ia tinggal selama 4 tahun (681-685) untuk menerjemahkan
agama Buddha dari bahasa Sanskerta ke bahasa Cina. Di samping
itu juga ada pendeta dari Tibet, yang bernama Atica yang datang dan tinggal
di Sriwijaya selama 11 tahun (1011-1023) dalam rangka belajar agama Buddha
dari seorang guru besar Dharmakirti.
4. Kehidupan sosial budaya
Salah satu kebesaran kerajaan sriwijaya adalah kedudukannya
sebagai pusat pendidikan pengembangan agama budha dikawasan asia tenggara.
Kedudukan ini memengaruhi kehidupan sosial masyarakatnya bahkan, menurut
i-tsing pada abad ke VIII M dikerajaan sriwijaya terdapat 1000 orang pendeta
yang belajar dibawah bimbingan sakyakirti. Menurut prasasti naladabanyak pemuda
pemudi dikerajaan sriwijaya yang pergi ke India untuk belajar agama budha.
Kemajuan dalam bidang politik, ekonomi, dan
sosial dikerajaan sriwijaya diikuti pula dengan kemajuan dalam bidang kebudayaan.
Semakin ramainya aktivitas perdagangan dan terbukanya sikap masyarakat
sriwijaya terhadap pengaruh asing telah mendorong kemajuan dalam bidang
kebudayaan.
Masyarakat sriwijaya bisa berkomunikasi dan
bergaul dengan berbagai bangsa yang singgah dipelabuhan-pelabuhan dagang di
sriwjaya. Meskipun mereka menggunakan bahasa melayu sebagai bahasa pengantar,
mereka juga menadopsi budaya india seperti penggunaan nama-nama India, adat
istiadat, serta tradisi dalam agama budha. Bukti kemajuan budaya dikerajaan
sriwijaya dapat diketahui melalui peninggalan-peninggalan suci, seperti stupa,
candi, patung atau arca budha.
5. Penyebab kemunduran Sriwijaya sebagai berikut:
A.
Berukang kali diserang oleh kerajaan
colamandala dari India.
B.
Kerajaan taklukan sriwijaya banyak yang
melepaskan diri dari kekuasaannya, misalnya ligor, tanah kra, kelantan, jambi,
dan sunda.
C.
Terdesak oleh perkembangan kerajaan di
Thailand yag meluaskan pengaruhnya kearah selatan (semenanjung malaya).
D.
Terdesak pengaruh kerajaan singasari yang
menjalin hubungan dengan kerajaan melayu (Jambi).
E.
Mundurnya perekonomian dan perdagangan
sriwijaya karna bandar-bandar pentingnya sudah melepaskan diri dari sriwijaya.
F.
Kemungkinan juga tidak ada tokoh yang cakap
dan berwibawa untuk memimpin kerajaan.
2.3 Kerajaan Melayu
Kerajaan melayu berdiri pada abad ke VII
sampai XIV Masehi. Kerajaan merupakan salah satu kerajaan dipulau sumatera.
Menurut i-tsing, letak pusat kerajaan melayu berada diantara sriwijaya dan
kedah. Kerajaan ini lebih dahulu berdiri dari pada kerajaan sriwijaya.
Kehidupan kerajaan melayu dapat dipelajari dari beberapa sumber antara lain,
catatan perjalanan i-tsing, catatan perjalanan marcopolo, prasasti tandjore,
prasasti padangroco, dan kitab nagara kertagama.
a. Kehidupan politik dan pemerintahan
Menurut buku Indonesia dalam arus sejarah
jilid 2 : kerajaan hindu budha (2012 halaman 133, raja pertama yang disebut
dalam catatan sejarah adalah suryanarayana. Ia memerintah kerajaan melayu pada
tahun 1079-1082 dengan gelar srimaharaja. Pada masa pemerintahannya, ia
memindahkan pusat pemerintahan kerajaan melayu dar palebang ke jambi.
Raja melayu yang serig disebut dalam catatan
sejarah adalah Aditya-Warman. Ia merupakan seorang bangsawan melayu yang
sebelumnya pernah tinggal dimaja pahit. Adityawarman mulai memerintah kerajaan
melayu pada tahun 1347 dengan gelar udayaadityawarman. Pada masa
pemerintahannya ia meluaskan wilayah kekuasaan hingga ke daerah pagaruyung
(Sumatera Barat). Adityawarman memerintah hingga tahun 1375, selanjutnya, ia
digantikan anaknya yang bernama Ananggawarman. Memasuki abad ke XIV kerajaan
melayu mulai mengalami kemunduran seiring perkembangan agama islam di Sumatera.
Dalam prasasti Amughapasa, dijelaskan bahwa
saat memerintah, adityawarman dibantu penasihat yang bernama Acaryya Dharmasekara.
Juga dibantu tiga patih yang bernama dewa tuhan parpatih, tuhan parpatih
tudang, dan tumenggung cardawira.
b.
Kehidupan sosial budaya
Kehidupan sosial kerajaan melayu dapat dipelajari melalui amoghapasa. Dalam
prasasti tersebut dijelaskan bahwa adityawarman merupakan pemeluk budha aliran
tantra. Ia sangat memerhatikan kesejahteraan pendeta-pendeta budha dengan
membangun beberapa biara sebagai pusat peribadatan.
Masyarakat kerjaan melayu sudah menjalin interaksi dengan bangsa-bangsa
asing informasi ini diketahui dari prasasti bandar bapahat yang menjelaskan
pada abad XI Masehi sudah ada masyarakat tamil yang bermukim di pantai barat
sumatera. Masyarakat tamil tersebut menjalin hubungan perdagangan sengan
masyarakat melayu.
Kehidupan budaya kerajaan melayu dapat dipelajari dari berbagai peninggalan.
Peninggalan kerajaan melayu antara lain, situs percandian sungai langsat dan
kampung sawah yang teletak di muara tembesi, situs padang lawas dipadang sidenpuan, dan candi lubuk sikaping di pasaman.
Beberapa prasasti peninggalan kerajaan melayu antara lain prasasti
amoghapasa, prasasti bukit gombak, prasasti bandar bapahat, dan prasasti
pagaruyung. Kerajaan melayu juga meninggalkan beberapa arca, antara lain arca
amughapasa dan arca bairawa.
c.
Kehidupan sosial ekonomi
Menurut marcopolo, pada abad ke XIII masehi kerajaan melayu telah
berkembang menjadi bandar perdagangan rempah-rempah yang ramai. Dalam kegiatan
perdagangan tersebut kerajaan melayu mengirim hasil bumi rakyat
melayu.
d. Penyebab Runtuh Nya Kerajaan Melayu
1.
Faktor Politis
Kedudukan kerajaan ini makin
terdesak karena munculnya kerajaan-kerajaan besar yang juga memiliki
kepentingan dalam bidang perdagangan, seperti Kerajaan Siam di sebelah utara
yang menguasai daerah-daerah di Semenanjung Malaka termasuk Tanah Genting Kra.
Dan Kerajaan Singasari di daerah timur yang dipimpin oleh Raja Kertanegara
dengan mengirim ekspedisi ke arah barat (Ekspedisi Pamalayu) yang mengadakan
pendudukan terhadap Kerajaan Melayu, Pahang, dan Kalimantan, sehingga
mengakibatkan kedudukan Sriwijaya makin terdesak.
2. Faktor Ekonomi
Aktivitas perdagangan berkurang
karena daerah strategis perdagangan yng dikuasai Sriwijaya jatuh ke kekuasaan
raja-raja di sekitarnya. Sehingga sejak akhir abad ke-13 Sriwijaya menjadi
kerajaan kecil dan wilayahnya terbatas pada daerah Palembang. Kerajaan
Sriwijaya yang kecil & lemah akhirnya dihancurkan oleh kerajaan Majapahit
tahun 1377 M.
BAB III
KESIMPULAN
a. Ada
beberapa Kerajaan Hindu – Buddha di Sumatera yang berkembang dan berperan
penting dalam Sejarah Indonesia, Yakni Kerajaan Kuntala, Kerajaan Sriwijaya dan
Kerajaan Melayu.
b. Kerajaan Kuntala diperkirakan berdiri sejak abad ke 5 Masehi.
Kerajaan ini mulai menunjukkan tanda – tanda kemunduran akibat
serangan dari Cina
c. Kerajaan Sriwijaya berdiri pada abad ke-7 M.
Kerajaan Sriwijaya bukan lagi merupakan
kerajaan senusa (negara yang berkuasa atas satu pulau saja) melainkan merupakan
negara antarnusa (negara yang berkuasa atas beberapa pulau), sehingga Sriwijaya
merupakan negara kesatuan pertama di Indonesia.
d.
Kerajaan melayu berdiri pada abad
ke VII sampai XIV Masehi.
DAFTAR PUSTAKA
Listiyani, Dwi Ari. Sejarah 2. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional, 2009.
Ririn Darini, dkk. Sejarah untuk SMA Kelas XI. Kalten : Cempaka
Putih, 2014.
https://id.wikipedia.org/wiki/Sumatera
http;//wawanmulayanbreg2012.blogspot.co.id/2012/11/kerajaan-kuntala.html