DINASTI
– DINASTI CINA
Dibuat
untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Asia Timur
Dosen
Pengampu : Nashar, M.Pd.
Disusun
oleh,
Kelompok
4 :
Nuhiyah
Linda
Falasifah
Irhas Nugraha
|
2288150010
2288150032
2288150042
|
JURUSAN
PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
SULTAN AGENG TIRTAYASA
SEPTEMBER,
2016
KATA
PENGANTAR
Assalamu”alaikum Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah karena telah
memberikan limpahan nikmat dan karuniaNya,
Sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan Makalah “Dinasti – Dinasti Cina”
ini. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan pada
junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW yang kita nantikan syafa’atnya di yaumul
akhir nanti.
Penyusunan
makalah ini di dasari pada tinjauan pustaka. Makalah ini disusun dalam rangka untuk
menyelesaikan tugas Mata Kuliah Sejarah Asia Timur. Pada kesempatan ini kami
menyampaikan terima kasih kepada Bapak
Nashar, M.Pd. selaku Dosen Mata Kuliah Sejarah Asia Timur dan semua pihak yang telah memberikan
bantuannya sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Oleh karena itu, Kritik dan saran dari pembaca
sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Serang, September
2016
Penyusun
|
i
DAFTAR
ISI
Kata
Pengantar............................................................................................................ i
Daftar
isi..................................................................................................................... ii
BAB
I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang..................................................................................................... 1
1.2
Rumusan Masalah................................................................................................. 1
1.3
Tujuan................................................................................................................... 2
BAB
II PEMBAHASAN
2.1
Dinasti Chou......................................................................................................... 3
2.2
Dinasti Ch’in........................................................................................................ 7
2.3
Dinasti Han........................................................................................................... 9
2.4
Dinasti T’ang...................................................................................................... 13
2.5
Dinasti Sung....................................................................................................... 17
2.6
Dinasti Yuan....................................................................................................... 22
2.7
Dinasti Ming....................................................................................................... 25
2.8
Dinasti Manchu.................................................................................................. 27
BAB
III PENUTUP
3.1
Kesimpulan......................................................................................................... 37
DAFTAR
PUSTAKA............................................................................................ 38
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Cina
merupakan sumber peradaban bagi wilayah-wilayah disekitarnya. Korea, Jepang,
Taiwan, Indo-Cina, Semenanjung Malaya, Mongolia, Tibet, dan Asia Tengah. Hal
ini terjadi karena Cina merupakan salah satu peradaban yang mempengaruhi dunia.
Dengan tingkat peradaban yang diatas rata-rata pada masanya, Cina menjadi tolak
ukur kemajuan suatu peradaban dan bangsa. Misalnya saja kertas, kompas, teknik
percetakan, teknik pertanian, filsafat, dan pengobatan merupakan hasil peradaban
Cina yang mempengaruhi peradaban lainnya di dunia.
Cina
merupakan suatu bangsa yang memiliki sejarah tertua yang tidak terputus di
dunia. Republik Rakyat Cina meliputi kekuasaan politik yang terbagi dalam Cina
asli dan Cina Luar.Tanah Cina Asli, yang dengan dalam bahasa Inggris disebut China Proper, adalah daerah Cina
dalam lingkungan geografis yang batas sebelah Barat pegunungan tinggi tanah
Tibet, sebelah barat laut padang rumput Mongolia dan Mancuria dengan dinding
tembok Cina sebagai batas yang jelas, sebelah selatan Pegunungan Nanling atau
pegunungan daerah selatan, yaitu pegunungan diperbatasan Asia Tenggara yang di
Cina disebut Nan Yang (daerah selatan).
Cina
“negara dengan seratus dinasti” disebut demikian karena dinasti yang pernah
berkuasa di cina selalu berganti - ganti dengan rentang waktu yang bervariasi.
Dinasti-dinasti yang pernah berkuasa pada zaman Cina Kuno, antara lain Dinasti
Chou, Ch’in, Han, T’ang, Sung, Yuan, Ming dan Manchu.
1.2
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
awal munculnya setiap Dinasti yang pernah berkuasa di Cina?
2.
Bagaimana
perkembangan Cina pada setiap Dinasti yang pernah berkuasa di Cina?
3.
Bagaimana
kondisi sosial budaya masyarakat Cina pada setiap dinasti yang pernah berkuasa
di Cina?
4.
Bagaimana
runtuhnya setiap Dinasti yang pernah berkuasa di Cina?
1.3
Tujuan
1.
Untuk
mengetahui awal munculnya setiap Dinasti yang pernah berkuasa di Cina
2.
Untuk
mengetahui perkembangan Cina pada setiap Dinasti yang pernah berkuasa di Cina
3.
Untuk
mengetahui kondisi sosial budaya masyarakat Cina pada setiap dinasti yang
pernah berkuasa di Cina
4.
Untuk
mengetahui runtuhnya setiap Dinasti yang pernah berkuasa di Cina
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Dinasti Chou
Dinasti
Chou adalah dinasti terakhir sebelum China disatukan di bawah dinasti Qin,
dinasti Chou merupakan dinasti yang bertahan paling lama dibandingkan dinasti
lainnya dalam sejarah China pengunaan besi mulai di perkenalkan di China pada
mulai zaman ini. Sesuia tradsi fundalisme China para penguasa Chou pengantikan
dinasti Shang (Yin) dan mengesahkan aturan yang menetapkan mereka sebagai
mandat dari langit, di mana para penguasa memerintah atas mandat dari langit.
Penderian dinasti zhou di dahului oleh keluarga Ji beribukota di Hao,
Menuruskan
corak budaya dan dinasti sebelumnya, pada awalnya Zhou melakukan ekspansi
secara berangsur-angsur sistem yang sama kemudian dilakukan oleh Chou setelah
penaklukan mereka dari negara Shang Penaklukan akhir Shang menambahkan wilayah
kehidupan yang lebih ke alam daripada bisa diatasi dengan dengan komunikasi
primitif waktu. Ketika yang terakhir penguasa Shang membuat perang besar nya
yang berlangsung 260 hari terhadap suku-suku di selatan-timur, yang berakhir
dengan keahiran dinasti.
selama masa dinasti
Shang dinasti Chao berada di wilayah barat.
Pada
awalnya keluarga Ji mengenadalikan negara Chou secara terpusat, pada tahun 771
sebelum masehi setelah raja You menggantikan ratunya dengan selir Bao si. Awal kebudayaan Chou dan akhir dinasti Shang
dalam sejarah dinasti memiliki kebudayaan yang kekhasan budaya peradaban China,
sistem kekeluargaan yang belum kuat bersifat patriarki di China tentu agama
sangat berpengaruh. Lapisan masyarakat pada masa dinasti Shang memiliki
tingkatan menunjukan beberapa kecenderungan feodalisme walaupan masih primitif.
1.
Chou masa pemerintahan Wu wang
Wu
wang menjadikan kota Chang an sebagai ibukota. Ia memerintah dengan adil dan
bijaksana. Untuk mewujudkan kebijakan dalam bidang pemerintahan yaitu:
a.
Penguasaaan
raja adalah kekuasaan tertinggi.
b.
Didampingi
oleh perdana menteri dan penasehat kerajaan.
c.
Mempunyai
5 menteri.
d.
Kerajaan
di bagi dalam beberapa provinsi.
Wu
wang hanya memerintah sampai tahun 1116 SM, kemudian digantikan oleh putranya
yang masih kecil Cheng Wang namun didampingi oleh walinya Chou Kung
berebakali-kali China mendapatkan serangan dari bangsa Barbar. Pada abad VIII
SM dan IX SM kekuasaan Chou barat makin melemah, Kerajaan Chou terpecah menjadi
pecahan kerajaan-kerajaan kecil. Raja terakhir Chou barat adalah Yu wang yang
lemah tapi kejam pada masanya Chou barat runtuh dan muncul raja P’ing yang
memidahkan pusat pemerintah ke timur.
2.
Chou Timur
Setelah P’Ing memimpin maka ibu kota dipindahkan dari Chang An ke
Loi (Luoyang). Perpindahan ibu kota ini
di maksud kan untuk menghindari bangsa Barbar kehidupan di masyarakat di
Chou timur terjadi perubahan, yakni:
a. Meningkatnya kedudukan para pedagang.
b. Naiknya kedudukan penguasa daerah.
Sejarawan Tiongkok membagi dua zaman yaitu di Chou timur musim semi
dan gugur adalah sebuah kitab klasik yabg ditulis oleh Kong Hu Chu yang masuk
dalam kumpulan Wu Jing atau dengan istilah zaman raja lima besar, di masa itu
terjadi perebutan di negara vassal yaitu: Ch’I, Ch’u, Ch’in, Po, Sang dan Yen.
Perubahan sosial di Cina terus berlangsung, seperti hancurnya sistem feodalisme
dan munculnya ide-ide baru di bidang filsafat.
3.
Keadaan masyarakat pada masa Chou Timur.
Dengan adanya penemuan besi di Cina, maka terjadilah perubahan
secara besar-besaran dalam pembuatan alat-alat dari besi, khususnya dalam
bidang pertanian. Pertanian semakin berkembang
sehingga jumlah produksi meningkat dan perdagangan seamakin meluas. Dari
zaman ini para saudagar semakin untung dan para bangsawan karena terjadi
peperangan mereka menjadi miskin dan kehilangan harta benda. Pada masa ini juga
timbul ajaran filsafat dan mulai berkembang kesusatraan Cina. Dihasilkan
buku-buku yang menjadi buku-buku klasik dan dizaman selanjutnya dijadikan
buku-buku suci untuk dijadikan pegangan hidup bermasyarakat dan pemerintahan
sekumpulan buku-buku klasik mengenai palsafah, sejarah, pemerintahan dan adat
istiadat di sebut Wu ching atau lima
buku klasik. Tokoh-tokoh filsafat yang bermunculan antara lain, yakni:
a.
Kung
Fu Tzu (551-479 SM).
Kung fu Tzu merpakan sebutan orang Tiaonghoa, sedangkan orang-orang
barat menyebutnya konfosius. Ia dilahirkan pada 551 SM didaerah lu, Provinsi
Shantung. Ketika berumur 17 tahun ia bekerja sebagai penilik kebun umum dan
lumbung.
Ajarannya biasa disebut Ju
Chia, orang banyak menyebutnya konfusieanisme waalau begitu ajara Kung Fu
Tzu banyak di tentang oleh kaum Bnagsawan dan pendeta sebab, setiap memberikan
pengajaran kepada orang sebelumnya penfajaran menjadi monopoli kaum Brahmana.
Pada zamanya ini telah didasasrkan kesustraan Cina dsasar ini ialah lima klasik
dan empat buku. Diantara murid-murid Confusius ( dalam arti
pengikut/penganut ajarannya) ada dua orang yang terkenal, yaitu Meng-Tzu atau
meng K’o (327-288SM) dan Hsun-tzu (300-230SM). Meng-tzu dalam nama latin
disebut mencius, ia mengemukakan, bahwa dalam pemerintahan yang harus
dipentingkan adalah rakyat, tetapi sebenarnya ia bukan penganjur demokrasi,
karena ia tidak menghendaki pemerinthan dari rakyat dan selain itu yang
dimaksud rakyat itu adalah golongan masyarakat atas. Ia dengan tegas
membenarkan hak rakyat berdasarkan teori Tien Ming untuk memberontak terhadap
pemerintahan yang lalim. Ia juga beranggapan bahwa orang dilahirkan dengan
npembawaan yang baik. Terhadap tesis Mencius mengenai bakat manusia dikemukakan
oleh Hsun Tzu pendiriannya bertentangan,
bahwa bakat manusia itu jahat, tetapi dapat diperbaiki menjadi berdab dengan
pendidikan
b.
Lao
Tze.
Ajaran filsafat kedua
dari zaman klasik cina adalah Taoisme. Sebagai pendirinya adalah Lao-tzu
(Laocius), artinya pujangga tua. Menurut tradisi, ia hidup sejaman dengan
Confusius, bahka lebih tua, tapi kapan dan bagaimananya tidak diketahui. Sebuah
buku yang menurut tradisi dikarang olehnya terkenal dengan nama “Tao Te
Ching”, tetapi menurut yang sebenarnya buku itu baru ada pada kurun waktu
sekitar tahun 300SM. Penganut ajaran Taoisme yang terkenal adalah Chuang-tzu
atau Chuang Chao (369-286SM). Ajran Taoisme sebenarnya menetang masyarakat yang
menganjurkan untuk kembali pada kehidupan masyarakat primitif didalam isolasi
kesucian. Ajarannya mengungkapkan refleksi dari renungan kaum aristokrat yang
mengalami kehancuran. Ajrannya yang dipengaruhi mistik berkembnag jadi agama, yang
kemudian diasamping unsur-unsur
mistiknya berkembang menjadi agama yang penuh ketahayualan. Kemudian Taoisme
sebagai agama mempunyai daya tarik yang besar dikalangan rakyat jelata.
c.
Mo
Ti.
Ajaran yang
revolusioner mengenai susunan masyarakat adalah dari Mo-ti atau Mo-tzu (Micius:
497-381SM), yang mau menghapuskan perbedan antara golongan dalam masyrakat. Ia
dan pengikutnya menentang peperangan dan cara hidup boros. Oleh Mohisme atau
ajaran Mo-tzu disusun metode berfikir dalam bentuk logika, yang dilanjutkan
oleh kaum sophis/kaum dialektisian. Mo Ti berpendapat bahwa kebijaksaaan yang paling besar adalah Chien ai. Yang dimaksud adalah semua orang mencintai orang tanpa
perbedaan dengan sendirinya kalau ia
mencintai sesasama pasti akan dicintai.
2.2 Dinasti Ch’in
Dinasti ini berumur pendek, mempunyai tiga
kaisar dan yang paling penting adalah kaisar pertama. Walau demikia dinasti ini
mempunai arti penting bagi sejarah Cina. Dinasti ini melakukan revolusi besar
pertama di Cina, revolusi besar kedua terjadi pada abad 20.
Pada awalnya Ch’in
adalah negara kecil yang terbentuk sekitar tahun 900SM sebagai negara Wei Kuo
dalam kerajaan Chou. Letaknya , sekarang termasuk dalam propinsi Kansu dan
propinsi Shensi. Negara ini selalu mendapat serangan dari suku-suku nomad di
sebelah barat laut Chin. Penduduknya merupakan campuran dari proto-Tar-tar atau
proto-Turki-Mongolia dan proto-Tibet.
Shih Huang ti memegang
kendali pemerintahan sejak umur 13 tahun, salah satu keberhasilan Shih Huang Ti
adalah bahwa ia dapaat mempersatukan Cina. Berdirinya dinasti golongan
legalitasdi bawah pimpinan perdana menteri. Organisasi yang dilaksanakan Shan
Yang di Chin disusun menjadi negara militer, dengan tujuan untuk menguasai
seluruh Cina.. setelah tahun 256SM Chin menjadi negara terkuat di Cina. Pada
tahun 246SM Yin Cheng menjadi raja di Chin. Pada waktu itu di Shangtsai (negara
Ch’u) lahir Ling Szu tahun 280SM. Dia diangkat menjadi perdana mentri oleh Chin
(237-208SM) dan dia menyelesaikan pekerjaan Shan Yang. Pada tahun 230-221SM
semua saingan Chin telah dihancurkan, yang terakhir ialah Ch’i di Shantung.
Setelah selesai menyatukan Cina dalam satu kerajaan, Ying Cheng memakai gelar Shih-Huang
Ti atau lengkapnya Ch’in Shih Huang Ti (221-209SM) artinya Kaisar
Agung Pertama dari dinasti Ch’in (Shih artinya yang pertama). Dalam gelar
itu terkandung harapan, bahwa dinasti Chin akan memerintah turun-temurun sampai
akhir zaman. Kaisar mengeluarkan dekrit, bahwa penggantinya akan disebut
sebagai kaisar kedua, ketiga dst sampai kaisar keseribu, bahkan ke sepuluh
ribu. Pada tahun 221SM wilayah kerajaan diperluas ke tenggara yaitu kedaerah
Bangsa Yuen, sekarang meliputi propinsi Chekiang, Fukien dan Kwantung. Ekspansi
Cina ini diteruskan ke selatan pada
tahun 214SM, pasukan Cina menyerang sampai lembah sungai Merah di Tonkin
(Vietnam Utara). Juga dilakukan serangan ke daerah suku-suku Thai di Szechuan
dan Kucichao.
Sebenarnya yang menjadi aktor
intelektual dari unifikasi Cina yang pertama ini adalah Li Szu. Dialah yang
membuat rencana untuk mengkonsolidasikan unifikasi Cina dan dialah sebenarnya
yang memegang peranan penting dalam penyatuan Cina 9menurut Derk Bodde dalam
bukunya, China’s First Uniier, a study of the Chin dinasty as seen in the life
of Li Szu (280-208 B.C), Leiden E.J Brill 1938). Tindakan-tindakan yang
dilakukan Shih Huang ti adalah:
a.
Membangun tembok besar
agar terhindar dari serangan bangsa barbar, tembok sepanjang 6.450 Km dibangun
memanjang dari barat daya terus menebus ke darah selatan.
b.
Menghapuskan feodalisme
dan membentuk pemerintah yang sentralisasi, seluruh Cina menjadi daerah-daerah
provinsi masing-masing dikuasai oleh seorang gubernur.
c.
Mengadakan membakaran
buku-buku kunop karya Kung Fu Tze kecuali tentang pertanian, pengobatan dan
ramalan.
d.
Megadakan penyeragaman
tulisan-tulisan diseluruh Cina.
e.
Membangn jalan raya.
Dalam Perjalanan ke-5 kalinya, Kaisar Qin Shi Huang
wafat dalam perjalanan pulang. Perdana Menteri Li Shi dan Kasim Zhao Gao
bersekongkol memalsukan Surat Perintah Kaisar untuk membunuh Jenderal besar
Meng Tian dan Pangeran Fu Shu agar dapat mengangkat anak ke 18 Kaisar Qin Shi
Huang yang bernama Hu Hai naik ke tahta Kekaisaran menjadi Kaisar Qin Er Shi
atau Kaisar Qin II. Beberapa waktu kemudian, Perdana Menteri Li Shi juga
dibunuh oleh Kasim Zhao Gao sehingga kekuasaan Dinasti Qin sepenuhnya dikuasai
oleh Hu Hai dan Kasim Zhao Gao.
Erl Shih Huang Ti, ternyata memiliki kemiripan
dengan ayahnya dalam hal kesombingan dan pembawaaaan akan tetepi ia tidak
ciukup mahir dalam pemerintahan, dan bahkan dibawah pengaruh Chao Kao.dan Li
Ssu. Namun di istana menimbulkan kekacauan
akibat pemalsuan surat wasiat. s etelah Tzw Ying menaiki singsana ia mengetahui
perbuatan Chao Kao yang begitu keji. Maka ia memerintahkan membunuh Chao Kao
beserta keluarganya,dengan ini kekacaun kerajaan mebuat kesempatan bagi
pemberontak untuk merebut tahta kerajaan. Pemberontakan di bawah pimpinan
Hsiang Yu berhasil memasuki istana dan berhasil membunuh Tze Ying. Setelah Dinasti Qin runtuh,
peperangan pecah antara Liu Bang dan Xiang Yu yang kemudian dimenangkan oleh
Liu Bang dan mendirikan Dinasti Han yang akan
berkuasa selama 400 tahun. Daftar Kaisar yang memismpin dinasti Ch’in antara
lain:
a. Ying Zi ( 306-205 SM ).
b. Ying Zu ( 250 SM ).
c. Ying Zichu (249-247 SM ).
d. Ying Tzeng ( 246- 210 SM ).
e. Ying Huhai (210- 207 SM ).
f. Ying zing ( 206 SM ).
Dinasti Ch’in pada masanya sebagai
dinasti yang daratan memepersatukan Cina.
2.3
Dinasti Han
Dibekas ibu kota Hsien
didirikan ibu kota baru, bernama Chang-an. Pada masa ini timbul golongan tuan
tanah yang bercorak baru, yang kemudian mempunyai pengarug besar dalam
pemerintahan, golongan ini disebut kaum Gentry. Zaman Han terbagi dua
oleh interregnum dari dinasti Hsin, seorang kaisar bernama Wangmang (8-14M).
Dengan demikian ada dua dinasti Han : Hsia han atau Han Barat (206SM) dan Tung
Han atau Han Timur (25-220M).
1.
Han Barat (206 SM-8 M).
Dinasti Han yang
didirikan oleh Liu Pang, setelah naik tahta bergelar Han Kao Ttsu. (206 SM-195 SM). Han Kao Tsu banyak belajar dari
keruntuhan dinasti Ch’in, menurut dirinya akibat runtuhnya dinasti Ch’in adalah
kurang dukungnya pemerintah daerah. Kaisar pertama ini banyak mengangkat teman
seperjuanagan dan kelurganya sebagai kepala daerah dengan gelar Wong ( raja kecil ).
Dinasti ini merupakan
kerajaan unitaris warisan zaman Chin dan diberi dasar ideologi baru yang
diambil dariChopocianisme. Dinasti Han melestarikan warisan Chou dan warisan
dari Ch’in. Kaisar pertama terkenal dengan sebutan Han Kau Tzu (206-195SM).
Nama Kau Tzu adalah nama resmi yang diberikan setelah kaisar meninggal dan nama
itu disebut nama kuil (Miau Hau, temple name). Liu Pang adalah nama
pribadi (Ming Hua) dari kaisar. Han dijadikan nama dinasti, menurut daerah asal
dari pendiri dinasti, yaitu daerah hulu sungai Han. Selanjutnya sejak zaman Han
sampai zaman Huan (1260-1368 M) dan Ming (1386-1644) dalam buku sejarah Cina
kaisar biasa disebut dengan nama kuilnya, karena tabu untuk menyebut nama
pribadinya. Pada waktu masih memrintah dipakai nama pemerintahannya (Nien Hau),
pemakaian nama pemerintahan mengandung harapan,, bahwakerajaan akan sesuai
dengan nama tersebut. Apabila keadaannya berbeda dengan harapan yang dikandung,
maka dipilih nama lain. Sebelum zaman Ming seorang kaisar mempunyai beberapa
nama pemerintahan karena beberapa kali berganti Nien Hau, tetapi sejak zaman
Ming hanya satu Nien Hau saja yang dipakai.
Jaman Han memberikan kemenangan
pada kaum konfusieme, dengan bantuan kaum tesebut tradisi pada zaman Chou
dihidupkan kembali untuk menerjemahkan keangungan dinasti. Pada zaman Han Wua
Ti mulai didasarkan ujian-ujian jabatan pemerintahan sipil dan didirikan
akademi bagi pegawai negeri sipil yang mempunyai keahlian dalam ideologi
konfusiaenisme. Sejak itu dimulai tradisi belajar untuk memperoleh
pengetahuan dari buku-buku klasik dan buku-buku tafsirannya dengan tujuan
mencapai posisi dalam pemerintahan dan masyarakat.
Pada masa ini ganguan dari bangsa
barbar masih sering terjadi, maka kaisar melakukan persekutuan dengan bangsa
Jueh Chih sehingga kemudian berhasil mendirikan pusat pertahanan nya di
Bokhara. Yakni dilembah sungai Oxus. Kaiasar mengirim mengirim jenderal Chang
Ch’ien dalam menghadapi bangsa barbar teteapi usaha jendral gagal sehingga ia
tertangkap dan dipenjara selama 10 tahun oleh bangsa barbar. Walaupun perjalanan sang Jendral gagal ,
memiliki arti yang penting yaitu dalam bidang ekonomi telah mengenal bangsa
Asia tenggah dalam melakukan hubungan dagang.
Jalan sutera adalah jalan-jalan perhubungan lintas antara Cina dan
Romawi, karena di anatara banyak dagangan yang membawa sutera , dengan adanya
hubungan dagang dengan India dan Romawi terjadilah asmilasi budaya dan masing-masing saling memperkaya satu sama
lain. Setelah Han Wu Ti meninggal pada 87 SM, setelah itu terjadi perpecahan di
mana permaisuri memberikan kekuasaan pemerintah kepada keluarganya, tampilah
Wang Mang pendiri dinasti Hsin. (8-23
M). . Wang Mang memkai nama Kaisar Hsin Huangti. Hanya dia satu-satunya kaisar
dari dinasti itu. Pada masa kaisar itu disebut dalam berita mengenai
hubungannya dengan Indonesia. Pada tahun penobatannya ia menerima seekor badak
dari suatu negeri Nan yang (Asia Tenggara) yang bernama Huang Chih. Usaha-usaha
Wang Mang dalam memerintah antara lain :
a)
Menasionalisasi
tanah-tanah milik tuan tanah dan membaginya kepada para petani secara merata.
b)
Mendirikan
lumbung-lumbung desa.
c)
Mengadakan peminjaman
uang dengan bunga 10% pelunasannya pada waktu panen.
d) Mengadakan monopoli pembuatan dan penjualan garam,
arak, besi, tambang dan juga-juga sumber
lain serta percetakan uang.
e)
Melarang perdagangan
budak.
Namun dalam pelaksaaannya
mendapatkan perlawanan dan mulai terjadi pemberontakan hingga terbunuhnya Wang
mang maka berakhiirnya dinasti Han
2.
Han timur.
Kuang Wu Ti
mengaantikan Wang Mang, mulailah Han timur dengan ibukota di Loi, Tien Ming
belum dipindahkan dari dinasti Han. Pada kenyataannya pemindahan Tien Ming
dilakukan oleh kaum gentry, karena tanpa dukungan mereka tiap dinasti yang
didirikan tidak akan berhasil melakukan konsolidasi. Kaisar pertama Han Timur
terkenal dengan nama kuil Kuang Wu Ti (25-57M). Serangan-serangan dari Bangsa
Hsiung Nu pada awalnya dihadapi denga sikap defensif, tetapi setelah kaisar
pertama meninggal diganti menjadi ofensif. Untuk kedua kalinya pasukan kerajaan
Cina keluar dari dinding tembol besar untuk menaklukan kembali Asia Tengah,
maka terjadilah hubungan dengan dunia luar sebelah barat, yiatu dengan Tha Chin
(mungkin maksudnya Romawi), dengan kerajaan Partia di Iran dan Mesopotamia dan
kerajaan Kushana di Gandharaian India barat. Kerajaan Kushana dan Partia
menjadi perntara dalam hubungan Cina-India dan negara-negara disekitar Laut
tengah melaui Asia Tengah masuk ke Asia Timur pengaruh kebudayaan India dan
Helenisme. Pada zaman han terjadi kegiatan ilmiah. Beberapa
sarjana melakukan penelitian bumi dan alam, diciptakan seimograf yang pertama,
yaitu alat pencatat gempa, dibuat genomon atau alat penunjuk kedudukan matahari
untuk menentukan waktu. Berdasarkan genomon dibuat alat penunjuk waktu.
Penemuan yang sangat penting adalah kepandaian membuat kertas (tahun 105SM).
Kepandaian membuat kertas melalui Asia tengah masuk ke India dan ditiru oleh
bangsa Arab pada abad ke-7/8M, kemudian melaui Afrika dan Spanyol dikenal di Eropa.
Kemegahan zaman Han masih bergema dalam sebutan “Putera-putra dari han”
atau “orang-orang Han” yang dipakai oleh orang Cina Utara.
Pada tahun 100 M
dimulai kaisar ke empat dari Han Timur, dinasti ini mengalami kemuduran lagi.
Pada masa pemerintahan kaisar-kaisar cilik dengan para walinya terjadi
komplotan klik-klik dengan bantuan kasim. Krisis agraria
menyebabkan pemberontakan-pemberontakan petani pada akhir abad ke-2 dan awal
abad ke-3M. Seorang perwira berhasil memadamkan pemberotakan dan kemudian merebut
tahta (tahun 220M), tetapi Cina terpecah dalam tiga kerajaan.
2.4
Dinasti T‘ang
Dinasti T’ang merupakan
masa gemilang dalam sejarah Cina. Dinasti T’ang didirikan oleh Li Yuan, setelah
naik tahta bergelar T’ang Kao Tsu
(618-627 M). Setelah ia meninggal kemudian digantikan oleh putranya Li Shih Min
dengan gelar T’ang Tai Tsung (627-649
M). Di bawah pemerintahan T’ang Tai Sung, Cina menjadi suatu kerajaan yang
lebih megah dari pada Dinasti Han. Pada zaman Dinasti T’ang sering disebut
sebagai zaman berkembangnya kesusasteraan, karena pada masa itu T’ang Tai Tsung
dikenal sebagai seorang pencipta karya kesusasteraan. Beliau dikenal sebagai
pemersatu kebudayaan Cina. Kekuasaan Dinasti T’ang hingga ke luar negeri Cina
seperti di kawasan selatan menguasai Ton-kin, Annam dan Kamboja lalu ke kawasan
sebelah barat menguasai Persia dan laut Kaspia. Dinasti ini patut dijadikan
Dinasti yang terpenting dalam sejarah karena Cina berhasil memperluas wilayah
kekuasaannya, mencapai kejayaan dengan kehidupan masyarakat yang makmur dan
sejahtera, serta berkembangnnya kesenian dan kebudayaan pada masa Cina kuno.
Pada bidang seni syair dan seni lukis terdapat seniman-seniman yang terkenal
seperti Li Tai Po, Tu Fu, dan Wang Wei.
Tindakan-tindakan kaisar T’ang T’ai Tsung yang
menarik perhatian rakyatnya adalah sebagai berikut:
1. Diadakannya sistem ketentaraan yang menetapkan
bahwa orang-orang tani yang berumur 20-60 tahun wajib menjadi serdadu dan
menjaga tempat-tempat penting.
2. Disusunnya perundang-undangan, terdiri dari
undang-undang yang mengatur pembagian tanah dan peraturan pajak. Lalu yang
kemudian nanti di jadikan contoh pada dinasti-dinasti setelahnya.
Seperti yang sudah
dijelaskan di halaman sebelumnya, bahwa Dinasti T’ang berhasil memperluas
wilayahnya ke luar negeri Cina. Terjalinnya hubungan dengan dunia luar, seperti
Yunani yang pada 640 M mengirim utusan ke Cina 643 M dan 647 M. Pada masa T’ang
Tai Tsung juga ia pernah memerintah seorang Raja di Tibet bernama Strong Btsang
Sam Po, yang akhirnya anak Raja tersebut menikah dengan putri T’ang Tai Tsung
yang bernama Wen Cheng. Dalam jalinan pernikahan inilah agama Buddha ke Cina
lebih luas. Dan yang membuat pada masa T’ang Tai Tsung ini makmur dan sejahtera
adalah kebebasan rakyat dan pendatang untuk bersosialisasi/bermasyarakat.
Bahwasannya pada masa T’ang Kao Tsu, agama kristen sangat berkembang yang pada
saat itu masyarakat yang membawa adalah dari Persia yang mayoritas adalah
pedagang, yang mengabarakan Injil secara spontan melalui jalan raya
perdagangan. Pada saat itu ada yang mengumumkan bahwa telah tiba biarawan dari
Nestorian yang bernama Uskup Alopen yang datang ke Ch’ang-an (Ibu kota Dinasti
T’ang). Ia membawa Kitab Injil, yang lalu ia dihantar ke Istana dan ajarannya
diperiksa di dalam kamar pribadi T’ang Kao Tsu. Dibacakannya isi kitab injil
itu dan Kaisar menganggap bahwa agama itu benar adanya dan para masyarakat
Persia di izinkan untuk menyebarkan agamanya. Tetapi dalam perjalanannya, agama
kristen sangat bertentangan dengan kebudayaan Cina. Tetapi sang kaisar Kao Tsu
tetap mendukung dan mengatakan bahwa agama Buddha adalah agama asing dan ia
memberi perintah untuk menghancurkan kuil-kuil yang ada. Ini membuat para
masyarakat memberontak. T’ang Tai Tsung, anaknya juga melakukan pemberontakan
tersebut dan memaksa ayahnya untuk turun takhta. Dan akhirnya T’ang Tai Tsung
naik takhta dan ia memberlakukan bahwa kuil-kuil masih tetap kokoh. Ia bersikap
toleran terhadap semua agama karena ingin meningkatkan pendidikan kesusasteraan
di Cina. Itulah alasannya mengapa pada zamannya, masyarakatnya sangat makmur
dan sejahtera.
Pada saat itu ia berusaha
untuk menguasai seluruh wilayah Korea, tetapi ia mengalami kegagalan dan lalu
ia meninggal dunia dan digantikan oleh putranya T’ang Kao Tsung (648-683 M).
Lalu Hui Tsung (683-690 M), Wu Tsen-tian (690-720 M), Yui Hui Tsung (720-712 M)
dan T’ang Hsuan Tsung (712-756 M).
Wu Tsen-tian (690-720 M) adalah
satu-satunya Kaisar Wanita di sepanjang sejarah Kekaisaran Cina. Dalam Masa
pemerintahannya, Dinasti T’ang mengalami kemajuan di bidang ekonomi. Wu
Tsen-tian mendorong peningkatan
produktivitas di bidang Pertanian sehingga Kekayaan Dinasti Tang bertambah dan
Rakyat juga hidup makmur sejahtera. Tetapi pada akhir-akhir masa
pemerintahannya, ia bertindak tidak bijak dan sangat mempercayai pejabat yang
hanya menyenangkan dirinya sendiri sehingga Perdana Menterinya yang bernama Di
Ren Jie melakukan pemberontakan yang memaksa Kaisar Wu Tsen-tian untuk
mengundurkan diri. Li Xian yang pernah menjabat yang bergelar Hui Tsung
kemudian naik tahta kembali menjadi Kaisar.
Kaisar Hui Tsung adalah
Kaisar yang lemah dan kurang berkemampuan sehingga kekuasaan pemerintahaan
sepenuhnya jatuh ke tangan Permaisurinya. Putranya yang bernama Li Lung Chi
kemudian melakukan perlawanan dan berhasil merebut kekuasaan dan menjadi Kaisar
yang bergelar T’ang Hsuan Tsung (721-756
M). Pada zamannya, Dinasti T’ang mengalami masa kejayaannya yang membuat
nama Cina semakin berkembang. Pada masanya, Cina mengalami kemajuan pesat dalam
bidang ilmu pengetahuan dan kesenian. Ia berhasil mendirikan sekolah kesenian
dengan nama Li Yuan Chiao Fang (Sekolah
Kesenian dan Sandiwara Li Yuan) sebagai peringatan atau penghormatan kepada
pendiri Dinasti T’ang, yakni Li Yuan. Pelukis terkenal pada masa itu adalah
Wang Wei, Wu Tao Tsu dan Kan Fu (Nio You Lan, 1952). Ia juga melakukan
Reformasi terhadap sistem pemerintahan dan memperbaiki perekonomian serta
melakukan penyesuaian pajak. Dalam masa pemerintahannya, Dinasti Tang mencapai
kemajuan yang pesat, Rakyat hidup dengan makmur dan sejahtera. Tetapi lambat
laun Dinasti T’ang terus mengalami pemberontakan dan yang paling besar adalah
pada 755 M yang dipimpin oleh An Lu Shan. Pada tahun 742, Kaisar T’ang Hsuan
Tsung mempergunakan Yang Guo Zhong sebagai Perdana Menteri dan memberikan
kekuasaan militer yang besar kepada Jenderal An Lu Shan sehingga kekuasaannya
menjadi semakin lemah. Pada tahun 755 M, Jenderal An Lu Shan melakukan kudeta
dan berhasil menduduki Ibukota Dinasti T’ang, Chang’an. Peristiwa tersebut
dikenal dengan sebutan “An Shi Zhi Luan. Kaisar T’ang Hsuan Tsung mundur ke
Kota Chengdu Propinsi Sichuan sedangkan Putera Mahkota Li Heng menuju ke Kota
Ling Wu. Sesampai di Kota Ling Wu, Li Heng langsung menobatkan dirinya menjadi
Kaisar dengan gelar Kaisar T’ang Su Zong dan menyebut Kaisar T’ang Hsuan Tsung
(Ayahnya) menjadi Tai Shang Huang.
Tahun 763, An Lu Shan
berhasil dikalahkan oleh Pasukan Militer Dinasti T’ang, Pemberontakan An Lu
Shan dinyatakan berakhir. Pemberontakan An Lu Shan ini semakin memperlemah
kondisi Dinasti T’ang hingga terjadinya perpecahan dari Dinasti T’ang yang
dilakukan oleh para kepala daerah.
Pada masa akhir-akhir
Dinasti T’ang, kekuasaan daerah menjadi lebih besar dari pemerintahaan Pusat.
Kepala Daerah yang pada saat itu disebut dengan istilah Jie Du Shi sudah tidak
menghiraukan perintah dari pemerintahan pusat. Saat tersebut, pemerintahan
pusat Dinasti T’ang hanya disibukan dengan pembasmian pemberontakan dan sudah
tidak terlalu memperhatikan perkembangan perekonomian dan sosial budayanya.
Kaisar-kaisar setelah Kaisar T’ang Su Zong seperti Kaisar T’ang Dai Zong
(762-780 M) dan Kaisar T’ang De Zong (780-805 M) adalah Kaisar-kaisar yang
lemah dan kurang berkemampuan. Tahun
806, Kaisar Tang Xian Zong naik tahta, atas bantuan para Menterinya, Kaisar
Tang Xian Zong berhasil merebut kembali semua kekuasaan daerah dan
mempersatukan kembali daerah-daerah dibawah pemerintahan pusat Dinasti T’ang.
Tetapi karena merasa sangat berjasa dan hebat, Kaisar T’ang Xian Zong kemudian
menindak semena-menanya dan mempercayai para kasim yang akhirnya Kaisar T’ang
Xian Zong dibunuh oleh para kasim-nya sendiri pada 828 M. Tahun berikutnya,
Kaisar T’ang Mu Zong naik tahta menjadi Kaisar baru. Semenjak Kaisar T’ang Mu
Zong, rata-rata semua Kaisar penerusnya mempercayai adanya Obat Hidup Abadi
serta sering meminum obat-obat tersebut. Bahkan terdapat 3 Kaisar yang langsung
meninggal setelah meminum obat yang katanya dapat hidup abadi tersebut. Hal ini juga mempercepat musnahnya Dinasti
T’ang.
Tahun 874, munculah
beberapa pemberontakan yang diantaranya adalah pemberontakan yang dipimpin oleh
Huang Chao dan Wang Xian Zhi. Semenjak itu, Pemerintahan Dinasti T’ang hanya
berada di daerah Ibukotanya saja yaitu Chang’an. Hingga pada tahun 907, Zhu Quan Zhong yang
saat itu menjabat Raja Liang memaksa Kaisar Tang Ai Di untuk turun tahta. Zhu
Quan Zhong sendiri menobatkan diri menjadi Kaisar dengan nama Dinasti barunya
Dinasti Liang. Dengan demikian Dinasti T’ang dinyatakan berakhir.
Setelah Dinasti T’ang,
China mengalami masa perpecahan yang disebut dengan zaman 5 Dinasti dan 10
Negara yang memunculkan 5 Dinasti, yaitu:
1. Dinasti Hou Liang, didirikan oleh Chu Wen
(906-923 M)
2. Dinasti Hou T’ang, didirikan oleh Li Kou Yung
(923-936 M)
3. Dinasti Hou Ch’in, didirikan oleh Shih Ching
Tang (936-947 M)
4. Dinasti Hou Han, didirikan oleh Liu Chih Yuang
(947-951 M)
5. Dinasti Hou Chou, didirikan oleh Kuo Wei
(951-960 M)
Dinasti Hou Chou kemudian
berhasil dihancurkan oleh Chao Kuang Yin, dengan demikian berakhirlah dinasti
Hou Chou dan berdirilah dinasti baru yakni Dinasti Sung.
2.5
Dinasti Sung
Dinasti Sung adalah salah satu dinasti yang
memerintah di China antara tahun 660 M sampai dengan tahun 1279 M sebelum Cina diinovasi dengan
bangsa Mongol. Dinasti ini merupakan pemerintah pertama di dunia yang mencetak
uang kertas dan merupakan dinasti China pertama yang mendirikan angkatan laut.
Untuk pertama kalinya pula, pada periode pemerintahan Dinasti Sung menggunakan
bubuk mesiu dalam peperangan dan kompas untuk penentu arah mata angin.
Pendiri Dinasti Sung
adalah Chao Kuang Yin, dengan gelar Sung
T’ai Tsu. Kehidupan sosial semasa Dinasti Sung di bilang cukup modern di
banding Dinasti sebelumnya. Banyak masyarakat saling berkumpul untuk memamerkan
dan memperdagangkan karya-karya seni berharga, masyarakat saling berkumpul
dalam festival-festival publik dan klub-klub privat, dan di kota-kota terdapat
daerah perempatan hiburan yang semarak. Penyebaran ilmu dan literatur didorong
oleh penemuan teknik percetakan blok kayu yang telah ada dan penemuan
percetakan bergerak pada abad ke-11. Teknologi, sains, filsafat, matematika,
dan ilmu teknik pra-modern berkembang dengan pesat pada masa Dinasti Sung.
Dinasti ini kerap sekali
mendapat gangguan dari bangsa-bangsa di perbatasan, seperti bangsa K’itan (di
sebelah Utara), bangsa Jurchen (di Mancurua) dan bangsa Mongol (di Mongolia).
Karena gangguan tersebut maka Dinasti Sung terpecah menjadi dua bagian yaitu
Sung Utara dengan ibukota Pien atau K’aifeng (960-1127 M) dan Sung Selatan
dengan ibukota Nanking (1127-1279 M).
1.
Sung Utara (960-1127 M)
Sung Utara ibukotanya
terletak di kota Bianjing (sekarang Kaifeng) dan dinasti ini mengontrol
kebanyakan daerah Cina dalam. Seperti yang sudah di jelaskan di pembahasan
sebelumnya bahwa Kaisar pertama yang memimpin Dinasti Sung yaitu Kaisar T’ai
Tsu (960-967 M). T’ai Tsu menyatukan China dengan menaklukkan berbagai daerah-daerah
kekuasaan semasa pemerintahannya dan mengakhiri pergolakan periode Lima Dinasti
dan Sepuluh Negara.
Di Kaifeng, ia mendirikan pemerintahan pusat
yang kuat. Ia menjaga stabilitas administrasi negara dengan mempromosikan
sistem ujian pegawai sipil dalam menunjuk pejabat-pejabat birokrat. Selain itu,
ia juga memulai berbagai proyek-proyek yang bertujuan menjamin efisiensi
komunikasi di seluruh kerajaan. Salah satu proyek tersebut adalah pembuatan
peta tiap-tiap provinsi dan kota-kota kerajaan secara mendetail dan kesemuannya
dikumpulkan menjadi satu atlas yang besar. Ia juga mendorong inovasi ilmu
pengetahuan dan teknologi dengan mendukung berbagai karya-karya ilmiah seperti
pembuatan menara jam astronomi yang dibuat oleh insinyur Zhang Sixun. Ia juga
mempunyai cita-cita untuk mempersatukan seluruh China, namun sebelum cita-cita
yang diinginkannya tercapai T’ai Tsu meninggal dunia pada tahun 976 M.
Kaisar Kedua dari Dinasti Sung yaitu Sung T’ai
Tsung dari periode 976 sampai dengan 998 M. ia meneruskan cita-cita dari kaisar
pertama yaitu Kaisar T’ai Tsu. Ia berhasil menaklukkan Hangchow. Pada masa
pemerintahan Sung T’ai Tsung juga sering mendapatkan gangguan dari bangsa
K’itan dan pada masa pemerintahannya bangsa K’itan menjadi semakin kuat. Bangsa
K’itan berhasil mendirikan kerajaan Liao (907-1124 M). Dinasti Sung tidak
pernah bisa menakhlukan bangsa tersebut, bahkan pada masa kaisar ketiga yaitu
Sung Chen Sung (998-1023 M).
Dari awal berdirinya Dinasti Sung oleh T’ai
Tsu, Dinasti Sung secara bergantian terlibat dalam peperangan dan hubungan
diplomasi dengan bangsa Khitan dari kerajaan Liao di Timur Laut dan bangsa
Tangut dari Dinasti His-hsia di Tibet. Dinasti Sung menggunakan kekuatan militer
dalam usahanya menumpas Dinasti Liao dan merebut kembali Enam belas Prefektur,
daerah kekuasaan Khitan yang dianggap sebagai bagian dari Cina. Namun, tentara
Sung berhasil didesak oleh tentara Liao yang terlibat dalam kampanye perang
agresif selama bertahun-tahun di daerah utara Sung.
Kemudian dari hal di atas diadakannya suatu
perjanjian Shanyuan (perjanjian perdamaian) pada 1004, yang isinya adalah:
“setiap tahun Sung membayar upeti
100.000 tael perak dan 200.000 gulung sutera kepada bangsa K’itan”.
Dari isi perjanjian
tersebut menunjukkan akan kelemahan dari Dinasti Sung sehingga muncul kerajaan
baru di perbatasan yaitu kerajaan His-hsia dari suku bangsa Tangut di Tibet.
Pada masa pemerintahan Kaisar yang keempat yaitu kaisar Sung Jen Tsung (1023-1063
M) dibuatlah lagi suatu perjanjian perdamaian yang isinya :
“setiap tahun Sung memberikan upeti
250.000 ons perak dan 250.000 gulung sutera dan 250.000 kati teh”.
Dinasti Sung akhirnya mengalami suatu kelemahan
ekonomi yang diakibatkan karena adanya sistem pembelian, lewat perjanjian
perdamaian dengan membayar upeti seperti di atas. Dalam masa kelemahan Dinasti
Sung yang dikarenakan pembayaran upeti –upeti kepada bangsa K’itan dan bangsa
Tangut tersebut, muncullah Wang An Shih (1021-1085). Wang An Shih bercita-cita mengadakan
suatu pembaharuan sosial. konsep pembaharuan Wang An Shih antara lain adalah :
a.
Diadakannya pajak perdagangan untuk mengisi kas
negara. Dengan demikian maksud monopoli
perdagangan bagi pemerintah ini mendapat tantangan dari para pedagang.
b.
Membuat rencana “Tunas Hijau” dengan jalan
memberikan kredit kepada petani-petani kecil dengan bunga 20% setahun, padahal
di luar bunga tersebut mencapai 50%.
c.
Menghapus rodi dan diganti pajak perkepala yang
dikenakan seluruh penduduk.
d.
Mengorganisir kembali sistem militer dan
kewajiban masuk milisi serta dibentuk penjagaan kampung yang disebut “Pao Chia”, yaitu dimana setiap keluarga
harus mengirimkan seorang ank untuk menjaga kampung (ronda). Sistem “Pao Chia”
diikuti dengan peraturan Pao Ma yaitu pemeliharaan kuda-kuda untuk keperluan
perang. Hal ini dilakukan untuk memperbaiki sistem kaliveri. Untuk itu ditunjuk
keluarga-keluarga tertentu yang diberi tugas untuk kepentingan angkatan perang.
Konsep pembaharuan Wang An Shih berlangsung
singkat karena mendapat tantangan dan tidak mendapat dukungan dari masyarakat
terutama pedagang, tuan tanah dan kaum sastrawan. Tokoh-tokoh yang menentang
yaitu Sze-ma Kuang, Ou-yang Siu dan su Tung P’o. Pada saat munculnya konsep
tersebut keadaan Dinasti Sung benar-benar lemah terutama Cina dilanda bencana
kelaparan (1047 M). hal tersebut membuat resah Dinasti Sung.
Keadaan Dinasti Sung yang sangat lemah tersebut
memberikan suatu kesempatan bagi bangsa-bangsa lain untuk memperkuat diri. Dan
muncullah Kerajaan Chin (1115-1234 M) yang didirikan oleh bangsa Jurchen di
Manchuria, yang kemudian disebut sebagai bangsa Chin. Pada mulanya
bangsa Chin diterima sebagai sekutu Dinasti Sung untuk menghadapi bangsa K’itan
sehingga Kerajaan Liao berhasil dihancurkan oleh bangsa Chin pada tahun 1124 M.
setelah bangsa K’itan berhasil dikalahkan, bangsa Chin berusaha mengambil
kekuasaan Dinasti Sung dengan mengadakan penyerangan terhadap Dinasti Sung.
Pada zaman Sung
Chin Tsung, ia mengadakan perdamaian dengan bangsa Chin (1126
M). Dinasti Sung harus membayar ganti rugi 5 juta ons emas, 50 ons perak,
10.000 ekor sapi dan kuda dan 1 juta gulung sutera. Namun, Sung Chin Tsung
membatalkan perdamaian tersebut dan melanjutkan peperangan. Dan akhirnya bangsa
Chin berhasil menghancurkan kota Kaifeng pada 1127 M, dan akhirnya Dinasti Sung
Utara runtuh.
2.
Sung Selatan
Berakhirnya Dinasti sung Utara bukan berarti
bahwa Dinasti Sung telah runtuh juga. Hal ini disebabkan adanya
pemerintahan oleh yang di pimpin oleh Pangeran Kang yang berada di sebelah selatan
yaitu Nanking sebagai ibu kotanya. Pangeran Kang pada saat memerintah Dinasti
Sung bagian selatan bergelar Sung Kao Tsung (1127-1276 M). Bangsa Chin yang telah
menghancurkan Dinasti Sung Selatan tidak berhenti begitu saja, mereka tetap
melakukan penyerangan ke selatan hingga lembah Yangtse Kiang yang akhirnya Sung Kao Tsung terpaksa memindahkan
pusat pemerintahannya ke Hangchow yang semulanya adalah Nanking. Sebagai
pembatas garis kekuasaan antara Dinasti Sung dan bangsa Chin yaitu sungai
Yangtse Kiang. Hal ini menyebabkan China terbagi menjadi dua yaitu di sebelah
selatan dikuasai oleh Dinasti Sung dan yang utara dikuasai oleh Kerajaan Chin
dari bangsa Chin (Jurchen).
Selanjutnya terjadi suatu
perdamaian antara Dinasti Sung dan Kerajaan Chin (1141 M) yang didalamnya
ditetapkan suatu persetujuan bahwa daerah perbatasan antara keduanya yaitu
terletak antara Sungai Yangtse dan Sungai Kuning. Selain itu Dinasti Sung harus
menyerahkan upeti kepada Chin sebesar 250.000 ons perak dan 250.000 gulung
sutera. Namun, sama seperti yang terjadi dimasa sebelumnya bahwa biarpun
terdapat suatu perdamaian tetapi permusuhan tetap terjadi. Ketika terjadi
permusuhan antara Dinasti Sung dan bangsa Chin muncul kekuatan baru di Utara
yaitu bangsa Mongol. Bangsa Mongol mulai kuat ketika
dipimpin oleh Jengis Khan (Temuchin). Dibawah pimpinannya kekuasaan bangsa
Mongol semakin luas sampai ke beberapa daerah di Cina Utara, Turkistan Timur,
Lembah Oxus, lembah Indus bagian Hulu, daerah Persia dan Eropa di ujung
tenggara.
Setelah Jengis Khan meninggal maka kekuasaan
turun ke cucunya yang bernama Ogodai. Saat kekuasaan dipegang olehnya, ia
berusaha untuk menaklukkan Cina. Salah satu usahanya yaitu menjatuhkan kerajaan
Chin dengan bekerjasama dengan Dinasti Sung. Akhirnya bangsa Chin berhasil
dihancurkan pada 1234 M. Setelah kerajaan Chin hancur mulai timbul permusuhan
antara Dinasti sung dengan bangsa Mongol.
Pada 1241 M Ogodai
meninggal dunia untuk sementara waktu ekspansi bangsa Mongol dihentikan sampai
bangsa Mongol mendapatkan pemimpin yang kuat yaitu Mango 1251 M. Pada masa ini
perluasan daerah bangsa Mongol semakin luas salah satunya yaitu ke wilayah
China yang dipimpin oleh Kubilai Khan. Kubilai Khan kemudian memegang kekuasaan
menggantikan Ogodai yang meninggal dunia pada tahun 1258 M. Walaupun Kubilai Khan semakin besar kekuatannya namun tidak bisa
mengalahkan Dinasti Sung dengan mudah. Setelah terjadi pertempuran selama 5 tahun
(1268-1273 M), berhasil mengalahkan Dinasti Sung. Pusat pemerintahan Dinasti
Sung Selatan yaitu Hanchow berhasil dikuasai bangsa Mongol. Pada tahun 1277 M
sebagian keluarga Sung melarikan diri ke selatan dan mendirikan pertahanan di
Canton, namun sayang Caton berhasil di taklukkan. Dinasti sung yang terakhir
berada di Kwangtung juga berhasil di hancurkan bangsa Mongol pada 1279 M.
Akhirnya bangsa Mongol berhasil menguasai seluruh wilayah China.
2.6
Dinasti Yuan
Dinasti Yuan
berlangsung dari tahun 1271 sampai 1368 M) merupakan Dinasti pertama yang
didirikan oleh Kubilai Khan dengan gelar Yuan Shi Chou (1260-1293 M) dan juga
merupakan satu-satunya Dinasti dalam sejarah China yang memiliki wilayah
kekuasaan terbesar. Wilayah kekuasaannya meliputi seluruh wilayah daratan China hingga
sampai ke Wilayah Asia Barat.
Untuk memperkuat kekuasaannya di dalam negeri
(Wilayah China), Dinasti Yuan membagi warga negaranya menjadi 4 level, yaitu
Suku Mongol, Se Mu Ren, Suku Han Utara dan Suku Han Selatan. Dalam kebijakan
pembagian level ini, Suku Han merupakan Suku yang paling rendah dalam Dinasti
Yuan. Oleh karena itu, saat pemerintahaan Dinasti Yuan, banyak mengalami
perlawanan dari Suku Han tetapi setiap perlawanan maupun pemberontakan dapat
dibasmi oleh Militer Dinasti Yuan.
Suku Mongol merupakan Suku yang suka mengembara
dan peternak sehingga produktivitas akan bahan pangan sangat rendah. Untuk
merubah kondisi tersebut serta untuk meningkatkan produktivitas, mulai dari
pemerintahan Kubilai Khan, Dinasti Yuan selalu fokus pada pengembangan sektor
pertanian sehingga pertanian dapat berkembang dengan pesat pada Dinasti Yuan.
Karena wilayah kekuasan Dinasti Yuan yang luas mencakup Asia Eropa, pertukaran
teknologi, perdagangan dan kerajian tangan juga berkembang dengan pesat. Dalam
hal industri tekstil, teknologi penenunan juga berkembangan dengan cepat karena
juga didukung dengan adanya perkebunan kapas yang luas terutama di wilayah
selatan China.
Perdagangan di Dinasti Yuan juga mengalami
perkembangan yang sangat pesat, hal ini dikarenakan meningkatnya penggunaan
uang kertas dan transportasi sungai/laut. Pada saat itu, Dinasti Yuan merupakan
salah satu Negara yang termakmur di dunia. Saat Pemerintahaan Kaisar Yuan Shi
Zu (Kubilai Khan), seorang pedagang terkenal yang berasal dari Venice Italia
yaitu Marco Polo pernah mengunjungi daratan China. Dalam bukunya yang berjudul
“The Travel of Marco Polo” mencatat
dengan jelas kondisi kemakmuran Ibukota Dinasti Yuan yaitu Kota “DADU”.
Setelah menguasai seluruh wilayah China, Kaisar
Yuan Shi Chou (Kubilai Khan) masih terus melakukan invasi-invasi militer untuk
memperluas wilayah kekuasaan. Kaisar Yuan Shi Zu melakukan 2 kali invasi
militer ke Jepang, Vietnam dan Myanmar. Kubilai Khan merupakan seorang
imperalis , tapi dalam politik luar negerinya ia mengalami kegagalan. Kegagalan
melaksanakan cita-cita imperalismenya yaitu;
1. Ekspansinya ke Jepang, duakali
Kubilai Khan mengirim ekspedisi ke Jepang (1274 dan 1281 M). keduanya mengalami
kegagalan dikarenakan terkena angin topan.
2. Ekspedisinya ke Birma dan Vietnam,
juga tidak berhasil.
3. Usaha untuk menanamkan pengaruhnya
terhadap Kerajaan Singasari di Jawa juga mengalami kegagalan.
Dari hal tersebut menunjukkan bahwa Kubilai
Khan bukan seorang negarawan melainkan seorang imperalis tanpa perhitungan
strategi yang matang. Daerah yang luas yang dimilikinya bukan merupakan hasil
usahanya sendiri melainkan warisan dari pembentuk emporium Mongol yakni Jengis
Khan.
Kubilai Khan melakukan usaha untuk meningkatkan
kesejahterahan negaranya yaitu antara lain:
1. Mengadakan pengawasan keliling,
dengan maksud mengetahui kondisi dan situasi rumah.
2. Berusaha memajukan pendidikan.
3. Mendirikan lumbung-lumbung umum.
4. Mendirikan rumah-rumah/tempat-tempat
penampungan orang sakit, lanjut usia dan yatim piatu.
Pada 1294 M Kubilai Khan meninggal dunia,
sesudah itu tidak ada satupun kaisar-kaisar bangsa Mongol yang kuat. Dinasti
Yuan mengalami perebutan kekuasaan Kekaisaran yang luar biasa, hanya dalam
waktu 25 tahun (tahun 1308-1333 M), Dinasti Yuan terjadi pergantian Kaisar
sebanyak 8 orang yaitu Kaisar Wu Zong, Ren Zong, Ying Zong, Tai Ding, Tian
Shun, Wen Zong, Ming Zong dan Ning Zong. Tahun 1333-1368 M, Kaisar Shun Ti naik
tahta menggantikan adiknya Ning Zong menjadi Kaisar Perebutan takhta tersebut
menyebabkan bangsa Mongol mengalami kemunduraan dan banyak daerah-daerah
kekuasaannya melepaskan diri.
Dalam kondisi yang sedemikian rupa muncullah
pemberontakan besar oleh Jenderal Chung Yuan Chang pada 1356 M yang akhirnya
berhasil menguasai Nanking dan daerah-daerah selatan. Dan pada tahun 1358 M ia
berhasil menghancurkan kekuasaan Dinasti Yuan di Peking. Dinasti Yuan pun
hancur dan berdirilah Dinasti baru yaitu Dinasti Ming.
2.7
Dinasti Ming (1368 – 1644 M)
Dinasti
Ming adalah dinasti Cina asli, dalam arti bahwa dinasti ini didirikan oleh
etnis Cina asli. Chu Yuan Chang sebagai pendiri Dinasti Ming berasal dari
rakyat biasa (petani rendahan); tetapi hidupnya diisi dengan hidup di biara
Buddhis. Setelah menjadi Kaisar, Chu Yuan Chang menggunakan gelar Ming t’ui
tsu, ia juga terkenal dengan nama Hung Wu yang memegang pemerintahan pada
sekitar tahun 1368 – 1398 M, dengan Nangking sebagai pusat pemerintahannya.
Istilah Ming berarti “brilliant” atau “glaorious” atau cemerlang
(Nio You Lan, 1952).
Pada
1372 M, Hung Wu berhasil meluluhlantakkan Kota Karakorum yang merupakan pusat
kekuasaan bangsa Mongol. Hung Wu berusaha untuk menciptakan ketertiban
negerinya yang ketika itu masih kacau. Ia mengusir sisa – sia pasukan Mongol di
China. Berkat jenderalnya yang terkenal yakni Hsu Ta, usaha – usaha Hung Wu
tersebut berhasil, bahkan pengaruhnya terasa sampai di Korea dan di selatan
sampai ke Birma dan Nepal. Ke arah timur, Hung Wu memusatkan perhatiannya ke
Jepang, karena banyak perompak – perompak Jepang yang merampok di pantai timur
Cina.
Untuk
menjaga kestabilan keadaan, Hung Wu menerapkan sistem feodal baru yang
disesuaikan dengan ajaran Konfusianisme. Demi kelancaran administrasi, Hung Wu
membagi kerajaan menjadi 15 provinsi. Dalam pengangkatan pegawai, diadakan
ujian kepegawaian atau jabatan, di mana ujian tersebut berasas pada ajaran
Konfusianisme. Untuk kemakmuran penduduk, diadakan transmigrasi dan pembukaan
tanah – tanah pertanian baru, pengeringan rawa – rawa dan sebagainya.
Setelah
Hung Wu meninggal (1398 M), kerajaan Ming mencapai puncak kejayaan pada masa
Kaisar Yen Wang dengan gelar Ming Ch’eng Tsu (1403 – 1421 M), dan ia
lebih dikenal dengan nama Yung Lo. Pada 1412 M ibukota kerajaan dipindahkan
dari Nanking ke Peking dan sampai dengan 1926 M Peking menjadi pusat
pemerintahan. Setelah Yung Lo naik takhta, ia berusaha untuk mempersatukan Cina
di bawah satu pemerintahan pusat yang kuat. Setelah usaha dalam negeri berhasil
ia melakukan perluasan daerah ke Tonkin dan Annan dan keduanya berhasil
dikuasainya. Yung Lo juga berhasil memperluas wilayahnya sampai ke Sungau Amur
(Mongolia).
Kaisar
Yung Lo merupakan seorang siplomat yang ulung. Pada masa pemerintahannya,
dikirimkanlah eskpedisi – eskpedisi angkatan laut ke daerah – daerah untuk
dibujuk agar mengakui Cina sebagai yang dipertuan. Tokoh eskpedisi yang
terkenal adalah Laksamana Cheng Ho, dengan dibantu sekretarisnya, Ma Huan.
Cheng
Ho mendapat tugas dari Yung Lo untuk mengadakan eskpedisi selatan. Pada masa
kaisar Yung Lo, Cheng Ho pernah mengadakan pelayaran ekspedisi diplomatik
sebanyak enam kali, yakni :
1. Pada 1405 M dengan mengunjungi Indo China, Champa, dan Sriwijaya;
2. Pada 1408 M dengan mengunjungi Malaka, Singapura, Calcuta, Persia.
Aden, dan Mekah;
3. Pada 1412 M dengan mengunjungi Aceh, Palembang, Bangka, dan Jawa;
4. Pada 1416 M dengan mengunjungi Saudi Arabia, Bangka, dan Jawa;
5. Pada 1421 M dengan mengunjungi Siam (Thailand) dan Sumatera;
6. Pada 1424 M dengan mengunjungi Sumatera, untuk mengetahui lebih
mendalam tentang Sumatera.
Tujuan
dari pelayaran tersebut adalah untuk mengadakan hubungan diplomatik dan mencari
kemenakannya yakni Hui Ti yang melarikan dari istananya. Kebesaran Yung Lo yang
lain ialah; ia memerintahkan 2000 orang penulis untuk menyusun suatu kamus.
Ensiklopedia ini terdiri 11.000 jilid, dengan judul Yung Lo ta tien. Selain itu Yung Lo juga
memerintahkan untuk membuat Lonceng Raksasa di Peking yang beratnya 12.000 pon.
Setelah
Yung Lo meninggal, digantikan oleh Ming Yen Tsung yang masih dapat menikmati
kebesaran Dinasti Ming. Pada masa pemerintahannya, Cheng Ho diperintahkan untuk
sekali lagi melakukan pelayaran ke seberang lautan (1430 – 1433 M). tujuannya
ialah mempererat hubungan Cina dengan negara – negara seberang lautan. Negara –
negara yang dikunjungi ialah Cochin China, Calicut, Sailan, Persia, Aden dan
Madagaskar.
Setelah
Ming Yen Tsung, tidak ada lagi kaisar yang tergolong kuat, sehingga kekuasaan
Ming mulai melemah. Dalam situasi demikian, Cina mendapat ancaman dari luar.
Armana Jepang di bawah pimpinan Hidoyeshi mulai mengancam Korea. Penyerbuan ke
Korea dilakukan pada 1592 M dan 1597 M. sedangkan daratan Cina sendiri mulai
muncul bangsa Manchu di Manchuria, yang sejak tahun 1559 M telah menjadi kuat
dan mengancam kekuasaan dinasti Ming.
Pada
masa akhir kekuasaan Ming, mulai diperkenalkan agama baru, yakni Katolik Roma
dengan pengajarnya yang terkenal di Dunia Timur yakni Franciscus Xaverius.
2.8
Dinasti Manchu (1644 – 1912 M)
Dinasti
yang didirikan oleh bangsa Manchu ini termasuk salah satu dinasti yang paling
lama masa pemerintahannya dalam sejarah Cina, yakni hampir 3 abad. Dibawah
kekuasaan Dinasti Manchu, yakni masa pemerintahan kaisar –kaisar terkenal
seperti K’ang His dan Ch’ien Lung, Cina mengalami masa kejayaan. Dibawah
pemerintahan kedua kaisar tersebut wilayah kekuasaan Cina sangat luas yakni
meliputi seluruh wilayah Cina dalam dan Cina luar. Pada masa dinasti Manchu
pula, penduduk Cina berkembang cepat, sebab masa ini masa kemakmuran Cina. pada
akhir abad XVII M dan awal abad XVII M jumlah penduduk Cina berkembang pesat
karena kemakmuran yang berlimpah. Pada masa ini juga sudah banyak orang – orang
Eropa yang datang ke Cina, terutama Inggris, Prancis, Spanyol dan Portugis.
Bangsa Manchu ini termasuk penganut kebudayaan Cina, dan mereka ini menggunakan
adat kebiasaan atau tradisi Tionghoa (Cina) sebagai kebudayaannya sendiri.
1.
Munculnya kekuasaan bangsa Manchu
Bangsa
Manchu adalah keluarga ketrunan bangsa Yurchen yang bertempat tinggal di
Manchuria. Pada awal abad XVII M mereka berhasil membentuk pemerintahan dibawah
pimpinan Narhachu (Nurhachi). Sedangkan yang dianggap kaisar pertama Dinasti
Manchu ialah cucu Nurhachi, yakni Shun Chih (1644 – 1662 M). Usaha – usaha yang
dilakukan oleh Shun Chih, dalam upaya memperkuat kekuasaan, antara lain:
a.
Tiap
– tiap orang Tionghoa harus berkucir sebagai tanda takluk dan untuk membedakan
dengan bangsa Manchu;
b.
Pejabat
tinggi dalam pemerinatahan dijabat oleh dua orang yakni seorang Tionghoa dan
seorang bangsa Manchu;
c.
Negara
dibagi menjadi 18 provinsi, untuk memudahkan pengaturan admisitrasi. Disamping
itu tetap dilakukan sistem ujian jabatan;
d.
Melarang
orang “kebiri”, yaitu penjaga – penjaga harem untuk menjabat jbatan dalam
pemerintahan.
e.
Mengadakan
hubungan persahabatan dengan bangsa Barat (Belanda); Persahabatan tersebut
diperkuat dengan dikirimkannya utusan ke Peking dibawah pimpinan Pieter de
Goyer dan Jacob de Keyser pada 1656 M.
2.
Berkembangnya kekuasaan bangsa Manchu
a. Masa pemerintahan K’ang Hsi (1662 – 1722 M)
Shun
Chin meninggal pada 1662 M, lalu digantikan oleh putranya yakni K’ang Hsi yang
pada waktu itu masih berumur 9 tahun. Semula ia didampingi oleh seorang wali,
tapi sejak 1669 M, ia mulai memerintah tanpa wali.
Masa
pemerintahannya bersamaan dengan masa pemerintahan Louis XIV di Prancis, Peter
Agung di Rusia, Aurangzeb di India dan Willian III di Inggris. K’ang Hsi
memiliki kecakapan dalam memerintah yang setara, atau bahkan lebih unggul dari
mereka. K’ang Hsi mempunyai karakteristik yang besar dan bijaksana, serta
mempunyai kecakapan dalam hal kepemerintahan. Pada masa awal pemerintahannya,
ia berhasil menghancurkan lawan – lawannya. Pada masa awal pemerintahannya pula
meletus pemberontakan dibawah pemerintahan Tiga Raja Muda tahun 1673 M, yang
dalam sejarah Cina dikenal dengan nama Pemberontakan San Fu, yakni:
a)
Pemberontakan
Wu San Kuel di Canton;
b)
Pemberontakan
Keng Ching Chung di Fukien;
c)
Pemberontakan
Shang Chih Hsin di Kwangtung.
Pemberontakan
tersebut akhirnya dapat dihancurkan oleh K’ang Hsi pada 1681 M. kebesaran K’ang
Hsi bukan hanya dibidang politik atau pemerintahan saja, akan tetapi juga
tampak dalam bidang ilmu pengetahuan dan kesusteraan. Selain itu, ia sendiri
juga seorang sasatrawan.
b.
Politik
luar negeri K’ang His
K’ang
Hsi akti melakukan perluasan daerah. Hubungan dengan Rusia terjalin dengan baik
setelah terjadi perjanjian Nerchinsk pada 1689 M yang isinya mengenai
tapal batas kedua negara (Cina – Rusia ) yakni Sungai Amur. Selanjutnya untuk
mempererat hubungan antara keduanya, Rusia pada 1719 M mengirimkan utusan ke
Peking dibawah pimpinan Ismaloff. Hubungan perdagangan Cina – Rusia semakin
ramai. Dari Cina barang – barang yanga dibawa ke Rusia, antara lain: sutera,
teh, tenun, dan barang – barang porselin, sebaliknya barang – barang Rusia yang
masuk ke Cina terutama antara lain ialah arloji.
Selain
dengan bangsa Belanda dan Rusia, K’ang Hsi juga menjalin hubungan dagang dengan
bangsa Barat lain yakni Inggris. Jadi
K’ang Hsi juga mengijinkan bangsa – bangsa Eropa lain untuk berdagang di Cina,
akan tetapi harus tunduk kepada peraturan – peraturan dari Co – hong. Sebagai
kota bandar yang tertua dan terbesar, Canton memiliki fungsi sebagai pintu
masuk orang – orang, barang – barang dan pengaruh Barat ke Cina.
a)
Co –
hong
Organisasi Co –
hong adalah gabungan dari sekelompok orang – orang Cina yang masih bersaudara
dan terkemuka (golongan borjuis), yang memn]punyai hak atas monopoli
perdagangan asing. Organisasi ini diciptakan K’ang Hsi pada 1720 M, dengan
menggambungkan 13 saudagar Tionghoa yang terkemuka.
b)
Masa
pemerintahan Chien Lung (1723 – 1735 M)
Pada
masa pemeerintahannya, Cina mengalami masa kejayaan yang kedua. Ch’ien Lung
aktif mengadakan ekspansi, memajukan bidang perdagangan dan pertanian, serta
kesusastraan. Pada masa ini perdagangan dengan bangsa barat semakin meluas, yakni
antara lain dengan bangsa Portugis, Inggris, Prancis, Belanda, Jerman, dan
Amerika dengan mpusat perdagangan yang terkenal di Macao (abad XVII M) dan
Canton (XVIII M).
Selain
kebijakan diatas, Ch’ien Lung juga mengeluarkan kebijakan – kebijakan lain yang
berhubungan dengan peperangan. Pada 1755 M, mengalahkan bangsa Eleuthen di
Kulja, 1759 M mengalahkan bangsa Turki Muslim di Kasygar dan Yarkabd, menduduki
Thibet 1765 M, selanjutnya menundukkan Birma 1765 – 1769 M.
Zaman
pemerintahan Ch’ien Lung merupakan masa kejayaan bagi Cina namun di masa – masa
akhir pemerintahannya menunjukkan tanda – tanda kemunduran. Hal ini berkaitan
dengan munculnya semangat nasionalisme
Cina.
c)
Runtuhnya
Kekuasaan Manchu
Faktor – faktor yang menyebabkan kemunduran dan kehancuran Dinasti
Manchu ialah :
1)
Gerakan
Teratai Putih
Muncul sejak
akhir masa pemerintahan Ch’ien Lung. Terdiri dari orang – orang pecinta
kerajaan Ming dan ingin mengembalikan kekuasaannya sebab Dinasti Ming pernah
mengalami masa kejayaan yakni masa Kaisar Yung Lo. Pada 1793 M gerakan ini
telah mengadakan pemberontakan di lembah Yang tse. Gerakan ini berjalan lebih
dari 10 tahun, dan baru dapat dipadamkan pada 1810 M, ketika Dinasti Manchu
dipimpin oleh Chia Ching.
2)
Perang
Candu I ( 1839 – 1842 M)
Selama
ini, bangsa Barat hanya membeli barang-barang dari China seperti porselin,
sutra, rempah-rempah dan teh sehingga akhirnya menguras cadangan devisa Barat
yang harus membayar dalam mata uang perak. Dari pertengahan kurun ke-17 lebih
kurang 28 juta kilogram perak telah diterima oleh China, disebabkan oleh kuasa permintaan
yang tinggi dari Eropa, bagi membuat pertukaran barangan dengan pihak China.
Bangsa barat (Inggris datang ke Cina
dengan tujuan antara lain:
-
Negara
– negara Eropa menginginkan untuk dapat berdagang di Cina secara bebas dengan
Inggris sebagai pelopornya.
-
Di
Eropa telah terjadi revolusi industri yang mengakibatkan Inggris harus keluar
mencari daerah pasar industri. Selain itu untuk mengambil bahan mentah.
-
Mengadakan
hubungan dagang terutama perdagangan candu. Dalam hal ini Inggris memasukkan
candu secara besar – besarakan ke Cina secara gelap tanpa bea cukai.
Kita tau bahwa candu dapat merusak
menral atau kesehatan. Sebenarnya, bangsa Tionghoa telah mengenal candu pada
sekitar abad ke-15, namun kerajaan melarang penghisapan candu pada tahun 1729,
karena seperti yang kita tahu bahwa candu mempunyai efek yang buruk jika
dipakai secara berlebihan dan tidak sesuai dengan dosis yang dianjurkan.
Perdagangan candu dengan China sebelumnya dipelopori oleh bangsa India dibawah
kemaharajaan Mughol semenjak pemerintahan Akbar, 1556-1605 di mana perdagangan
ilegal melalui China selatan ini mendatangkan jeuntungan yang luar biasa dan
Inggris yang kemudian menancapkan kukunya di India mlihatnya sebagai peluang
emas untuk memperbesar cadangan devisanya.
Dalam Taniputra (2009, hlm. 507)
Ekspor candu ke China ini meningkat dengan pesat, mulai dari 15 ton pada tahun
1730 hingga menjadi 75 ton pada tahun 1773. Candu-candu ini diselundupkan
melalui laut dalam ribuan peti yang masing-masing meti memuat 64 kg candu.
Membanjirnya candu di China secara
ilegal berdampak kepada rakyat China yang semakin melemah. Karena kebanyakan
pemakai candu merupakan kalangan rakyat, ada juga kalangan atas yang memakai
candu ini sehingga Kaisar Daoguang pada tahun 1799, negara menegaskan kembali
pelarangan impor candu ini dan pada tahun 1810 dikeluarkanlah titah yang
berbunyi :
Candu memiliki pengaruh yang sangat
merusak. Ketika seseorang mencandu menghirup asapnya, memang benar itu akan
membuatnya merasa senang dan [merasa] sanggup melakukan apa saja yang
menyenangkannya. Tetapi lambat laun, itu akan membunuhnya. Candu adalah racun,
bertentangan dengan tradisi dan moralitas kita yang baik. Penggunaannya
dilarang oleh hukum. Kini seorang bernama Yang telah berani membawanya ke Kota
terlarang. Sehingga tentu saja ia telah melanggar hukum! Meskipun demikian,
dewasa ini perdagangan dan konsumsi candu telah meningkat dengan pesat. Para
pedagang yang curang membeli dan menjualnya demimendapat keuntungan [pribadi].
Kantor bea cukai Pelabuhan Gerbang Zhongwen aslinya didirikan untuk mengawasi
barang-barang impor (tetapi tak berdaya dalam menghadapi penyelundupan candu
ini). jika kita melakukan razia terhadap candu di pelabuhan-pelabuhan,
dikahawatirkan bahwa hal ini masih belum memadai. Karenanya, kami juga
memerintahkan para petugas keamanan di kelima gerbang untuk melarang candu dan
merazianya di seluruh gerbang. Jika para pelakunya terungkap, maka mereka harus
segera dihukum dan candunya secepatnya dimusnahkan.
Hal ini lama kelamaan diketahui oleh
Dinasti Manchu, dan kemudaian Dinasti Masnchu berusaha untuk mencegahnya,
tetapi Inggris tetap berusaha untuk memasukknya candu ke Cina. hal ini membuat
hubungan mereka memburuk.
Meletusnya perang candu pertama ini
juga dilatar belakangi oleh munculnya seorang tokoh yang bernama Lin Tse Hu
atau Lin Zexu (1785-1850) yang diangkat oleh kaisar pada tahun 1839 sebagai
Komisioner untuk mengatasi penyeludupan candu di Kanton dengan kekuassaan
penuh. Dengan maksud untuk menolak perdagangan candu dan membasmi penggunaan
candu. Dalam menghadapi pedagang-pedagang Inggris, ia bertindak sangat keras.
Ia memaksa Inggris untuk menyerahkan candu sekitar 20.000 peti seharga 9 dollar
dan dibuang ke laut. Tindakan inilah yang menyebabkan hubungan antara China
dengan Inggris menjadi tegang. Akibatnya, Lin Tse Hu dipecat dan digantikan
oleh Ch’i shan dan diutus untuk melakukan perundingan dengan pihak Inggris.
Inggris bersedia mengakhiri permussuhan apabila China dapat memenuhi semua
tuntutan dari Inggris yakni: (a). Menyerahkan Hongkong kepada Inggris (b).
Kanton menjadi pelabuhan damai (c). Mengganti kerugian sebesar 6 juta dollar.
Namun persyaratan itu ditolak oleh kaisar karena dianggap terlalu berat
sehingga terjadilah perang dan berakhir dengan kemenangan di pihak Inggris. Perang
ini dikahiri dengan Perjanjian Nanking pada 29 Agustus 1842 M di atas
kapal perang Inggris HMS Cornwallis di Nanjing (sebelumnya dikenal dengan nama
"Nanking"). Ini adalah Perjanjian Tidak Adil pertama yang
ditandatangani Tiongkok dengan penguasa asing.
Isi perjanjian adalah perdamaian dan
persahabatan antara Ratu Inggris dan Kaisar Tiongkok dan perlindungan untuk
warga yang berada dalam dominion masing-masing, Kaisar Tiongkok setuju untuk
menginjinkan warga Inggris di berbagai kota seperti di Canton , Amoy , Ningpo ,
Shanghai. Akan ditunjuk petugas atau inspekstur ditiap kota untuk menjadi
jembatan komunikasi antara otoritas Tiongkok dengan pedagang Inggris. Hong Kong
diserahkan ke Inggris dan Kaisar Tiongkok setuju untuk membayar ganti rugi
sebesar 6 juta dollar senilai opium yang dikirimkan ke Canton pada bulan Maret
1839, Kaisar Tiongkok setuju untuk
pembukaan pelabuhan terhadap perdagangan Inggris.
3)
Perang
Candu II (1856 – 1858 M)
Pada
tahun 1856, Pemerintah China kembali menangkap kapal bebendera Inggris The
Arrow di Guangzhou karena menyelundupkan opium secara ilegal ke daratan China.
Insiden ini membuat Inggris marah lalu mendeklarasikan perang lagi terhadap
China. Dalam pertempuran kali ini Inggris bersekutu dengan Perancis. Akhirnya
Inggris keluar sebagai pemenang lagi, Kota Guangzhou diduduki pasukan
Inggris-Prancis sampai 1861.
Cina
yang kembali mengalami kekalahan dipaksa menandatangai Treaty of Nanjing (1858)
dimana Perancis, Rusia dan Amerika iku ambil bagian. Dalam perjanjian ini Cina
dipaksa untuk membuka sebelas pelabuhanya bagi pedagang asing, China dipaksa
mengizinkan berdirinya kedutaan asing, mengizinkan aktivitas para misionaris
Kristen serta melegalkan impor candu.
Setelah
menghadapi Perang Candu I dan II ini Dinasti Qing dibawah suku Manchu posisinya
makin melemah wibawanya di kalangan rakyat karena tak berhasil menghadapi
bangsa asing yang mulai menjajah China, dan secara perlahan-lahan setelah ini
China terus mengalami pergolakan antara lain Perang tahun 1859 saat Cina
menghalangi masuknya diplomat asing ke Beijing yang membuat China sekalilagi
dipaksa menyetujui Konvensi Beijing tahun 1860 yang isinya sangat merugikan
China kembali dan setelah itu Perag Boxer tahun 1899 yang membuat China harus
menandatangani Protokol Boxer tahun 1901. Hingga akhirnya Dinasti Qing
dijatuhkan gerakan nasionalisme rakyat China yang mayoritas Suku Han pada 10
Oktober 1911 yang mendirikan Republik China yang mengakhiri pemerintahan
monraki etnis Manchu yang dinilai lemah dalam menghadapi Penjajah.
4)
Pemberontakan
T’ai Ping (1850 – 1846 m
Seperti
kita ketahui sebelumnya bahwa Cina mengalami kekalahan besar dalam perang
Candu(1839-1842) dengan Inggris,dan inilah cikal bakal masuk imperialisme di
Cina pada waktu,armada armada angkatan laut Inggris masih terlalu tangguh untuk
di hadapi Cina saat itu,dan armada armada Inggris memang yang terkuat di
seantero jagat waktu.itu !
Dengan
kekalahan itu membuat Cina harus tunduk dengan aturan aturan yang dibuat oleh
kerajaan Inggris,walaupun sifatnya saat itu masih belum di jajah secara
permanen,oleh Inggris,tetapi membuat Cina sudah kehilangan beberaDengan
kekalahan itu,maka orang orang Cina banyak kehilangan hak haknya,dan ini
menandakan sebuah kelemahan kaisar yang berkuasa waktu itu (Dinasti
Mandsyu),membuat sebuah kekecewaan pada dinasti Mandsyu,sehingga rakyat mulai
kurang simpatik,dan kemudian terjadi sebuah pemberontakan,pada dinasti
Mandsyu,oleh sebagian rakyat ,yang disebut ''perang Taiping''(1850-1854).
Perang
ini bertujuan untuk menggulingkan pemerintahan dinasti Mandsyu,dan menolong
para petani petani serta mengusir orang orang kulit putih dari daratan
Cina,awalnya pemberontakan ini mendapat kemenangan,melawan fihak kerajaan,akan
tetapi ,dilain fihak para pemberontak juga bertindak sangat kejam terhadap
rakyat yang dianggap bersalah(tanpa pengadilan hukum ),sehingga pada akhirnya
rakyat justru merasa ''tertekan''sendiri,oleh ulah kaum pemberontak yang mulai
semena-mena.pa wilayahnya yang harus diserahkan dengan fihak Inggris.
5)
Perang
Cina Jepang I (1894 – 1895 M)
Adalah
sebuah perang antara Dinasti Qing Tiongkok dan Meiji Jepang dalam perebutan
kendali atas Korea. Perang Tiongkok-Jepang merupakan simbol kemerosotan Dinasti
Qing dan juga menunjukkan kesuksesan modernisasi Jepang sejak Restorasi Meiji
dibandingkan dengan Gerakan Penguatan Diri di Tiongkok.
Peperangan
ini berakhir dengan kekalahan Dinasti Qing dan penandatanganan Perjanjian
Shimonoseki pada tahun 1895 yang berakibat pada ganti rugi 30 miliar tael
kepada Jepang. Pengaruh selanjutnya dari perang ini adalah pergantian dominansi
regional Asia dari Tiongkok kepada Jepang dan merupakan pukulan telak untuk
Dinasti Qing dan tradisi Tiongkok kuno.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Cina
merupakan sumber peradaban bagi wilayah-wilayah disekitarnya. Korea, Jepang,
Taiwan, Indo-Cina, Semenanjung Malaya, Mongolia, Tibet, dan Asia Tengah. Cina
merupakan suatu bangsa yang memiliki sejarah tertua yang tidak terputus di
dunia. Cina di masa kuno diperintah oleh berbagai dinasti secara bergiliran,
dimulai dari Dinasti Chou sampai dengan Dinasti Manchu (Qing / Ch’ing). Kekuasaan
dinasti – dinasti ini dimulai pada tahun 1222 SM – 1911 M.
DAFTAR PUSTAKA
Agung, Leo. 2012. Sejarah Asia Timur I. Jakarta: Penerbit
Ombak.
Mayer, M. J. 1956. Ghengis Khan. Jawatan
Pengajaran Kementrian Pendidikan, Pengajaran dan kebudayaan, Jakarta.
Nio You Lan. 1952. Tiongkok Sepanjang Abad. Jakarta : Balai Pustaka
Ruck, Anne. 2008. Sejarah Gereja Asia. Jakarta : PT BPK
Gunung Mulia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar