Selasa, 28 Februari 2017

DINASTI - DINASTI CHINA

DINASTI – DINASTI CINA
Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Asia Timur
Dosen Pengampu : Nashar, M.Pd.














Disusun oleh,
Kelompok       4 :
Nuhiyah
Linda Falasifah
Irhas Nugraha
2288150010
2288150032
2288150042












JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SEPTEMBER, 2016


KATA PENGANTAR

Assalamu”alaikum Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah karena telah memberikan limpahan nikmat dan karuniaNya, Sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan Makalah “Dinasti – Dinasti Cina” ini. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan pada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW yang kita nantikan syafa’atnya di yaumul akhir nanti.
Penyusunan makalah  ini di dasari pada tinjauan pustaka.  Makalah  ini disusun dalam rangka untuk menyelesaikan tugas Mata Kuliah Sejarah Asia Timur. Pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih kepada Bapak Nashar, M.Pd. selaku Dosen Mata Kuliah Sejarah Asia Timur dan semua pihak yang telah memberikan bantuannya sehingga makalah ini dapat terselesaikan.   
Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Oleh karena itu, Kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
                            
Serang,   September  2016


Penyusun




i



DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................................ i
Daftar isi..................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................. 1
1.3 Tujuan................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Dinasti Chou......................................................................................................... 3
2.2 Dinasti Ch’in........................................................................................................ 7
2.3 Dinasti Han........................................................................................................... 9
2.4 Dinasti T’ang...................................................................................................... 13
2.5 Dinasti Sung....................................................................................................... 17
2.6 Dinasti Yuan....................................................................................................... 22
2.7 Dinasti Ming....................................................................................................... 25
2.8 Dinasti Manchu.................................................................................................. 27

BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan......................................................................................................... 37

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 38















ii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1              Latar Belakang
Cina merupakan sumber peradaban bagi wilayah-wilayah disekitarnya. Korea, Jepang, Taiwan, Indo-Cina, Semenanjung Malaya, Mongolia, Tibet, dan Asia Tengah. Hal ini terjadi karena Cina merupakan salah satu peradaban yang mempengaruhi dunia. Dengan tingkat peradaban yang diatas rata-rata pada masanya, Cina menjadi tolak ukur kemajuan suatu peradaban dan bangsa. Misalnya saja kertas, kompas, teknik percetakan, teknik pertanian, filsafat, dan pengobatan merupakan hasil peradaban Cina yang mempengaruhi peradaban lainnya di dunia.
Cina merupakan suatu bangsa yang memiliki sejarah tertua yang tidak terputus di dunia. Republik Rakyat Cina meliputi kekuasaan politik yang terbagi dalam Cina asli dan Cina Luar.Tanah Cina Asli, yang dengan dalam bahasa Inggris  disebut China Proper, adalah daerah Cina dalam lingkungan geografis yang batas sebelah Barat pegunungan tinggi tanah Tibet, sebelah barat laut padang rumput Mongolia dan Mancuria dengan dinding tembok Cina sebagai batas yang jelas, sebelah selatan Pegunungan Nanling atau pegunungan daerah selatan, yaitu pegunungan diperbatasan Asia Tenggara yang di Cina disebut Nan Yang (daerah selatan).
Cina “negara dengan seratus dinasti” disebut demikian karena dinasti yang pernah berkuasa di cina selalu berganti - ganti dengan rentang waktu yang bervariasi. Dinasti-dinasti yang pernah berkuasa pada zaman Cina Kuno, antara lain Dinasti Chou, Ch’in, Han, T’ang, Sung, Yuan, Ming dan Manchu.
1.2              Rumusan Masalah
1.      Bagaimana awal munculnya setiap Dinasti yang pernah berkuasa di Cina?
2.      Bagaimana perkembangan Cina pada setiap Dinasti yang pernah berkuasa di Cina?
3.      Bagaimana kondisi sosial budaya masyarakat Cina pada setiap dinasti yang pernah berkuasa di Cina?
4.      Bagaimana runtuhnya setiap Dinasti yang pernah berkuasa di Cina?

1.3              Tujuan
1.    Untuk mengetahui awal munculnya setiap Dinasti yang pernah berkuasa di Cina
2.    Untuk mengetahui perkembangan Cina pada setiap Dinasti yang pernah berkuasa di Cina
3.    Untuk mengetahui kondisi sosial budaya masyarakat Cina pada setiap dinasti yang pernah berkuasa di Cina
4.    Untuk mengetahui runtuhnya setiap Dinasti yang pernah berkuasa di Cina


















BAB II
PEMBAHASAN
2.1       Dinasti Chou
Dinasti Chou adalah dinasti terakhir sebelum China disatukan di bawah dinasti Qin, dinasti Chou merupakan dinasti yang bertahan paling lama dibandingkan dinasti lainnya dalam sejarah China pengunaan besi mulai di perkenalkan di China pada mulai zaman ini. Sesuia tradsi fundalisme China para penguasa Chou pengantikan dinasti Shang (Yin) dan mengesahkan aturan yang menetapkan mereka sebagai mandat dari langit, di mana para penguasa memerintah atas mandat dari langit. Penderian dinasti zhou di dahului oleh keluarga Ji beribukota di Hao,
Menuruskan corak budaya dan dinasti sebelumnya, pada awalnya Zhou melakukan ekspansi secara berangsur-angsur sistem yang sama kemudian dilakukan oleh Chou setelah penaklukan mereka dari negara Shang Penaklukan akhir Shang menambahkan wilayah kehidupan yang lebih ke alam daripada bisa diatasi dengan dengan komunikasi primitif waktu. Ketika yang terakhir penguasa Shang membuat perang besar nya yang berlangsung 260 hari terhadap suku-suku di selatan-timur, yang berakhir dengan keahiran dinasti.
selama masa dinasti Shang dinasti Chao berada di wilayah barat.
Pada awalnya keluarga Ji mengenadalikan negara Chou secara terpusat, pada tahun 771 sebelum masehi setelah raja You menggantikan ratunya dengan selir Bao si.  Awal kebudayaan Chou dan akhir dinasti Shang dalam sejarah dinasti memiliki kebudayaan yang kekhasan budaya peradaban China, sistem kekeluargaan yang belum kuat bersifat patriarki di China tentu agama sangat berpengaruh. Lapisan masyarakat pada masa dinasti Shang memiliki tingkatan menunjukan beberapa kecenderungan feodalisme walaupan masih primitif.
1.                  Chou masa pemerintahan Wu wang
Wu wang menjadikan kota Chang an sebagai ibukota. Ia memerintah dengan adil dan bijaksana. Untuk mewujudkan kebijakan dalam bidang pemerintahan yaitu:
a.       Penguasaaan raja adalah kekuasaan tertinggi.
b.      Didampingi oleh perdana menteri dan penasehat kerajaan.
c.       Mempunyai 5 menteri.
d.      Kerajaan di bagi dalam beberapa provinsi.
Wu wang hanya memerintah sampai tahun 1116 SM, kemudian digantikan oleh putranya yang masih kecil Cheng Wang namun didampingi oleh walinya Chou Kung berebakali-kali China mendapatkan serangan dari bangsa Barbar. Pada abad VIII SM dan IX SM kekuasaan Chou barat makin melemah, Kerajaan Chou terpecah menjadi pecahan kerajaan-kerajaan kecil. Raja terakhir Chou barat adalah Yu wang yang lemah tapi kejam pada masanya Chou barat runtuh dan muncul raja P’ing yang memidahkan pusat pemerintah ke timur.
2.      Chou Timur
Setelah P’Ing memimpin maka ibu kota dipindahkan dari Chang An ke Loi (Luoyang). Perpindahan ibu kota ini  di maksud kan untuk menghindari bangsa Barbar kehidupan di masyarakat di Chou timur terjadi perubahan, yakni:
a.       Meningkatnya kedudukan para pedagang.
b.      Naiknya kedudukan penguasa daerah.
Sejarawan Tiongkok membagi dua zaman yaitu di Chou timur musim semi dan gugur adalah sebuah kitab klasik yabg ditulis oleh Kong Hu Chu yang masuk dalam kumpulan Wu Jing atau dengan istilah zaman raja lima besar, di masa itu terjadi perebutan di negara vassal yaitu: Ch’I, Ch’u, Ch’in, Po, Sang dan Yen. Perubahan sosial di Cina terus berlangsung, seperti hancurnya sistem feodalisme dan munculnya ide-ide baru di bidang filsafat.
3.      Keadaan masyarakat pada masa Chou Timur.
Dengan adanya penemuan besi di Cina, maka terjadilah perubahan secara besar-besaran dalam pembuatan alat-alat dari besi, khususnya dalam bidang pertanian. Pertanian semakin berkembang  sehingga jumlah produksi meningkat dan perdagangan seamakin meluas. Dari zaman ini para saudagar semakin untung dan para bangsawan karena terjadi peperangan mereka menjadi miskin dan kehilangan harta benda. Pada masa ini juga timbul ajaran filsafat dan mulai berkembang kesusatraan Cina. Dihasilkan buku-buku yang menjadi buku-buku klasik dan dizaman selanjutnya dijadikan buku-buku suci untuk dijadikan pegangan hidup bermasyarakat dan pemerintahan sekumpulan buku-buku klasik mengenai palsafah, sejarah, pemerintahan dan adat istiadat di sebut Wu ching atau lima buku klasik. Tokoh-tokoh filsafat yang bermunculan antara lain, yakni:
a.       Kung Fu Tzu (551-479 SM).
Kung fu Tzu merpakan sebutan orang Tiaonghoa, sedangkan orang-orang barat menyebutnya konfosius. Ia dilahirkan pada 551 SM didaerah lu, Provinsi Shantung. Ketika berumur 17 tahun ia bekerja sebagai penilik kebun umum dan lumbung.
Ajarannya biasa disebut Ju Chia, orang banyak menyebutnya konfusieanisme waalau begitu ajara Kung Fu Tzu banyak di tentang oleh kaum Bnagsawan dan pendeta sebab, setiap memberikan pengajaran kepada orang sebelumnya penfajaran menjadi monopoli kaum Brahmana. Pada zamanya ini telah didasasrkan kesustraan Cina dsasar ini ialah lima klasik dan empat buku. Diantara murid-murid Confusius ( dalam arti pengikut/penganut ajarannya) ada dua orang yang terkenal, yaitu Meng-Tzu atau meng K’o (327-288SM) dan Hsun-tzu (300-230SM). Meng-tzu dalam nama latin disebut mencius, ia mengemukakan, bahwa dalam pemerintahan yang harus dipentingkan adalah rakyat, tetapi sebenarnya ia bukan penganjur demokrasi, karena ia tidak menghendaki pemerinthan dari rakyat dan selain itu yang dimaksud rakyat itu adalah golongan masyarakat atas. Ia dengan tegas membenarkan hak rakyat berdasarkan teori Tien Ming untuk memberontak terhadap pemerintahan yang lalim. Ia juga beranggapan bahwa orang dilahirkan dengan npembawaan yang baik. Terhadap tesis Mencius mengenai bakat manusia dikemukakan oleh Hsun Tzu  pendiriannya bertentangan, bahwa bakat manusia itu jahat, tetapi dapat diperbaiki menjadi berdab dengan pendidikan
b.      Lao Tze.
Ajaran filsafat kedua dari zaman klasik cina adalah Taoisme. Sebagai pendirinya adalah Lao-tzu (Laocius), artinya pujangga tua. Menurut tradisi, ia hidup sejaman dengan Confusius, bahka lebih tua, tapi kapan dan bagaimananya tidak diketahui. Sebuah buku yang menurut tradisi dikarang olehnya terkenal dengan nama “Tao Te Ching”, tetapi menurut yang sebenarnya buku itu baru ada pada kurun waktu sekitar tahun 300SM. Penganut ajaran Taoisme yang terkenal adalah Chuang-tzu atau Chuang Chao (369-286SM). Ajran Taoisme sebenarnya menetang masyarakat yang menganjurkan untuk kembali pada kehidupan masyarakat primitif didalam isolasi kesucian. Ajarannya mengungkapkan refleksi dari renungan kaum aristokrat yang mengalami kehancuran. Ajrannya yang dipengaruhi mistik berkembnag jadi agama, yang kemudian diasamping  unsur-unsur mistiknya berkembang menjadi agama yang penuh ketahayualan. Kemudian Taoisme sebagai agama mempunyai daya tarik yang besar dikalangan rakyat jelata.
c.       Mo Ti.
Ajaran yang revolusioner mengenai susunan masyarakat adalah dari Mo-ti atau Mo-tzu (Micius: 497-381SM), yang mau menghapuskan perbedan antara golongan dalam masyrakat. Ia dan pengikutnya menentang peperangan dan cara hidup boros. Oleh Mohisme atau ajaran Mo-tzu disusun metode berfikir dalam bentuk logika, yang dilanjutkan oleh kaum sophis/kaum dialektisian. Mo Ti berpendapat bahwa kebijaksaaan  yang paling besar adalah Chien ai. Yang dimaksud adalah semua orang mencintai orang tanpa perbedaan  dengan sendirinya kalau ia mencintai sesasama pasti akan dicintai.
2.2       Dinasti Ch’in
Dinasti ini berumur pendek, mempunyai tiga kaisar dan yang paling penting adalah kaisar pertama. Walau demikia dinasti ini mempunai arti penting bagi sejarah Cina. Dinasti ini melakukan revolusi besar pertama di Cina, revolusi besar kedua terjadi pada abad 20.
Pada awalnya Ch’in adalah negara kecil yang terbentuk sekitar tahun 900SM sebagai negara Wei Kuo dalam kerajaan Chou. Letaknya , sekarang termasuk dalam propinsi Kansu dan propinsi Shensi. Negara ini selalu mendapat serangan dari suku-suku nomad di sebelah barat laut Chin. Penduduknya merupakan campuran dari proto-Tar-tar atau proto-Turki-Mongolia dan proto-Tibet.
Shih Huang ti memegang kendali pemerintahan sejak umur 13 tahun, salah satu keberhasilan Shih Huang Ti adalah bahwa ia dapaat mempersatukan Cina. Berdirinya dinasti golongan legalitasdi bawah pimpinan perdana menteri. Organisasi yang dilaksanakan Shan Yang di Chin disusun menjadi negara militer, dengan tujuan untuk menguasai seluruh Cina.. setelah tahun 256SM Chin menjadi negara terkuat di Cina. Pada tahun 246SM Yin Cheng menjadi raja di Chin. Pada waktu itu di Shangtsai (negara Ch’u) lahir Ling Szu tahun 280SM. Dia diangkat menjadi perdana mentri oleh Chin (237-208SM) dan dia menyelesaikan pekerjaan Shan Yang. Pada tahun 230-221SM semua saingan Chin telah dihancurkan, yang terakhir ialah Ch’i di Shantung. Setelah selesai menyatukan Cina dalam satu kerajaan, Ying Cheng memakai gelar Shih-Huang Ti atau lengkapnya Ch’in Shih Huang Ti (221-209SM) artinya Kaisar Agung Pertama dari dinasti Ch’in (Shih artinya yang pertama). Dalam gelar itu terkandung harapan, bahwa dinasti Chin akan memerintah turun-temurun sampai akhir zaman. Kaisar mengeluarkan dekrit, bahwa penggantinya akan disebut sebagai kaisar kedua, ketiga dst sampai kaisar keseribu, bahkan ke sepuluh ribu. Pada tahun 221SM wilayah kerajaan diperluas ke tenggara yaitu kedaerah Bangsa Yuen, sekarang meliputi propinsi Chekiang, Fukien dan Kwantung. Ekspansi Cina ini diteruskan ke selatan  pada tahun 214SM, pasukan Cina menyerang sampai lembah sungai Merah di Tonkin (Vietnam Utara). Juga dilakukan serangan ke daerah suku-suku Thai di Szechuan dan Kucichao.
Sebenarnya yang menjadi aktor intelektual dari unifikasi Cina yang pertama ini adalah Li Szu. Dialah yang membuat rencana untuk mengkonsolidasikan unifikasi Cina dan dialah sebenarnya yang memegang peranan penting dalam penyatuan Cina 9menurut Derk Bodde dalam bukunya, China’s First Uniier, a study of the Chin dinasty as seen in the life of Li Szu (280-208 B.C), Leiden E.J Brill 1938). Tindakan-tindakan yang dilakukan Shih Huang ti adalah:
a.       Membangun tembok besar agar terhindar dari serangan bangsa barbar, tembok sepanjang 6.450 Km dibangun memanjang dari barat daya terus menebus ke darah selatan.
b.      Menghapuskan feodalisme dan membentuk pemerintah yang sentralisasi, seluruh Cina menjadi daerah-daerah provinsi masing-masing dikuasai oleh seorang gubernur.
c.       Mengadakan membakaran buku-buku kunop karya Kung Fu Tze kecuali tentang pertanian, pengobatan dan ramalan.
d.      Megadakan penyeragaman tulisan-tulisan diseluruh Cina.
e.       Membangn jalan raya.
Dalam Perjalanan ke-5 kalinya, Kaisar Qin Shi Huang wafat dalam perjalanan pulang. Perdana Menteri Li Shi dan Kasim Zhao Gao bersekongkol memalsukan Surat Perintah Kaisar untuk membunuh Jenderal besar Meng Tian dan Pangeran Fu Shu agar dapat mengangkat anak ke 18 Kaisar Qin Shi Huang yang bernama Hu Hai naik ke tahta Kekaisaran menjadi Kaisar Qin Er Shi atau Kaisar Qin II. Beberapa waktu kemudian, Perdana Menteri Li Shi juga dibunuh oleh Kasim Zhao Gao sehingga kekuasaan Dinasti Qin sepenuhnya dikuasai oleh Hu Hai dan Kasim Zhao Gao.
Erl Shih Huang Ti, ternyata memiliki kemiripan dengan ayahnya dalam hal kesombingan dan pembawaaaan akan tetepi ia tidak ciukup mahir dalam pemerintahan, dan bahkan dibawah pengaruh Chao Kao.dan Li Ssu. Namun di istana menimbulkan kekacauan akibat pemalsuan surat wasiat. s etelah Tzw Ying menaiki singsana ia mengetahui perbuatan Chao Kao yang begitu keji. Maka ia memerintahkan membunuh Chao Kao beserta keluarganya,dengan ini kekacaun kerajaan mebuat kesempatan bagi pemberontak untuk merebut tahta kerajaan. Pemberontakan di bawah pimpinan Hsiang Yu berhasil memasuki istana dan berhasil membunuh Tze Ying. Setelah Dinasti Qin runtuh, peperangan pecah antara Liu Bang dan Xiang Yu yang kemudian dimenangkan oleh Liu Bang dan mendirikan Dinasti Han yang akan berkuasa selama 400 tahun. Daftar Kaisar yang memismpin dinasti Ch’in antara lain:
a.       Ying Zi ( 306-205 SM ).
b.      Ying Zu ( 250 SM ).
c.       Ying Zichu (249-247 SM ).
d.      Ying Tzeng ( 246- 210 SM ).
e.       Ying Huhai (210- 207 SM ).
f.       Ying zing ( 206 SM ).
Dinasti Ch’in pada masanya sebagai dinasti yang daratan memepersatukan Cina.
2.3        Dinasti Han
Dibekas ibu kota Hsien didirikan ibu kota baru, bernama Chang-an. Pada masa ini timbul golongan tuan tanah yang bercorak baru, yang kemudian mempunyai pengarug besar dalam pemerintahan, golongan ini disebut kaum Gentry. Zaman Han terbagi dua oleh interregnum dari dinasti Hsin, seorang kaisar bernama Wangmang (8-14M). Dengan demikian ada dua dinasti Han : Hsia han atau Han Barat (206SM) dan Tung Han atau Han Timur (25-220M).


1.      Han Barat (206 SM-8 M).
Dinasti Han yang didirikan oleh Liu Pang, setelah naik tahta bergelar Han Kao Ttsu. (206 SM-195 SM). Han Kao Tsu banyak belajar dari keruntuhan dinasti Ch’in, menurut dirinya akibat runtuhnya dinasti Ch’in adalah kurang dukungnya pemerintah daerah. Kaisar pertama ini banyak mengangkat teman seperjuanagan dan kelurganya sebagai kepala daerah dengan gelar Wong ( raja kecil ).
Dinasti ini merupakan kerajaan unitaris warisan zaman Chin dan diberi dasar ideologi baru yang diambil dariChopocianisme. Dinasti Han melestarikan warisan Chou dan warisan dari Ch’in. Kaisar pertama terkenal dengan sebutan Han Kau Tzu (206-195SM). Nama Kau Tzu adalah nama resmi yang diberikan setelah kaisar meninggal dan nama itu disebut nama kuil (Miau Hau, temple name). Liu Pang adalah nama pribadi (Ming Hua) dari kaisar. Han dijadikan nama dinasti, menurut daerah asal dari pendiri dinasti, yaitu daerah hulu sungai Han. Selanjutnya sejak zaman Han sampai zaman Huan (1260-1368 M) dan Ming (1386-1644) dalam buku sejarah Cina kaisar biasa disebut dengan nama kuilnya, karena tabu untuk menyebut nama pribadinya. Pada waktu masih memrintah dipakai nama pemerintahannya (Nien Hau), pemakaian nama pemerintahan mengandung harapan,, bahwakerajaan akan sesuai dengan nama tersebut. Apabila keadaannya berbeda dengan harapan yang dikandung, maka dipilih nama lain. Sebelum zaman Ming seorang kaisar mempunyai beberapa nama pemerintahan karena beberapa kali berganti Nien Hau, tetapi sejak zaman Ming hanya satu Nien Hau saja yang dipakai.
Jaman Han memberikan kemenangan pada kaum konfusieme, dengan bantuan kaum tesebut tradisi pada zaman Chou dihidupkan kembali untuk menerjemahkan keangungan dinasti. Pada zaman Han Wua Ti mulai didasarkan ujian-ujian jabatan pemerintahan sipil dan didirikan akademi bagi pegawai negeri sipil yang mempunyai keahlian dalam ideologi konfusiaenisme. Sejak itu dimulai tradisi belajar untuk memperoleh pengetahuan dari buku-buku klasik dan buku-buku tafsirannya dengan tujuan mencapai posisi dalam pemerintahan dan masyarakat.
Pada masa ini ganguan dari bangsa barbar masih sering terjadi, maka kaisar melakukan persekutuan dengan bangsa Jueh Chih sehingga kemudian berhasil mendirikan pusat pertahanan nya di Bokhara. Yakni dilembah sungai Oxus. Kaiasar mengirim mengirim jenderal Chang Ch’ien dalam menghadapi bangsa barbar teteapi usaha jendral gagal sehingga ia tertangkap dan dipenjara selama 10 tahun oleh bangsa barbar.  Walaupun perjalanan sang Jendral gagal , memiliki arti yang penting yaitu dalam bidang ekonomi telah mengenal bangsa Asia tenggah dalam melakukan hubungan dagang.
Jalan sutera adalah jalan-jalan perhubungan lintas antara Cina dan Romawi, karena di anatara banyak dagangan yang membawa sutera , dengan adanya hubungan dagang dengan India dan Romawi terjadilah asmilasi budaya  dan masing-masing saling memperkaya satu sama lain. Setelah Han Wu Ti meninggal pada 87 SM, setelah itu terjadi perpecahan di mana permaisuri memberikan kekuasaan pemerintah kepada keluarganya, tampilah Wang Mang  pendiri dinasti Hsin. (8-23 M). . Wang Mang memkai nama Kaisar Hsin Huangti. Hanya dia satu-satunya kaisar dari dinasti itu. Pada masa kaisar itu disebut dalam berita mengenai hubungannya dengan Indonesia. Pada tahun penobatannya ia menerima seekor badak dari suatu negeri Nan yang (Asia Tenggara) yang bernama Huang Chih. Usaha-usaha Wang Mang dalam memerintah antara lain :
a)      Menasionalisasi tanah-tanah milik tuan tanah dan membaginya kepada para petani secara merata.
b)      Mendirikan lumbung-lumbung desa.
c)      Mengadakan peminjaman uang dengan bunga 10% pelunasannya pada waktu panen.
d)     Mengadakan monopoli pembuatan dan penjualan garam, arak, besi, tambang dan juga-juga sumber  lain serta percetakan uang.
e)      Melarang perdagangan budak.
Namun dalam pelaksaaannya mendapatkan perlawanan dan mulai terjadi pemberontakan hingga terbunuhnya Wang mang  maka berakhiirnya dinasti Han
2.      Han timur.
Kuang Wu Ti mengaantikan Wang Mang, mulailah Han timur dengan ibukota di Loi, Tien Ming belum dipindahkan dari dinasti Han. Pada kenyataannya pemindahan Tien Ming dilakukan oleh kaum gentry, karena tanpa dukungan mereka tiap dinasti yang didirikan tidak akan berhasil melakukan konsolidasi. Kaisar pertama Han Timur terkenal dengan nama kuil Kuang Wu Ti (25-57M). Serangan-serangan dari Bangsa Hsiung Nu pada awalnya dihadapi denga sikap defensif, tetapi setelah kaisar pertama meninggal diganti menjadi ofensif. Untuk kedua kalinya pasukan kerajaan Cina keluar dari dinding tembol besar untuk menaklukan kembali Asia Tengah, maka terjadilah hubungan dengan dunia luar sebelah barat, yiatu dengan Tha Chin (mungkin maksudnya Romawi), dengan kerajaan Partia di Iran dan Mesopotamia dan kerajaan Kushana di Gandharaian India barat. Kerajaan Kushana dan Partia menjadi perntara dalam hubungan Cina-India dan negara-negara disekitar Laut tengah melaui Asia Tengah masuk ke Asia Timur pengaruh kebudayaan India dan Helenisme. Pada zaman han terjadi kegiatan ilmiah. Beberapa sarjana melakukan penelitian bumi dan alam, diciptakan seimograf yang pertama, yaitu alat pencatat gempa, dibuat genomon atau alat penunjuk kedudukan matahari untuk menentukan waktu. Berdasarkan genomon dibuat alat penunjuk waktu. Penemuan yang sangat penting adalah kepandaian membuat kertas (tahun 105SM). Kepandaian membuat kertas melalui Asia tengah masuk ke India dan ditiru oleh bangsa Arab pada abad ke-7/8M, kemudian melaui Afrika dan Spanyol dikenal di Eropa. Kemegahan zaman Han masih bergema dalam sebutan “Putera-putra dari han” atau “orang-orang Han” yang dipakai oleh orang Cina Utara.
Pada tahun 100 M dimulai kaisar ke empat dari Han Timur, dinasti ini mengalami kemuduran lagi. Pada masa pemerintahan kaisar-kaisar cilik dengan para walinya terjadi komplotan klik-klik dengan bantuan kasim. Krisis agraria menyebabkan pemberontakan-pemberontakan petani pada akhir abad ke-2 dan awal abad ke-3M. Seorang perwira berhasil memadamkan pemberotakan dan kemudian merebut tahta (tahun 220M), tetapi Cina terpecah dalam tiga kerajaan.

2.4              Dinasti T‘ang
Dinasti T’ang merupakan masa gemilang dalam sejarah Cina. Dinasti T’ang didirikan oleh Li Yuan, setelah naik tahta bergelar T’ang Kao Tsu (618-627 M). Setelah ia meninggal kemudian digantikan oleh putranya Li Shih Min dengan gelar T’ang Tai Tsung (627-649 M). Di bawah pemerintahan T’ang Tai Sung, Cina menjadi suatu kerajaan yang lebih megah dari pada Dinasti Han. Pada zaman Dinasti T’ang sering disebut sebagai zaman berkembangnya kesusasteraan, karena pada masa itu T’ang Tai Tsung dikenal sebagai seorang pencipta karya kesusasteraan. Beliau dikenal sebagai pemersatu kebudayaan Cina. Kekuasaan Dinasti T’ang hingga ke luar negeri Cina seperti di kawasan selatan menguasai Ton-kin, Annam dan Kamboja lalu ke kawasan sebelah barat menguasai Persia dan laut Kaspia. Dinasti ini patut dijadikan Dinasti yang terpenting dalam sejarah karena Cina berhasil memperluas wilayah kekuasaannya, mencapai kejayaan dengan kehidupan masyarakat yang makmur dan sejahtera, serta berkembangnnya kesenian dan kebudayaan pada masa Cina kuno. Pada bidang seni syair dan seni lukis terdapat seniman-seniman yang terkenal seperti Li Tai Po, Tu Fu, dan Wang Wei.
Tindakan-tindakan kaisar T’ang T’ai Tsung yang menarik perhatian rakyatnya adalah sebagai berikut:
1.      Diadakannya sistem ketentaraan yang menetapkan bahwa orang-orang tani yang berumur 20-60 tahun wajib menjadi serdadu dan menjaga tempat-tempat penting.
2.      Disusunnya perundang-undangan, terdiri dari undang-undang yang mengatur pembagian tanah dan peraturan pajak. Lalu yang kemudian nanti di jadikan contoh pada dinasti-dinasti setelahnya.
Seperti yang sudah dijelaskan di halaman sebelumnya, bahwa Dinasti T’ang berhasil memperluas wilayahnya ke luar negeri Cina. Terjalinnya hubungan dengan dunia luar, seperti Yunani yang pada 640 M mengirim utusan ke Cina 643 M dan 647 M. Pada masa T’ang Tai Tsung juga ia pernah memerintah seorang Raja di Tibet bernama Strong Btsang Sam Po, yang akhirnya anak Raja tersebut menikah dengan putri T’ang Tai Tsung yang bernama Wen Cheng. Dalam jalinan pernikahan inilah agama Buddha ke Cina lebih luas. Dan yang membuat pada masa T’ang Tai Tsung ini makmur dan sejahtera adalah kebebasan rakyat dan pendatang untuk bersosialisasi/bermasyarakat. Bahwasannya pada masa T’ang Kao Tsu, agama kristen sangat berkembang yang pada saat itu masyarakat yang membawa adalah dari Persia yang mayoritas adalah pedagang, yang mengabarakan Injil secara spontan melalui jalan raya perdagangan. Pada saat itu ada yang mengumumkan bahwa telah tiba biarawan dari Nestorian yang bernama Uskup Alopen yang datang ke Ch’ang-an (Ibu kota Dinasti T’ang). Ia membawa Kitab Injil, yang lalu ia dihantar ke Istana dan ajarannya diperiksa di dalam kamar pribadi T’ang Kao Tsu. Dibacakannya isi kitab injil itu dan Kaisar menganggap bahwa agama itu benar adanya dan para masyarakat Persia di izinkan untuk menyebarkan agamanya. Tetapi dalam perjalanannya, agama kristen sangat bertentangan dengan kebudayaan Cina. Tetapi sang kaisar Kao Tsu tetap mendukung dan mengatakan bahwa agama Buddha adalah agama asing dan ia memberi perintah untuk menghancurkan kuil-kuil yang ada. Ini membuat para masyarakat memberontak. T’ang Tai Tsung, anaknya juga melakukan pemberontakan tersebut dan memaksa ayahnya untuk turun takhta. Dan akhirnya T’ang Tai Tsung naik takhta dan ia memberlakukan bahwa kuil-kuil masih tetap kokoh. Ia bersikap toleran terhadap semua agama karena ingin meningkatkan pendidikan kesusasteraan di Cina. Itulah alasannya mengapa pada zamannya, masyarakatnya sangat makmur dan sejahtera.
Pada saat itu ia berusaha untuk menguasai seluruh wilayah Korea, tetapi ia mengalami kegagalan dan lalu ia meninggal dunia dan digantikan oleh putranya T’ang Kao Tsung (648-683 M). Lalu Hui Tsung (683-690 M), Wu Tsen-tian (690-720 M), Yui Hui Tsung (720-712 M) dan T’ang Hsuan Tsung (712-756 M).
Wu Tsen-tian (690-720 M) adalah satu-satunya Kaisar Wanita di sepanjang sejarah Kekaisaran Cina. Dalam Masa pemerintahannya, Dinasti T’ang mengalami kemajuan di bidang ekonomi. Wu Tsen-tian mendorong  peningkatan produktivitas di bidang Pertanian sehingga Kekayaan Dinasti Tang bertambah dan Rakyat juga hidup makmur sejahtera. Tetapi pada akhir-akhir masa pemerintahannya, ia bertindak tidak bijak dan sangat mempercayai pejabat yang hanya menyenangkan dirinya sendiri sehingga Perdana Menterinya yang bernama Di Ren Jie melakukan pemberontakan yang memaksa Kaisar Wu Tsen-tian untuk mengundurkan diri. Li Xian yang pernah menjabat yang bergelar Hui Tsung kemudian naik tahta kembali menjadi Kaisar.
Kaisar Hui Tsung adalah Kaisar yang lemah dan kurang berkemampuan sehingga kekuasaan pemerintahaan sepenuhnya jatuh ke tangan Permaisurinya. Putranya yang bernama Li Lung Chi kemudian melakukan perlawanan dan berhasil merebut kekuasaan dan menjadi Kaisar yang bergelar T’ang Hsuan Tsung (721-756 M). Pada zamannya, Dinasti T’ang mengalami masa kejayaannya yang membuat nama Cina semakin berkembang. Pada masanya, Cina mengalami kemajuan pesat dalam bidang ilmu pengetahuan dan kesenian. Ia berhasil mendirikan sekolah kesenian dengan nama Li Yuan Chiao Fang (Sekolah Kesenian dan Sandiwara Li Yuan) sebagai peringatan atau penghormatan kepada pendiri Dinasti T’ang, yakni Li Yuan. Pelukis terkenal pada masa itu adalah Wang Wei, Wu Tao Tsu dan Kan Fu (Nio You Lan, 1952). Ia juga melakukan Reformasi terhadap sistem pemerintahan dan memperbaiki perekonomian serta melakukan penyesuaian pajak. Dalam masa pemerintahannya, Dinasti Tang mencapai kemajuan yang pesat, Rakyat hidup dengan makmur dan sejahtera. Tetapi lambat laun Dinasti T’ang terus mengalami pemberontakan dan yang paling besar adalah pada 755 M yang dipimpin oleh An Lu Shan. Pada tahun 742, Kaisar T’ang Hsuan Tsung mempergunakan Yang Guo Zhong sebagai Perdana Menteri dan memberikan kekuasaan militer yang besar kepada Jenderal An Lu Shan sehingga kekuasaannya menjadi semakin lemah. Pada tahun 755 M, Jenderal An Lu Shan melakukan kudeta dan berhasil menduduki Ibukota Dinasti T’ang, Chang’an. Peristiwa tersebut dikenal dengan sebutan “An Shi Zhi Luan. Kaisar T’ang Hsuan Tsung mundur ke Kota Chengdu Propinsi Sichuan sedangkan Putera Mahkota Li Heng menuju ke Kota Ling Wu. Sesampai di Kota Ling Wu, Li Heng langsung menobatkan dirinya menjadi Kaisar dengan gelar Kaisar T’ang Su Zong dan menyebut Kaisar T’ang Hsuan Tsung (Ayahnya) menjadi Tai Shang Huang.
Tahun 763, An Lu Shan berhasil dikalahkan oleh Pasukan Militer Dinasti T’ang, Pemberontakan An Lu Shan dinyatakan berakhir. Pemberontakan An Lu Shan ini semakin memperlemah kondisi Dinasti T’ang hingga terjadinya perpecahan dari Dinasti T’ang yang dilakukan oleh para kepala daerah.
Pada masa akhir-akhir Dinasti T’ang, kekuasaan daerah menjadi lebih besar dari pemerintahaan Pusat. Kepala Daerah yang pada saat itu disebut dengan istilah Jie Du Shi sudah tidak menghiraukan perintah dari pemerintahan pusat. Saat tersebut, pemerintahan pusat Dinasti T’ang hanya disibukan dengan pembasmian pemberontakan dan sudah tidak terlalu memperhatikan perkembangan perekonomian dan sosial budayanya. Kaisar-kaisar setelah Kaisar T’ang Su Zong seperti Kaisar T’ang Dai Zong (762-780 M) dan Kaisar T’ang De Zong (780-805 M) adalah Kaisar-kaisar yang lemah dan kurang berkemampuan.  Tahun 806, Kaisar Tang Xian Zong naik tahta, atas bantuan para Menterinya, Kaisar Tang Xian Zong berhasil merebut kembali semua kekuasaan daerah dan mempersatukan kembali daerah-daerah dibawah pemerintahan pusat Dinasti T’ang. Tetapi karena merasa sangat berjasa dan hebat, Kaisar T’ang Xian Zong kemudian menindak semena-menanya dan mempercayai para kasim yang akhirnya Kaisar T’ang Xian Zong dibunuh oleh para kasim-nya sendiri pada 828 M. Tahun berikutnya, Kaisar T’ang Mu Zong naik tahta menjadi Kaisar baru. Semenjak Kaisar T’ang Mu Zong, rata-rata semua Kaisar penerusnya mempercayai adanya Obat Hidup Abadi serta sering meminum obat-obat tersebut. Bahkan terdapat 3 Kaisar yang langsung meninggal setelah meminum obat yang katanya dapat hidup abadi tersebut.  Hal ini juga mempercepat musnahnya Dinasti T’ang.
Tahun 874, munculah beberapa pemberontakan yang diantaranya adalah pemberontakan yang dipimpin oleh Huang Chao dan Wang Xian Zhi. Semenjak itu, Pemerintahan Dinasti T’ang hanya berada di daerah Ibukotanya saja yaitu Chang’an.  Hingga pada tahun 907, Zhu Quan Zhong yang saat itu menjabat Raja Liang memaksa Kaisar Tang Ai Di untuk turun tahta. Zhu Quan Zhong sendiri menobatkan diri menjadi Kaisar dengan nama Dinasti barunya Dinasti Liang. Dengan demikian Dinasti T’ang dinyatakan berakhir.
Setelah Dinasti T’ang, China mengalami masa perpecahan yang disebut dengan zaman 5 Dinasti dan 10 Negara yang memunculkan 5 Dinasti, yaitu:
1.      Dinasti Hou Liang, didirikan oleh Chu Wen (906-923 M)
2.      Dinasti Hou T’ang, didirikan oleh Li Kou Yung (923-936 M)
3.      Dinasti Hou Ch’in, didirikan oleh Shih Ching Tang (936-947 M)
4.      Dinasti Hou Han, didirikan oleh Liu Chih Yuang (947-951 M)
5.      Dinasti Hou Chou, didirikan oleh Kuo Wei (951-960 M)
Dinasti Hou Chou kemudian berhasil dihancurkan oleh Chao Kuang Yin, dengan demikian berakhirlah dinasti Hou Chou dan berdirilah dinasti baru yakni Dinasti Sung.
2.5              Dinasti Sung
Dinasti Sung adalah salah satu dinasti yang memerintah di China antara tahun 660 M sampai dengan tahun 1279 M sebelum Cina diinovasi dengan bangsa Mongol. Dinasti ini merupakan pemerintah pertama di dunia yang mencetak uang kertas dan merupakan dinasti China pertama yang mendirikan angkatan laut. Untuk pertama kalinya pula, pada periode pemerintahan Dinasti Sung menggunakan bubuk mesiu dalam peperangan dan kompas untuk penentu arah mata angin.
Pendiri Dinasti Sung adalah Chao Kuang Yin, dengan gelar Sung T’ai Tsu. Kehidupan sosial semasa Dinasti Sung di bilang cukup modern di banding Dinasti sebelumnya. Banyak masyarakat saling berkumpul untuk memamerkan dan memperdagangkan karya-karya seni berharga, masyarakat saling berkumpul dalam festival-festival publik dan klub-klub privat, dan di kota-kota terdapat daerah perempatan hiburan yang semarak. Penyebaran ilmu dan literatur didorong oleh penemuan teknik percetakan blok kayu yang telah ada dan penemuan percetakan bergerak pada abad ke-11. Teknologi, sains, filsafat, matematika, dan ilmu teknik pra-modern berkembang dengan pesat pada masa Dinasti Sung.
Dinasti ini kerap sekali mendapat gangguan dari bangsa-bangsa di perbatasan, seperti bangsa K’itan (di sebelah Utara), bangsa Jurchen (di Mancurua) dan bangsa Mongol (di Mongolia). Karena gangguan tersebut maka Dinasti Sung terpecah menjadi dua bagian yaitu Sung Utara dengan ibukota Pien atau K’aifeng (960-1127 M) dan Sung Selatan dengan ibukota Nanking (1127-1279 M).
1.      Sung Utara (960-1127 M)
Sung Utara ibukotanya terletak di kota Bianjing (sekarang Kaifeng) dan dinasti ini mengontrol kebanyakan daerah Cina dalam. Seperti yang sudah di jelaskan di pembahasan sebelumnya bahwa Kaisar pertama yang memimpin Dinasti Sung yaitu Kaisar T’ai Tsu (960-967 M). T’ai Tsu menyatukan China dengan menaklukkan berbagai daerah-daerah kekuasaan semasa pemerintahannya dan mengakhiri pergolakan periode Lima Dinasti dan Sepuluh Negara.

Di Kaifeng, ia mendirikan pemerintahan pusat yang kuat. Ia menjaga stabilitas administrasi negara dengan mempromosikan sistem ujian pegawai sipil dalam menunjuk pejabat-pejabat birokrat. Selain itu, ia juga memulai berbagai proyek-proyek yang bertujuan menjamin efisiensi komunikasi di seluruh kerajaan. Salah satu proyek tersebut adalah pembuatan peta tiap-tiap provinsi dan kota-kota kerajaan secara mendetail dan kesemuannya dikumpulkan menjadi satu atlas yang besar. Ia juga mendorong inovasi ilmu pengetahuan dan teknologi dengan mendukung berbagai karya-karya ilmiah seperti pembuatan menara jam astronomi yang dibuat oleh insinyur Zhang Sixun. Ia juga mempunyai cita-cita untuk mempersatukan seluruh China, namun sebelum cita-cita yang diinginkannya tercapai T’ai Tsu meninggal dunia pada tahun 976 M.
Kaisar Kedua dari Dinasti Sung yaitu Sung T’ai Tsung dari periode 976 sampai dengan 998 M. ia meneruskan cita-cita dari kaisar pertama yaitu Kaisar T’ai Tsu. Ia berhasil menaklukkan Hangchow. Pada masa pemerintahan Sung T’ai Tsung juga sering mendapatkan gangguan dari bangsa K’itan dan pada masa pemerintahannya bangsa K’itan menjadi semakin kuat. Bangsa K’itan berhasil mendirikan kerajaan Liao (907-1124 M). Dinasti Sung tidak pernah bisa menakhlukan bangsa tersebut, bahkan pada masa kaisar ketiga yaitu Sung Chen Sung (998-1023 M).
Dari awal berdirinya Dinasti Sung oleh T’ai Tsu, Dinasti Sung secara bergantian terlibat dalam peperangan dan hubungan diplomasi dengan bangsa Khitan dari kerajaan Liao di Timur Laut dan bangsa Tangut dari Dinasti His-hsia di Tibet. Dinasti Sung menggunakan kekuatan militer dalam usahanya menumpas Dinasti Liao dan merebut kembali Enam belas Prefektur, daerah kekuasaan Khitan yang dianggap sebagai bagian dari Cina. Namun, tentara Sung berhasil didesak oleh tentara Liao yang terlibat dalam kampanye perang agresif selama bertahun-tahun di daerah utara Sung.
Kemudian dari hal di atas diadakannya suatu perjanjian Shanyuan (perjanjian perdamaian) pada 1004, yang isinya adalah:
“setiap tahun Sung membayar upeti 100.000 tael perak dan 200.000 gulung sutera kepada bangsa K’itan”.
Dari isi perjanjian tersebut menunjukkan akan kelemahan dari Dinasti Sung sehingga muncul kerajaan baru di perbatasan yaitu kerajaan His-hsia dari suku bangsa Tangut di Tibet. Pada masa pemerintahan Kaisar yang keempat yaitu kaisar Sung Jen Tsung (1023-1063 M) dibuatlah lagi suatu perjanjian perdamaian yang isinya :
“setiap tahun Sung memberikan upeti 250.000 ons perak dan 250.000 gulung sutera dan 250.000 kati teh”.
Dinasti Sung akhirnya mengalami suatu kelemahan ekonomi yang diakibatkan karena adanya sistem pembelian, lewat perjanjian perdamaian dengan membayar upeti seperti di atas. Dalam masa kelemahan Dinasti Sung yang dikarenakan pembayaran upeti –upeti kepada bangsa K’itan dan bangsa Tangut tersebut, muncullah Wang An Shih (1021-1085). Wang An Shih bercita-cita mengadakan suatu pembaharuan sosial. konsep pembaharuan Wang An Shih antara lain adalah :
a.       Diadakannya pajak perdagangan untuk mengisi kas negara. Dengan demikian maksud monopoli perdagangan bagi pemerintah ini mendapat tantangan dari para pedagang.
b.      Membuat rencana “Tunas Hijau” dengan jalan memberikan kredit kepada petani-petani kecil dengan bunga 20% setahun, padahal di luar bunga tersebut mencapai 50%.
c.       Menghapus rodi dan diganti pajak perkepala yang dikenakan seluruh penduduk.
d.      Mengorganisir kembali sistem militer dan kewajiban masuk milisi serta dibentuk penjagaan kampung yang disebut “Pao Chia”, yaitu dimana setiap keluarga harus mengirimkan seorang ank untuk menjaga kampung (ronda). Sistem “Pao Chia” diikuti dengan peraturan Pao Ma yaitu pemeliharaan kuda-kuda untuk keperluan perang. Hal ini dilakukan untuk memperbaiki sistem kaliveri. Untuk itu ditunjuk keluarga-keluarga tertentu yang diberi tugas untuk kepentingan angkatan perang.
Konsep pembaharuan Wang An Shih berlangsung singkat karena mendapat tantangan dan tidak mendapat dukungan dari masyarakat terutama pedagang, tuan tanah dan kaum sastrawan. Tokoh-tokoh yang menentang yaitu Sze-ma Kuang, Ou-yang Siu dan su Tung P’o. Pada saat munculnya konsep tersebut keadaan Dinasti Sung benar-benar lemah terutama Cina dilanda bencana kelaparan (1047 M). hal tersebut membuat resah Dinasti Sung.
Keadaan Dinasti Sung yang sangat lemah tersebut memberikan suatu kesempatan bagi bangsa-bangsa lain untuk memperkuat diri. Dan muncullah Kerajaan Chin (1115-1234 M) yang didirikan oleh bangsa Jurchen di Manchuria, yang kemudian disebut sebagai bangsa Chin. Pada mulanya bangsa Chin diterima sebagai sekutu Dinasti Sung untuk menghadapi bangsa K’itan sehingga Kerajaan Liao berhasil dihancurkan oleh bangsa Chin pada tahun 1124 M. setelah bangsa K’itan berhasil dikalahkan, bangsa Chin berusaha mengambil kekuasaan Dinasti Sung dengan mengadakan penyerangan terhadap Dinasti Sung. Pada zaman Sung Chin Tsung, ia mengadakan perdamaian dengan bangsa Chin (1126 M). Dinasti Sung harus membayar ganti rugi 5 juta ons emas, 50 ons perak, 10.000 ekor sapi dan kuda dan 1 juta gulung sutera. Namun, Sung Chin Tsung membatalkan perdamaian tersebut dan melanjutkan peperangan. Dan akhirnya bangsa Chin berhasil menghancurkan kota Kaifeng pada 1127 M, dan akhirnya Dinasti Sung Utara runtuh.
2.      Sung Selatan
Berakhirnya Dinasti sung Utara bukan berarti bahwa Dinasti Sung telah runtuh juga. Hal ini disebabkan adanya pemerintahan oleh yang di pimpin oleh Pangeran Kang yang berada di sebelah selatan yaitu Nanking sebagai ibu kotanya. Pangeran Kang pada saat memerintah Dinasti Sung bagian selatan bergelar Sung Kao Tsung (1127-1276 M). Bangsa Chin yang telah menghancurkan Dinasti Sung Selatan tidak berhenti begitu saja, mereka tetap melakukan penyerangan ke selatan hingga lembah Yangtse Kiang yang akhirnya Sung Kao Tsung terpaksa memindahkan pusat pemerintahannya ke Hangchow yang semulanya adalah Nanking. Sebagai pembatas garis kekuasaan antara Dinasti Sung dan bangsa Chin yaitu sungai Yangtse Kiang. Hal ini menyebabkan China terbagi menjadi dua yaitu di sebelah selatan dikuasai oleh Dinasti Sung dan yang utara dikuasai oleh Kerajaan Chin dari bangsa Chin (Jurchen).
Selanjutnya terjadi suatu perdamaian antara Dinasti Sung dan Kerajaan Chin (1141 M) yang didalamnya ditetapkan suatu persetujuan bahwa daerah perbatasan antara keduanya yaitu terletak antara Sungai Yangtse dan Sungai Kuning. Selain itu Dinasti Sung harus menyerahkan upeti kepada Chin sebesar 250.000 ons perak dan 250.000 gulung sutera. Namun, sama seperti yang terjadi dimasa sebelumnya bahwa biarpun terdapat suatu perdamaian tetapi permusuhan tetap terjadi. Ketika terjadi permusuhan antara Dinasti Sung dan bangsa Chin muncul kekuatan baru di Utara yaitu bangsa Mongol. Bangsa Mongol mulai kuat ketika dipimpin oleh Jengis Khan (Temuchin). Dibawah pimpinannya kekuasaan bangsa Mongol semakin luas sampai ke beberapa daerah di Cina Utara, Turkistan Timur, Lembah Oxus, lembah Indus bagian Hulu, daerah Persia dan Eropa di ujung tenggara.
Setelah Jengis Khan meninggal maka kekuasaan turun ke cucunya yang bernama Ogodai. Saat kekuasaan dipegang olehnya, ia berusaha untuk menaklukkan Cina. Salah satu usahanya yaitu menjatuhkan kerajaan Chin dengan bekerjasama dengan Dinasti Sung. Akhirnya bangsa Chin berhasil dihancurkan pada 1234 M. Setelah kerajaan Chin hancur mulai timbul permusuhan antara Dinasti sung dengan bangsa Mongol.
Pada 1241 M Ogodai meninggal dunia untuk sementara waktu ekspansi bangsa Mongol dihentikan sampai bangsa Mongol mendapatkan pemimpin yang kuat yaitu Mango 1251 M. Pada masa ini perluasan daerah bangsa Mongol semakin luas salah satunya yaitu ke wilayah China yang dipimpin oleh Kubilai Khan. Kubilai Khan kemudian memegang kekuasaan menggantikan Ogodai yang meninggal dunia pada tahun 1258 M. Walaupun Kubilai Khan semakin besar kekuatannya namun tidak bisa mengalahkan Dinasti Sung dengan mudah. Setelah terjadi pertempuran selama 5 tahun (1268-1273 M), berhasil mengalahkan Dinasti Sung. Pusat pemerintahan Dinasti Sung Selatan yaitu Hanchow berhasil dikuasai bangsa Mongol. Pada tahun 1277 M sebagian keluarga Sung melarikan diri ke selatan dan mendirikan pertahanan di Canton, namun sayang Caton berhasil di taklukkan. Dinasti sung yang terakhir berada di Kwangtung juga berhasil di hancurkan bangsa Mongol pada 1279 M. Akhirnya bangsa Mongol berhasil menguasai seluruh wilayah China.
2.6              Dinasti Yuan
Dinasti Yuan berlangsung dari tahun 1271 sampai 1368 M) merupakan Dinasti pertama yang didirikan oleh Kubilai Khan dengan gelar Yuan Shi Chou (1260-1293 M) dan juga merupakan satu-satunya Dinasti dalam sejarah China yang memiliki wilayah kekuasaan terbesar. Wilayah kekuasaannya meliputi seluruh wilayah daratan China hingga sampai ke Wilayah Asia Barat.
Untuk memperkuat kekuasaannya di dalam negeri (Wilayah China), Dinasti Yuan membagi warga negaranya menjadi 4 level, yaitu Suku Mongol, Se Mu Ren, Suku Han Utara dan Suku Han Selatan. Dalam kebijakan pembagian level ini, Suku Han merupakan Suku yang paling rendah dalam Dinasti Yuan. Oleh karena itu, saat pemerintahaan Dinasti Yuan, banyak mengalami perlawanan dari Suku Han tetapi setiap perlawanan maupun pemberontakan dapat dibasmi oleh Militer Dinasti Yuan.
Suku Mongol merupakan Suku yang suka mengembara dan peternak sehingga produktivitas akan bahan pangan sangat rendah. Untuk merubah kondisi tersebut serta untuk meningkatkan produktivitas, mulai dari pemerintahan Kubilai Khan, Dinasti Yuan selalu fokus pada pengembangan sektor pertanian sehingga pertanian dapat berkembang dengan pesat pada Dinasti Yuan. Karena wilayah kekuasan Dinasti Yuan yang luas mencakup Asia Eropa, pertukaran teknologi, perdagangan dan kerajian tangan juga berkembang dengan pesat. Dalam hal industri tekstil, teknologi penenunan juga berkembangan dengan cepat karena juga didukung dengan adanya perkebunan kapas yang luas terutama di wilayah selatan China.
Perdagangan di Dinasti Yuan juga mengalami perkembangan yang sangat pesat, hal ini dikarenakan meningkatnya penggunaan uang kertas dan transportasi sungai/laut. Pada saat itu, Dinasti Yuan merupakan salah satu Negara yang termakmur di dunia. Saat Pemerintahaan Kaisar Yuan Shi Zu (Kubilai Khan), seorang pedagang terkenal yang berasal dari Venice Italia yaitu Marco Polo pernah mengunjungi daratan China. Dalam bukunya yang berjudul “The Travel of Marco Polo” mencatat dengan jelas kondisi kemakmuran Ibukota Dinasti Yuan yaitu Kota “DADU”.
Setelah menguasai seluruh wilayah China, Kaisar Yuan Shi Chou (Kubilai Khan) masih terus melakukan invasi-invasi militer untuk memperluas wilayah kekuasaan. Kaisar Yuan Shi Zu melakukan 2 kali invasi militer ke Jepang, Vietnam dan Myanmar. Kubilai Khan merupakan seorang imperalis , tapi dalam politik luar negerinya ia mengalami kegagalan. Kegagalan melaksanakan cita-cita imperalismenya yaitu;
1.      Ekspansinya ke Jepang, duakali Kubilai Khan mengirim ekspedisi ke Jepang (1274 dan 1281 M). keduanya mengalami kegagalan dikarenakan terkena angin topan.
2.      Ekspedisinya ke Birma dan Vietnam, juga tidak berhasil.
3.      Usaha untuk menanamkan pengaruhnya terhadap Kerajaan Singasari di Jawa juga mengalami kegagalan.
Dari hal tersebut menunjukkan bahwa Kubilai Khan bukan seorang negarawan melainkan seorang imperalis tanpa perhitungan strategi yang matang. Daerah yang luas yang dimilikinya bukan merupakan hasil usahanya sendiri melainkan warisan dari pembentuk emporium Mongol yakni Jengis Khan.
Kubilai Khan melakukan usaha untuk meningkatkan kesejahterahan negaranya yaitu antara lain:
1.      Mengadakan pengawasan keliling, dengan maksud mengetahui kondisi dan situasi rumah.
2.      Berusaha memajukan pendidikan.
3.      Mendirikan lumbung-lumbung umum.
4.      Mendirikan rumah-rumah/tempat-tempat penampungan orang sakit, lanjut usia dan yatim piatu.
Pada 1294 M Kubilai Khan meninggal dunia, sesudah itu tidak ada satupun kaisar-kaisar bangsa Mongol yang kuat. Dinasti Yuan mengalami perebutan kekuasaan Kekaisaran yang luar biasa, hanya dalam waktu 25 tahun (tahun 1308-1333 M), Dinasti Yuan terjadi pergantian Kaisar sebanyak 8 orang yaitu Kaisar Wu Zong, Ren Zong, Ying Zong, Tai Ding, Tian Shun, Wen Zong, Ming Zong dan Ning Zong. Tahun 1333-1368 M, Kaisar Shun Ti naik tahta menggantikan adiknya Ning Zong menjadi Kaisar Perebutan takhta tersebut menyebabkan bangsa Mongol mengalami kemunduraan dan banyak daerah-daerah kekuasaannya melepaskan diri.
Dalam kondisi yang sedemikian rupa muncullah pemberontakan besar oleh Jenderal Chung Yuan Chang pada 1356 M yang akhirnya berhasil menguasai Nanking dan daerah-daerah selatan. Dan pada tahun 1358 M ia berhasil menghancurkan kekuasaan Dinasti Yuan di Peking. Dinasti Yuan pun hancur dan berdirilah Dinasti baru yaitu Dinasti Ming.
2.7              Dinasti Ming (1368 – 1644 M)
Dinasti Ming adalah dinasti Cina asli, dalam arti bahwa dinasti ini didirikan oleh etnis Cina asli. Chu Yuan Chang sebagai pendiri Dinasti Ming berasal dari rakyat biasa (petani rendahan); tetapi hidupnya diisi dengan hidup di biara Buddhis. Setelah menjadi Kaisar, Chu Yuan Chang menggunakan gelar Ming t’ui tsu, ia juga terkenal dengan nama Hung Wu yang memegang pemerintahan pada sekitar tahun 1368 – 1398 M, dengan Nangking sebagai pusat pemerintahannya. Istilah Ming berarti “brilliant” atau “glaorious” atau cemerlang (Nio You Lan, 1952).
Pada 1372 M, Hung Wu berhasil meluluhlantakkan Kota Karakorum yang merupakan pusat kekuasaan bangsa Mongol. Hung Wu berusaha untuk menciptakan ketertiban negerinya yang ketika itu masih kacau. Ia mengusir sisa – sia pasukan Mongol di China. Berkat jenderalnya yang terkenal yakni Hsu Ta, usaha – usaha Hung Wu tersebut berhasil, bahkan pengaruhnya terasa sampai di Korea dan di selatan sampai ke Birma dan Nepal. Ke arah timur, Hung Wu memusatkan perhatiannya ke Jepang, karena banyak perompak – perompak Jepang yang merampok di pantai timur Cina.
Untuk menjaga kestabilan keadaan, Hung Wu menerapkan sistem feodal baru yang disesuaikan dengan ajaran Konfusianisme. Demi kelancaran administrasi, Hung Wu membagi kerajaan menjadi 15 provinsi. Dalam pengangkatan pegawai, diadakan ujian kepegawaian atau jabatan, di mana ujian tersebut berasas pada ajaran Konfusianisme. Untuk kemakmuran penduduk, diadakan transmigrasi dan pembukaan tanah – tanah pertanian baru, pengeringan rawa – rawa dan sebagainya.
Setelah Hung Wu meninggal (1398 M), kerajaan Ming mencapai puncak kejayaan pada masa Kaisar Yen Wang dengan gelar Ming Ch’eng Tsu (1403 – 1421 M), dan ia lebih dikenal dengan nama Yung Lo. Pada 1412 M ibukota kerajaan dipindahkan dari Nanking ke Peking dan sampai dengan 1926 M Peking menjadi pusat pemerintahan. Setelah Yung Lo naik takhta, ia berusaha untuk mempersatukan Cina di bawah satu pemerintahan pusat yang kuat. Setelah usaha dalam negeri berhasil ia melakukan perluasan daerah ke Tonkin dan Annan dan keduanya berhasil dikuasainya. Yung Lo juga berhasil memperluas wilayahnya sampai ke Sungau Amur (Mongolia).
Kaisar Yung Lo merupakan seorang siplomat yang ulung. Pada masa pemerintahannya, dikirimkanlah eskpedisi – eskpedisi angkatan laut ke daerah – daerah untuk dibujuk agar mengakui Cina sebagai yang dipertuan. Tokoh eskpedisi yang terkenal adalah Laksamana Cheng Ho, dengan dibantu sekretarisnya, Ma Huan.
Cheng Ho mendapat tugas dari Yung Lo untuk mengadakan eskpedisi selatan. Pada masa kaisar Yung Lo, Cheng Ho pernah mengadakan pelayaran ekspedisi diplomatik sebanyak enam kali, yakni :
1.      Pada 1405 M dengan mengunjungi Indo China, Champa, dan Sriwijaya;
2.      Pada 1408 M dengan mengunjungi Malaka, Singapura, Calcuta, Persia. Aden, dan Mekah;
3.      Pada 1412 M dengan mengunjungi Aceh, Palembang, Bangka, dan Jawa;
4.      Pada 1416 M dengan mengunjungi Saudi Arabia, Bangka, dan Jawa;
5.      Pada 1421 M dengan mengunjungi Siam (Thailand) dan Sumatera;
6.      Pada 1424 M dengan mengunjungi Sumatera, untuk mengetahui lebih mendalam tentang Sumatera.
Tujuan dari pelayaran tersebut adalah untuk mengadakan hubungan diplomatik dan mencari kemenakannya yakni Hui Ti yang melarikan dari istananya. Kebesaran Yung Lo yang lain ialah; ia memerintahkan 2000 orang penulis untuk menyusun suatu kamus. Ensiklopedia ini terdiri 11.000 jilid, dengan judul  Yung Lo ta tien. Selain itu Yung Lo juga memerintahkan untuk membuat Lonceng Raksasa di Peking yang beratnya 12.000 pon.
Setelah Yung Lo meninggal, digantikan oleh Ming Yen Tsung yang masih dapat menikmati kebesaran Dinasti Ming. Pada masa pemerintahannya, Cheng Ho diperintahkan untuk sekali lagi melakukan pelayaran ke seberang lautan (1430 – 1433 M). tujuannya ialah mempererat hubungan Cina dengan negara – negara seberang lautan. Negara – negara yang dikunjungi ialah Cochin China, Calicut, Sailan, Persia, Aden dan Madagaskar.
Setelah Ming Yen Tsung, tidak ada lagi kaisar yang tergolong kuat, sehingga kekuasaan Ming mulai melemah. Dalam situasi demikian, Cina mendapat ancaman dari luar. Armana Jepang di bawah pimpinan Hidoyeshi mulai mengancam Korea. Penyerbuan ke Korea dilakukan pada 1592 M dan 1597 M. sedangkan daratan Cina sendiri mulai muncul bangsa Manchu di Manchuria, yang sejak tahun 1559 M telah menjadi kuat dan mengancam kekuasaan dinasti Ming.
Pada masa akhir kekuasaan Ming, mulai diperkenalkan agama baru, yakni Katolik Roma dengan pengajarnya yang terkenal di Dunia Timur yakni Franciscus Xaverius.
2.8              Dinasti Manchu (1644 – 1912 M)
Dinasti yang didirikan oleh bangsa Manchu ini termasuk salah satu dinasti yang paling lama masa pemerintahannya dalam sejarah Cina, yakni hampir 3 abad. Dibawah kekuasaan Dinasti Manchu, yakni masa pemerintahan kaisar –kaisar terkenal seperti K’ang His dan Ch’ien Lung, Cina mengalami masa kejayaan. Dibawah pemerintahan kedua kaisar tersebut wilayah kekuasaan Cina sangat luas yakni meliputi seluruh wilayah Cina dalam dan Cina luar. Pada masa dinasti Manchu pula, penduduk Cina berkembang cepat, sebab masa ini masa kemakmuran Cina. pada akhir abad XVII M dan awal abad XVII M jumlah penduduk Cina berkembang pesat karena kemakmuran yang berlimpah. Pada masa ini juga sudah banyak orang – orang Eropa yang datang ke Cina, terutama Inggris, Prancis, Spanyol dan Portugis. Bangsa Manchu ini termasuk penganut kebudayaan Cina, dan mereka ini menggunakan adat kebiasaan atau tradisi Tionghoa (Cina) sebagai kebudayaannya sendiri.

1.      Munculnya kekuasaan bangsa Manchu
Bangsa Manchu adalah keluarga ketrunan bangsa Yurchen yang bertempat tinggal di Manchuria. Pada awal abad XVII M mereka berhasil membentuk pemerintahan dibawah pimpinan Narhachu (Nurhachi). Sedangkan yang dianggap kaisar pertama Dinasti Manchu ialah cucu Nurhachi, yakni Shun Chih (1644 – 1662 M). Usaha – usaha yang dilakukan oleh Shun Chih, dalam upaya memperkuat kekuasaan, antara lain:
a.       Tiap – tiap orang Tionghoa harus berkucir sebagai tanda takluk dan untuk membedakan dengan bangsa Manchu;
b.      Pejabat tinggi dalam pemerinatahan dijabat oleh dua orang yakni seorang Tionghoa dan seorang bangsa Manchu;
c.       Negara dibagi menjadi 18 provinsi, untuk memudahkan pengaturan admisitrasi. Disamping itu tetap dilakukan sistem ujian jabatan;
d.      Melarang orang “kebiri”, yaitu penjaga – penjaga harem untuk menjabat jbatan dalam pemerintahan.
e.       Mengadakan hubungan persahabatan dengan bangsa Barat (Belanda); Persahabatan tersebut diperkuat dengan dikirimkannya utusan ke Peking dibawah pimpinan Pieter de Goyer dan Jacob de Keyser pada 1656 M.
2.      Berkembangnya kekuasaan bangsa Manchu
a.       Masa pemerintahan K’ang Hsi (1662 – 1722 M)
Shun Chin meninggal pada 1662 M, lalu digantikan oleh putranya yakni K’ang Hsi yang pada waktu itu masih berumur 9 tahun. Semula ia didampingi oleh seorang wali, tapi sejak 1669 M, ia mulai memerintah tanpa wali.
Masa pemerintahannya bersamaan dengan masa pemerintahan Louis XIV di Prancis, Peter Agung di Rusia, Aurangzeb di India dan Willian III di Inggris. K’ang Hsi memiliki kecakapan dalam memerintah yang setara, atau bahkan lebih unggul dari mereka. K’ang Hsi mempunyai karakteristik yang besar dan bijaksana, serta mempunyai kecakapan dalam hal kepemerintahan. Pada masa awal pemerintahannya, ia berhasil menghancurkan lawan – lawannya. Pada masa awal pemerintahannya pula meletus pemberontakan dibawah pemerintahan Tiga Raja Muda tahun 1673 M, yang dalam sejarah Cina dikenal dengan nama Pemberontakan San Fu, yakni:
a)        Pemberontakan Wu San Kuel di Canton;
b)        Pemberontakan Keng Ching Chung di Fukien;
c)        Pemberontakan Shang Chih Hsin di Kwangtung.
Pemberontakan tersebut akhirnya dapat dihancurkan oleh K’ang Hsi pada 1681 M. kebesaran K’ang Hsi bukan hanya dibidang politik atau pemerintahan saja, akan tetapi juga tampak dalam bidang ilmu pengetahuan dan kesusteraan. Selain itu, ia sendiri juga seorang sasatrawan.
b.      Politik luar negeri K’ang His
K’ang Hsi akti melakukan perluasan daerah. Hubungan dengan Rusia terjalin dengan baik setelah terjadi perjanjian Nerchinsk pada 1689 M yang isinya mengenai tapal batas kedua negara (Cina – Rusia ) yakni Sungai Amur. Selanjutnya untuk mempererat hubungan antara keduanya, Rusia pada 1719 M mengirimkan utusan ke Peking dibawah pimpinan Ismaloff. Hubungan perdagangan Cina – Rusia semakin ramai. Dari Cina barang – barang yanga dibawa ke Rusia, antara lain: sutera, teh, tenun, dan barang – barang porselin, sebaliknya barang – barang Rusia yang masuk ke Cina terutama antara lain ialah arloji.
Selain dengan bangsa Belanda dan Rusia, K’ang Hsi juga menjalin hubungan dagang dengan       bangsa Barat lain yakni Inggris. Jadi K’ang Hsi juga mengijinkan bangsa – bangsa Eropa lain untuk berdagang di Cina, akan tetapi harus tunduk kepada peraturan – peraturan dari Co – hong. Sebagai kota bandar yang tertua dan terbesar, Canton memiliki fungsi sebagai pintu masuk orang – orang, barang – barang dan pengaruh Barat ke Cina.
a)      Co – hong
Organisasi Co – hong adalah gabungan dari sekelompok orang – orang Cina yang masih bersaudara dan terkemuka (golongan borjuis), yang memn]punyai hak atas monopoli perdagangan asing. Organisasi ini diciptakan K’ang Hsi pada 1720 M, dengan menggambungkan 13 saudagar Tionghoa yang terkemuka.
b)      Masa pemerintahan Chien Lung (1723 – 1735 M)
Pada masa pemeerintahannya, Cina mengalami masa kejayaan yang kedua. Ch’ien Lung aktif mengadakan ekspansi, memajukan bidang perdagangan dan pertanian, serta kesusastraan. Pada masa ini perdagangan dengan bangsa barat semakin meluas, yakni antara lain dengan bangsa Portugis, Inggris, Prancis, Belanda, Jerman, dan Amerika dengan mpusat perdagangan yang terkenal di Macao (abad XVII M) dan Canton (XVIII M).
Selain kebijakan diatas, Ch’ien Lung juga mengeluarkan kebijakan – kebijakan lain yang berhubungan dengan peperangan. Pada 1755 M, mengalahkan bangsa Eleuthen di Kulja, 1759 M mengalahkan bangsa Turki Muslim di Kasygar dan Yarkabd, menduduki Thibet 1765 M, selanjutnya menundukkan Birma 1765 – 1769 M.
Zaman pemerintahan Ch’ien Lung merupakan masa kejayaan bagi Cina namun di masa – masa akhir pemerintahannya menunjukkan tanda – tanda kemunduran. Hal ini berkaitan dengan munculnya  semangat nasionalisme Cina.
c)      Runtuhnya Kekuasaan Manchu
Faktor – faktor yang menyebabkan kemunduran dan kehancuran Dinasti Manchu ialah :
1)      Gerakan Teratai Putih
Muncul sejak akhir masa pemerintahan Ch’ien Lung. Terdiri dari orang – orang pecinta kerajaan Ming dan ingin mengembalikan kekuasaannya sebab Dinasti Ming pernah mengalami masa kejayaan yakni masa Kaisar Yung Lo. Pada 1793 M gerakan ini telah mengadakan pemberontakan di lembah Yang tse. Gerakan ini berjalan lebih dari 10 tahun, dan baru dapat dipadamkan pada 1810 M, ketika Dinasti Manchu dipimpin oleh Chia Ching.
2)      Perang Candu I ( 1839 – 1842 M)
Selama ini, bangsa Barat hanya membeli barang-barang dari China seperti porselin, sutra, rempah-rempah dan teh sehingga akhirnya menguras cadangan devisa Barat yang harus membayar dalam mata uang perak. Dari pertengahan kurun ke-17 lebih kurang 28 juta kilogram perak telah diterima oleh China, disebabkan oleh kuasa permintaan yang tinggi dari Eropa, bagi membuat pertukaran barangan dengan pihak China.
Bangsa barat (Inggris datang ke Cina dengan tujuan antara lain:
-          Negara – negara Eropa menginginkan untuk dapat berdagang di Cina secara bebas dengan Inggris sebagai pelopornya.
-          Di Eropa telah terjadi revolusi industri yang mengakibatkan Inggris harus keluar mencari daerah pasar industri. Selain itu untuk mengambil bahan mentah.
-          Mengadakan hubungan dagang terutama perdagangan candu. Dalam hal ini Inggris memasukkan candu secara besar – besarakan ke Cina secara gelap tanpa bea cukai.
Kita tau bahwa candu dapat merusak menral atau kesehatan. Sebenarnya, bangsa Tionghoa telah mengenal candu pada sekitar abad ke-15, namun kerajaan melarang penghisapan candu pada tahun 1729, karena seperti yang kita tahu bahwa candu mempunyai efek yang buruk jika dipakai secara berlebihan dan tidak sesuai dengan dosis yang dianjurkan. Perdagangan candu dengan China sebelumnya dipelopori oleh bangsa India dibawah kemaharajaan Mughol semenjak pemerintahan Akbar, 1556-1605 di mana perdagangan ilegal melalui China selatan ini mendatangkan jeuntungan yang luar biasa dan Inggris yang kemudian menancapkan kukunya di India mlihatnya sebagai peluang emas untuk memperbesar cadangan devisanya.

Dalam Taniputra (2009, hlm. 507) Ekspor candu ke China ini meningkat dengan pesat, mulai dari 15 ton pada tahun 1730 hingga menjadi 75 ton pada tahun 1773. Candu-candu ini diselundupkan melalui laut dalam ribuan peti yang masing-masing meti memuat 64 kg candu.

Membanjirnya candu di China secara ilegal berdampak kepada rakyat China yang semakin melemah. Karena kebanyakan pemakai candu merupakan kalangan rakyat, ada juga kalangan atas yang memakai candu ini sehingga Kaisar Daoguang pada tahun 1799, negara menegaskan kembali pelarangan impor candu ini dan pada tahun 1810 dikeluarkanlah titah yang berbunyi :

Candu memiliki pengaruh yang sangat merusak. Ketika seseorang mencandu menghirup asapnya, memang benar itu akan membuatnya merasa senang dan [merasa] sanggup melakukan apa saja yang menyenangkannya. Tetapi lambat laun, itu akan membunuhnya. Candu adalah racun, bertentangan dengan tradisi dan moralitas kita yang baik. Penggunaannya dilarang oleh hukum. Kini seorang bernama Yang telah berani membawanya ke Kota terlarang. Sehingga tentu saja ia telah melanggar hukum! Meskipun demikian, dewasa ini perdagangan dan konsumsi candu telah meningkat dengan pesat. Para pedagang yang curang membeli dan menjualnya demimendapat keuntungan [pribadi]. Kantor bea cukai Pelabuhan Gerbang Zhongwen aslinya didirikan untuk mengawasi barang-barang impor (tetapi tak berdaya dalam menghadapi penyelundupan candu ini). jika kita melakukan razia terhadap candu di pelabuhan-pelabuhan, dikahawatirkan bahwa hal ini masih belum memadai. Karenanya, kami juga memerintahkan para petugas keamanan di kelima gerbang untuk melarang candu dan merazianya di seluruh gerbang. Jika para pelakunya terungkap, maka mereka harus segera dihukum dan candunya secepatnya dimusnahkan.
Hal ini lama kelamaan diketahui oleh Dinasti Manchu, dan kemudaian Dinasti Masnchu berusaha untuk mencegahnya, tetapi Inggris tetap berusaha untuk memasukknya candu ke Cina. hal ini membuat hubungan mereka memburuk.
Meletusnya perang candu pertama ini juga dilatar belakangi oleh munculnya seorang tokoh yang bernama Lin Tse Hu atau Lin Zexu (1785-1850) yang diangkat oleh kaisar pada tahun 1839 sebagai Komisioner untuk mengatasi penyeludupan candu di Kanton dengan kekuassaan penuh. Dengan maksud untuk menolak perdagangan candu dan membasmi penggunaan candu. Dalam menghadapi pedagang-pedagang Inggris, ia bertindak sangat keras. Ia memaksa Inggris untuk menyerahkan candu sekitar 20.000 peti seharga 9 dollar dan dibuang ke laut. Tindakan inilah yang menyebabkan hubungan antara China dengan Inggris menjadi tegang. Akibatnya, Lin Tse Hu dipecat dan digantikan oleh Ch’i shan dan diutus untuk melakukan perundingan dengan pihak Inggris. Inggris bersedia mengakhiri permussuhan apabila China dapat memenuhi semua tuntutan dari Inggris yakni: (a). Menyerahkan Hongkong kepada Inggris (b). Kanton menjadi pelabuhan damai (c). Mengganti kerugian sebesar 6 juta dollar. Namun persyaratan itu ditolak oleh kaisar karena dianggap terlalu berat sehingga terjadilah perang dan berakhir dengan kemenangan di pihak Inggris. Perang ini dikahiri dengan Perjanjian Nanking pada 29 Agustus 1842 M di atas kapal perang Inggris HMS Cornwallis di Nanjing (sebelumnya dikenal dengan nama "Nanking"). Ini adalah Perjanjian Tidak Adil pertama yang ditandatangani Tiongkok dengan penguasa asing.
Isi perjanjian adalah perdamaian dan persahabatan antara Ratu Inggris dan Kaisar Tiongkok dan perlindungan untuk warga yang berada dalam dominion masing-masing, Kaisar Tiongkok setuju untuk menginjinkan warga Inggris di berbagai kota seperti di Canton , Amoy , Ningpo , Shanghai. Akan ditunjuk petugas atau inspekstur ditiap kota untuk menjadi jembatan komunikasi antara otoritas Tiongkok dengan pedagang Inggris. Hong Kong diserahkan ke Inggris dan Kaisar Tiongkok setuju untuk membayar ganti rugi sebesar 6 juta dollar senilai opium yang dikirimkan ke Canton pada bulan Maret 1839, Kaisar Tiongkok setuju untuk  pembukaan pelabuhan terhadap perdagangan Inggris.
3)      Perang Candu II (1856 – 1858 M)
Pada tahun 1856, Pemerintah China kembali menangkap kapal bebendera Inggris The Arrow di Guangzhou karena menyelundupkan opium secara ilegal ke daratan China. Insiden ini membuat Inggris marah lalu mendeklarasikan perang lagi terhadap China. Dalam pertempuran kali ini Inggris bersekutu dengan Perancis. Akhirnya Inggris keluar sebagai pemenang lagi, Kota Guangzhou diduduki pasukan Inggris-Prancis sampai 1861.
Cina yang kembali mengalami kekalahan dipaksa menandatangai Treaty of Nanjing (1858) dimana Perancis, Rusia dan Amerika iku ambil bagian. Dalam perjanjian ini Cina dipaksa untuk membuka sebelas pelabuhanya bagi pedagang asing, China dipaksa mengizinkan berdirinya kedutaan asing, mengizinkan aktivitas para misionaris Kristen serta melegalkan impor candu.
Setelah menghadapi Perang Candu I dan II ini Dinasti Qing dibawah suku Manchu posisinya makin melemah wibawanya di kalangan rakyat karena tak berhasil menghadapi bangsa asing yang mulai menjajah China, dan secara perlahan-lahan setelah ini China terus mengalami pergolakan antara lain Perang tahun 1859 saat Cina menghalangi masuknya diplomat asing ke Beijing yang membuat China sekalilagi dipaksa menyetujui Konvensi Beijing tahun 1860 yang isinya sangat merugikan China kembali dan setelah itu Perag Boxer tahun 1899 yang membuat China harus menandatangani Protokol Boxer tahun 1901. Hingga akhirnya Dinasti Qing dijatuhkan gerakan nasionalisme rakyat China yang mayoritas Suku Han pada 10 Oktober 1911 yang mendirikan Republik China yang mengakhiri pemerintahan monraki etnis Manchu yang dinilai lemah dalam menghadapi Penjajah.
4)      Pemberontakan T’ai Ping (1850 – 1846 m
Seperti kita ketahui sebelumnya bahwa Cina mengalami kekalahan besar dalam perang Candu(1839-1842) dengan Inggris,dan inilah cikal bakal masuk imperialisme di Cina pada waktu,armada armada angkatan laut Inggris masih terlalu tangguh untuk di hadapi Cina saat itu,dan armada armada Inggris memang yang terkuat di seantero jagat waktu.itu !
Dengan kekalahan itu membuat Cina harus tunduk dengan aturan aturan yang dibuat oleh kerajaan Inggris,walaupun sifatnya saat itu masih belum di jajah secara permanen,oleh Inggris,tetapi membuat Cina sudah kehilangan beberaDengan kekalahan itu,maka orang orang Cina banyak kehilangan hak haknya,dan ini menandakan sebuah kelemahan kaisar yang berkuasa waktu itu (Dinasti Mandsyu),membuat sebuah kekecewaan pada dinasti Mandsyu,sehingga rakyat mulai kurang simpatik,dan kemudian terjadi sebuah pemberontakan,pada dinasti Mandsyu,oleh sebagian rakyat ,yang disebut ''perang Taiping''(1850-1854).
Perang ini bertujuan untuk menggulingkan pemerintahan dinasti Mandsyu,dan menolong para petani petani serta mengusir orang orang kulit putih dari daratan Cina,awalnya pemberontakan ini mendapat kemenangan,melawan fihak kerajaan,akan tetapi ,dilain fihak para pemberontak juga bertindak sangat kejam terhadap rakyat yang dianggap bersalah(tanpa pengadilan hukum ),sehingga pada akhirnya rakyat justru merasa ''tertekan''sendiri,oleh ulah kaum pemberontak yang mulai semena-mena.pa wilayahnya yang harus diserahkan dengan fihak Inggris.
5)      Perang Cina Jepang I (1894 – 1895 M)
Adalah sebuah perang antara Dinasti Qing Tiongkok dan Meiji Jepang dalam perebutan kendali atas Korea. Perang Tiongkok-Jepang merupakan simbol kemerosotan Dinasti Qing dan juga menunjukkan kesuksesan modernisasi Jepang sejak Restorasi Meiji dibandingkan dengan Gerakan Penguatan Diri di Tiongkok.
Peperangan ini berakhir dengan kekalahan Dinasti Qing dan penandatanganan Perjanjian Shimonoseki pada tahun 1895 yang berakibat pada ganti rugi 30 miliar tael kepada Jepang. Pengaruh selanjutnya dari perang ini adalah pergantian dominansi regional Asia dari Tiongkok kepada Jepang dan merupakan pukulan telak untuk Dinasti Qing dan tradisi Tiongkok kuno.
















BAB III
PENUTUP
3.1                   Kesimpulan
Cina merupakan sumber peradaban bagi wilayah-wilayah disekitarnya. Korea, Jepang, Taiwan, Indo-Cina, Semenanjung Malaya, Mongolia, Tibet, dan Asia Tengah. Cina merupakan suatu bangsa yang memiliki sejarah tertua yang tidak terputus di dunia. Cina di masa kuno diperintah oleh berbagai dinasti secara bergiliran, dimulai dari Dinasti Chou sampai dengan Dinasti Manchu (Qing / Ch’ing). Kekuasaan dinasti – dinasti ini dimulai pada tahun 1222 SM – 1911 M.





















DAFTAR PUSTAKA
Agung, Leo. 2012. Sejarah Asia Timur I. Jakarta: Penerbit Ombak.
Mayer, M. J. 1956. Ghengis Khan. Jawatan Pengajaran Kementrian Pendidikan, Pengajaran dan kebudayaan, Jakarta.
Nio You Lan. 1952. Tiongkok Sepanjang Abad. Jakarta : Balai Pustaka
Ruck, Anne. 2008. Sejarah Gereja Asia. Jakarta : PT BPK Gunung Mulia.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar