STRATEGI
PEMBELAJARAN KOOPERATIF
Dibuat
untuk memenuhi tugas mata kuliah Strategi Pembelajaran
Dosen
Pengampu : Eko Ribawati, M.Pd.
Disusun
oleh,
Kelompok
3 :
Nuhiyah
Nurul Fajria
Faradila
Lucas Bagas
Pangestu
Linda
Falasifah
Fajar Putro S
|
2288150010
2288150025
2288150026
2288150032
2288150036
|
JURUSAN
PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
SULTAN AGENG TIRTAYASA
SEPTEMBER,
2016
KATA
PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah karena telah
memberikan limpahan nikmat dan karuniaNya,
Sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan Makalah “Strategi Pembelajaran
Kooperatif” ini. Shalawat serta salam semoga
tetap tercurahkan pada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW yang kita
nantikan syafa’atnya di yaumul akhir nanti.
Penyusunan
makalah ini di dasari pada tinjauan pustaka. Makalah ini disusun dalam rangka untuk
menyelesaikan tugas Mata Kuliah Strategi
Pembelajaran.
Pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih kepada Ibu Eko Ribawati, M.Pd. selaku Dosen Mata Kuliah Strategi Pembelajaran dan semua pihak yang telah memberikan bantuannya
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Oleh karena itu, Kritik dan saran dari pembaca
sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
|
Serang, September 2016
Penyusun
|
i
DAFTAR
ISI
Kata
Pengantar............................................................................................................ i
Daftar
isi..................................................................................................................... ii
BAB
I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang..................................................................................................... 1
1.2
Rumusan Masalah................................................................................................. 1
1.3
Tujuan................................................................................................................... 1
1.4
Manfaat................................................................................................................ 2
BAB
II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Pembelajaran Kooperatif.................................................................... 3
2.2 Tujuan
dan Manfaat Model Pembelajaran Kooperatif......................................... 5
2.3 Ciri
– ciri Pembelajaran Kooperatif...................................................................... 5
2.4 Strategi
Pembelajaran Kooperatif......................................................................... 6
2.5 Metode
Pembelajaran Kooperatif....................................................................... 10
BAB
III KESIMPULAN....................................................................................... 23
DAFTAR
PUSTAKA............................................................................................ 24
ii
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pembelajaran
merupakan upaya mengorganisasi lingkungan untuk menciptakan kondisi belajar
bagi peserta didik dan tentunya dalam pembelajaran terhadap peserta didik juga
memiliki tujuanya yaitu untuk mempersiapkan peserta didik untuk menjadi warga
masyarakat yang baik. Dalam pembelajaran juga dijadikan sebagai transfer of
knowledge yang berati upaya untuk
mentransferkan ilmu pengetahuan dari tenaga pendidik kepada peserta didik.
Dalam
kegiatan pembelajaran yang dilakukan tenaga pendidik terhadap peserta didik,
juga memerlukan strategi dalam pembelajaran, ada banyak model pembelajaran
khususnya dalam pembahasan ini membahas tentang strategi pembelajaran ini akan
membahas tentang strategi pembelajaran kooperatif.
1.2
Rumusan Masalah
1.
Apakah
yang dimaksud dengan Pembelajaran Kooperatif?
2.
Apakah Tujuan dan
Manfaat Model Pembelajaran Kooperatif?
3.
Apa saja kah Ciri – ciri Pembelajaran Kooperatif?
4.
Bagaimana Strategi Pembelajaran Kooperatif?
5.
Apa
saja yang harus diperhatikan dalam Strategi Pembelajaran Kooperatif?
6.
Bagaimana Metode Pembelajaran Kooperatif?
1.3
Tujuan
1.
Untuk mengetahui dan memahami pengertian Pembelajaran
Kooperatif
2.
Untuk mengetahui Tujuan
dan Manfaat Model Pembelajaran Kooperatif
3.
Untuk mengetahui Ciri
– ciri Pembelajaran Kooperatif
4.
Untuk mengetahui dan
menerapkan Strategi Pembelajaran Kooperatif
5.
Untuk mengetahui hal – hal harus
diperhatikan dalam Strategi Pembelajaran Kooperatif
6.
Untuk mengetahui dan menerapkan Metode Pembelajaran Kooperatif
1.4
Manfaat
1. Memahami permasalahan dan mengkaji lebih lanjut tentang Strategi
Pembelajaran Kooperatif
2. Sebagai bahan pembelajaran tentang Strategi Pembelajaran Kooperatif
3. Melengkapi dan meringkas pembahasan tentang Stategi Pembelajaran
Kooperatif
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1.
Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif
adalah yang mengutamakan kerja sama untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran
dengan cara siswa belajar dalam sebuah kelompok-kelompok kecil secara
kolaborasi (campuran) yang anggotanya hanya berjumlah 4 atau 6 orang saja,
dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen (berbeda-beda).
Pada hakikatnya,
pembelajaran kooperatif sama dengan kerja kelompok. Oleh karena itu, banyak guru
yang menyatakan tidak ada sesuatu yang aneh dalam cooperative learning, karena
mereka telah biasa melakukan pembelajaran cooperative learning dalam bentuk
belajar kelompok, walaupun tidak semua belajar kelompok disebut sebagai
cooperative learning. Seperti yang dijelaskan oleh Abdulhak (2001:19-20)
“pembelajarn kooperatif dilaksanakan melalui sharing proses antara peserta
didik, sehingga dapat mewujudkan pemahaman bersama antara peserta didik itu
sendiri”.
R oger dan David Johnson
mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap coopartive learning.
Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran gotong royong
harus diterapkan :
- Saling ketergantungan positif
- Tanggungjawab perseorangan
- Tatap Muka
- Komunikasi antar anggota
- Evaluasi proses kelompok (Anita Lie, 1999 : 30)
Dalam sistem belajar yang
kooperatif, siswa belajar kerja sama dengan anggota lainnya.
Pembelajaran kooperatif menurut
para ahli:
1.
Depdiknas
(2003:5) “Pembelajaran Kooperatif (cooperative learning) merupakan
strategi pembelajaran melalui kelompok kecil siswa yang saling bekerja sama
dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar”.
2.
Tom
V. Savage (1987:25) mengemukakan bahwa cooperative learning merupakan satu
pendekatan yang menekankan kerja sama dalam kelompok.
3.
Pembelajaran
kooperatif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam
suatu kelompok kecil untuk saling berinteraksi. Dalam sistem belajar
kooperatif, siswa belajar bekerja sama antara satu dengan lainnya (Nurulhayati,
2002:25).
4.
Bern
dan Erickson (2001:5) “Cooperative learning (pembelajaran kooperatif)
merupakan strategi pembelajaran yang mengorganisir pembelajaran dengan
menggunakan kelompok belajar kecil di mana siswa bekerja sama untuk mencapai tujuan
belajar”.
5.
Eggen
and Kauchak (1996:279) “Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok
strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk
mencapai tujuan bersama”.
6.
Sunal
dan Hans (2000) “Cooperative learning merupakan suatu cara pendekatan
atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada
peserta didik agar bekerja sama selama proses pembelajaran”.
7.
Stahl
(1994) “Cooperative learning dapat meningkatkan belajar siswa lebih baik
dan meningkatkan sikap tolong menolong dalam perilaku sosial”.
8.
Djajadisastra
(1982) “Metode belajar kelompok merupakan suatu metode mengajar dimana
murid-murid disusun dalam kelompok-kelompok waktu menerima pelajaran atau
mengerjakan soal-soal dan tugas-tugas”.
Berdasarkan uraian
diatas, dapat dipahami bahwa dalam pembelajaran kooperatif siswa memiliki dua
tanggung jawab, yaitu belajar untuk dirinya sendiri, dan membantu sesama untuk
belajar.
2.2.
Tujuan dan Manfaat Model Pembelajaran
Kooperatif
Pembelajaran kooperatif mempunyai
beberapa tujuan, diantaranya:
1.
Meningkatkan
kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik yang cukup sulit.
2.
Agar
siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai perbedaan latar
belakang.
3.
Mengembangkan
keterampilan sosial siswa; berbagi tugas , aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing
teman untuk bertanya, mau menjelaskan ide atau pendapat, dan bekerja dalam
kelompok.
Menurut Linda Lungren
(1994:120) dalam (Ibrahim, dkk., 2000:18), ada beberapa manfaat pembelajaran
kooperatif bagi siswa dengan prestasi belajar yang rendah, yaitu:
1.
Lebih
sering mengerjakan tugas
2.
Meningkatkan
rasa menghargai diri sendiri
3.
Memperbaiki
sikap terhadap mata pelajaran IPA dan sekolah
4.
Memperbaiki
kehadiran
5.
Angka
putus sekolah menjadi rendah
6.
Memunculkan
sifat saling menghargai perbedaan
7.
Perilaku
mengganggu menjadi lebih kecil
8.
Mengurangi
konflik antar siswa
9.
Sikap
apatis berkurang
10.
Bisa
memahami teman lebih dekat
11.
Meningkatkan
motivasi
12.
Meningkatkan
hasil belajar
13.
Retensi
lebih lama
14.
Meningkatkan
kebaikan budi, kpekaan, dan toleransi.
2.3.
Ciri – ciri Pembelajaran Kooperatif
1.
Materi belajar
dikerjakan sampai tuntas dalam sebuah kelompok belajar.
2.
Kelompok terdiri
dari siswa yang memiliki keterampilan yang tinggi, sedang, dan rendah
(heterogen).
3.
Apabila
memnungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, dan jenis
kelamin yang berbeda.
4.
Penghargaan
lebih berorientasi kepada kelompok daripada individu.
Pembelajaran kooperatif
mencerminkan pandangan bahwa manusia belajar dari pengalaman mereka dan
pasrtisipasi aktif dalam kelompok kecil membantu siswa belajar keterampilan
sosial, sementara itu secara bersamaan mengembangkan sikap demokrasi dan
keterampilan berpikir logis.
2.4.
Strategi Pembelajaran Kooperatif
Seperti yang kita ketahui bahwa strategi
pembelajaran adalah pendekatan menyeluruh dalam suatu sistem pembelajaran yang
berupa pedoman umum dan kerangka kegiatan untuk mencapai tujuan umum
pembelajaran, yang dijabarkan dari pandangan falsafah atau teori belajar
tertentu.
Sedangkan strategi pembelajaran kooperatif
merupakan serangkaian kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh siswa di dalam
kelompok-kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Dalam pelaksanaanya, strategi pembelajaran
kooperatif harus memperhatikan 4 hal penting ini, yaitu sebagai berikut :
1.
Adanya peserta didik
dalam kelompok
2.
Adanya aturan main
kelompok
3.
Adanya upaya belajar
dalam kelompok
4.
Tatap muka
5.
Evaluasi proses kelompok
Peserta adalah siswa yang melakukan proses
pembelajaran dalam setiap kelompok belajar. Pengelompokkan siswa dapat
ditetapkan berdasarkan beberapa pendekatan, diantaranya yaitu :
1.
Didasarkan atas minat dan
bakat
2.
Latar belakang kemampuan
3.
Kemampuan bersosialisasi
4.
Tatap muka
5.
Evaluasi proses kelompok
Aturan main dalam kelompok adalah segala sesuatu
yang menjadi kesepakatan semua pihak yang terlibat, baik siswa sebagai peserta
didik, maupun siswa sebagai anggota kelompok. Sedangkan upaya belajar adalah
segala aktivitas siswa untuk meningkatkan kemampuannya yang telah dimiliki
maupun meningkatkan kemampuan baru, baik kemampuan dalam aspek pengetahuan,
sikap, maupun keterampilan. Aktivitas pembelajaran tersebut dilakukan dalam
kegiatan kelompok, sehingga antar peserta dapat saling membelajarkan melalui
tukar pikiran, pengalaman maupun gagasan-gagasan.
Lalu aspek tujuan dimaksudkan untuk memberikan
arah perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Melalui tujuan yang jelas, setiap
anggota kelompok dapat memahami sasaran setiap kegiatan belajar.
Sistem pembelajaran kooperatif ini adalah suatu
pembelajaran yang akhir-akhir ini menjadi perhatian dan dianjurkan para ahli
pendidikan untuk digunakan. Menurut Salvin (1995) ia mengemukakan dua alasan
mengapa strategi pembelajaran ini penting, yaitu :
1.
Beberapa hasil penelitian
membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial,
menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri orang lain, serta dapat meningkatkan
harga diri.
2.
Dapat merealisasikan
kebutuhan siswa dalam belajar berpikir, memecahkan masalah, dan
mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan.
Dari dua alasan tersebut, maka pembelajaran
kooperatif merupakan bentuk pembelajaran yang dapat memperbaiki sistem
pembelajaran yang selama ini memiliki kelemahan.
Strategi pembelajaran kooperatif mempunyai 2
komponen, yaitu :
1.
Komponen tugas kooperatif
2.
Komponen struktur
insentif kooperatif
Tugas kooperatif berkaitan dengan hal yang
menyebabkan anggota bekerja sama dalam menyelesaikan tugas kelompok, sedangkan
struktur insentif kooperatif merupakan sesuatu yang membangkitkan motivasi
individu untuk bekerja sama mencapai tujuan kelompok. Struktur insentif
dianggap sebagai keunikan dari pembelajaran kooperatif, karena melalui struktur
ini setiap anggota kelompok bekerja keras untuk belajar, mendorong dan
memotivasi anggota lain menguasai materi pelajaran, sehingga mencapai tujuan
kelompok.
Keterampilan kooperatif sebagaimana diungkapkan
oleh Lundgren (1994) terdiri dari 3 bentuk.
1.
Keterampilan kooperatif
awal
Keterampilan ini meliputi : menggunakan
kesempatan, menghargai konstribusi, mengambil giliran dan berbagi tugas, berada
dalam kelompok, berada dalam tugas berbicara, menyelesaikan tugas pada
waktunya, menghormati perbedaan individu.
2.
Keterampilan kooperatif
tingkat menengah
Keterampilan ini meliputi : menunjukkan
penghargaan dan simpati, mengungkapkan ketidaksetujuan dengan cara yang dapat
diterima, mendengarkan dengan aktif, bertanya, membuat ringkasan, menafsirkan,
mengatur dan mengorganisir, menerima tanggung jawab, mengurangi ketegangan.
3.
Keterampilan kooperatif
tingkat mahir
Keterampilan ini meliputi : mengelaborasi,
memeriksa dengan cermat, menyatakan kebenaran, menetapkan tujuan, berkompromi.
Dalam pembelajaran yang menggunakan pembelajaran
kooperatif terdapat enam langkah utama atau tahapan, yaitu sebagai berikut :
Fase
|
Indikator
|
Kegiatan Guru
|
1
|
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
|
Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai pada pelajaran tersebut, dan memotivasi siswa belajar.
|
2
|
Menyajikan informasi
|
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan
mendemonstrasikan, atau melalui bahan bacaan.
|
3
|
Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok
belajar
|
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana membentuk
kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara
efisien
|
4
|
Membimbing kelompok bekerja dan belajar
|
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat
mereka mengerjakan tugas
|
5
|
Evaluasi
|
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang
telah dipelajari, atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya
|
6
|
Memberikan penghargaan
|
Guru mencari cara-cara untuk menghargai upaya atau
hasil belajar individu maupun kelompok
|
Anita Lie (2005) menyebutkan bahwa dalam
pembelajaran kooperatif terdapat lima prinsip, yaitu sebagai berikut :
1.
Prinsip ketergantungan
positif, yaitu keberhasilan dalam penyelesaian tugas tergantung pada usaha yang
dilakukan oleh kelompok tersebut. keberhasilan kerja kelompok ditentukan oleh
kinerja masing-masing anggota kelompok. Oleh karena itu, semua anggota dalam
kelompok alan merasa saling ketergantungan.
2.
Tanggung jawab
perseorangan, yaitu keberhasilan kelompok sangat tergantung dari masing-masing
anggota kelompknya. Oleh karena itu, setiap anggota kelompok mempunyai tugas
dan tanggung jawab yang harus dikerjakan dalam kelompok tersebut.
3.
Interaksi tatap muka,
yaitu memberikan kesempatan luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap
muka dalam melakukan interaksi dan diskusi untuk saling memberi dan menerima
informasi dari kelompok lain.
4.
Partisipasi dan
komunikasi, yaitu melatih siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dan
berkomunikasi dalam kegiatan pembelajaran.
5.
Evaluasi proses kelompok,
yaitu menjadwalkan waktu secara khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses
kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka, agar selanjutnya dapat bekerjasama
lebih efektif.
Untuk mengimplementasikan pembelajaran kooperatif, dapat
ditempuh prosedur sebagai berikut :
1.
Penjelasan materi : tahap
ini merupakan tahapan penyampaian pokok-pokok materi pembelajaran sebelum siswa
belajar dalam kelompok. Tujuan utama tahapan ini adalah pemahaman siswa
terhadap pokok materi pelajaran.
2.
Belajar kelompok :
tahapan ini dilakukan setelah guru memberikan penjelasan materi dan siswa
bekerja dalam kelompok yang telah dibentuk sebelumnya.
3.
Penilaian : penilaian
dalam pembelajaran kooperatif bisa dilakukan melalui tes atau kuis yang
dilakukan secara individual atau kelompok. Tes individu akan memberikan
penilaian kemampuan individu, sedangkan kelompok akan memberikan penilaian pada
kemampuan kelompoknya.
2.5.
Metode Pembelajaran Kooperatif
Berbicara tentang
pembelajaran kooperatif, dalam metode ini memiliki kecendrungan dimana siswa
dididik dengan menekankan berfikir, berlatih, demokratis, aktif, dan saling
memberi dan menerima. Ide pembelajaran kooperatif muncul dari filosofi yang
mengemukakan agar seseorang dapat belajar, maka ia harus mempunyai teman atau
pasangan dalam kegiatan belajar dengan tujuan untuk mengajak memecahkan
masalah. Pemikiran yang melandasi hal tersebut adalah sifat manusia yang saling
membutuhkan. Kondisi tersebut juga terjadi dalam pendidikan karena siswa tidak
dapat mengisolasi dirinya dari rekan – rekan sekelasnya, oleh karena itu setiap
siswa harus dapat bekerja sama dengan siswa lain.
Sesuai dengan pendapat
Ibrahim dkk (2000:19), yang menyatakan bahwa suatu kerangka teoritis dan
empiris yang kuat, pembelajaran kooperatif yang mencerminkan pandangan manusia
belajar dari pengalaman mereka dan berpartisipasi aktif dalam kelompok kecil
membantu siswa belajar keterampilan sosial yang penting, sementara itu secara
bersamaan mengembangkan sikap demokratis dan keterampilan logis. Berdasarkan
pendapat ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif
mendidik siswa untuk dapat lebih memahami konsep – konsep dan masalah yang
sulit karena dalam pembelajaran kooperatif
lebih cenderung pada pembelajaran bersama dalam kelompok kecil, sehingga
siswa dapat saling bekerja sama dan mendiskusikan masalah dengan anggota
kelompoknya.
Pada pembelajaran
kooperatif diajarkan keterampilan – keterampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik di
dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang baik, pembicara yang baik dan
teliti dalam menyelesaikan pembahasan dalam bentuk diskusi dalam tiap kelompok.
Dalam metode ini terdapat 5 prinsip dasar yaitu, Saling ketergantungan positif,
tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunakasi antar anggota, dan
evaluasi. Dalam 5 prinsip tersebut menuntut kerja sama siswa dan saling
ketergantungan dalam struktur tugas, dimana maksud dari struktur tugas yaitu
bahwasanya siswa melakukan kegiatan secara bersama – bersama, berikutnya yaitu
struktur tujuan yang maksdunya tiap – tiap individu dalam kelompok harus aktif
dalam menyumbang ide untuk mencapai suatu tujuan, terakhir yaitu hadiah yang
dimaksud hadiah yaitu suatu keberhasilan individu adalah atas usaha secara
bersama.
Dalam metode
pembelajaran kooperatif (cooperative
learning) ini juga memiliki kelebihanya dan kekuranganya yaitu dimulai dari
kelebihan dari metode ini yaitu, metode ini memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menemukan konsep sendiri dan cara memecahkan masalah, memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menciptakan kreatifitas dalam melakukan
komunikasi dengan teman sekelompoknya, membiasakan siswa untuk bersikap terbuka
dan tegas, meningkatkan motivasi belajar, membantu guru dalam mencapai tujuan
pembelajaran, mendorong motivasi guru untuk menciptakan media pengajaran,
karena media begitu penting dalam pembelajaran kooperatif, membuat peserta
didik untuk menjadi pribadi yang berkembang dengan sendirinya karena
pengembangan diri.
Setelah membahas
kelebihan metode pembelajaran kooperatif, selanjutnya metode ini juga memiliki
kelemahanya yaitu, memakan waktu yang cukup lama untuk melakukan diskusi,
seperti belajar kelompok, siswa yang menguasai jalanya diskusi sehingga siswa
yang kurang pandai kurang kesempatan dalam menyatakan pendapatnya. Selain itu
dalam metode ini juga kelemahanya terdapat suatu kelompok yang asing dan sulit
diajak untuk bekerja sama.
1.
Metode Pembelajaran Kooperatif Jigsaw
Dalam pembahasan ini
khususnya akan membahas mengenai metode pembelajaran Jigsaw. Dimana kata jigsaw
ini muncul yang artinya gergaji ukir, jadi pembelajaran Jigsaw juga mengambil
pola cara bekerja sebuah gergaji.
Dalam metode Jigsaw,
siswa melakukan suatu kegiatan belajar dengan cara bekerja sama dengan cara
bekerja sama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan bersama, dalam perspektif
historisnya metode pembelajaran Jigsaw adalah
tipe pembelajaran kooperatif yang diterapkan dan dikembangkan oleh Elliot
Aronson’s di Universitas Texas pada tahun 1971 dan di publikasikan pada tahun
1978. Pada awalnya penelitian ini dipakai untuk tujuan agar mengurangi rasa
kompetisi pembelajar dan masalah ras yang terdapat dalam suatu kelas, dan untuk
pertama kalinya orang kulit putih Amerika berada dalam satu kelas terhadap
orang Amerika berkulit hitam, dan situasi ini mengancam lingkungan belajar
mereka. Akhirnya pada tahun 1971, Elliot dan kawan – kawanya menerapkan jigsaw
dalam kelas tanpa memandang ras dimana tiap pembelajar bergantung kepada
anggota kelomponya untuk mencapai informasi.
model pembelajaran ini didesain untuk meningkatkan rasa tanggung
jawabnya siswa terhadap pembelajaran sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa
tidak haanya mempelajari materi yang diajarkan , tetapi mereka juga harus
memberikan dan mengajarkan materi tersebut kepada kelompoknya sehingga
kemampuan secara kognitif maupun jiwa sosial siswa juga sangat di perlukan.
Dalam pengertianya
lebih lanjut, metode pembelajaran jigsaw adalah sebuah tipe model pembelajaran
kooperatif yang lebih menitikberatkan pada kerja kelompok siswa dalam bentuk
kelompok kecil yang terdiri dari empat atau sampe enam orang dan tentunya juga
tergantung jumlah siswa dalam satu kelas secara heterogen, dan siswa
bekerjasama, saling ketergantungan positif dan tanggung jawab secara mandiri (Responsibility). Pada kegiatan
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, permasalahan yang dihadapi setiap kelompok
sama, dan disebut sebagai ahli yang bertugas membahas tentang pembahasan yang
sedang dibahas, kemudian hasil pembahasan tersebut dibawa ke kelompok asal, dan
disampaikan pada anggota kelompoknya.
Dalam tipe pembelajaran
kooperatif Jigsaw ini juga memiliki kelebihan dan kekuranganya, pertama dimulai
dari kelebihan dari tipe jigsaw yaitu untuk mempermudah pekerjaan guru dalam
hal mengajar, karena sudah ada tim ahli yang bertugas menjelaskan materi kepada
rekan – rekanya, pemerataan materinya dapat dicapai dalam waktu singkat,
melatih siswa untuk berbicara dan berstatement, menimbulkan suatu interaksi
antar kelompok.
setelah membahas
kelebihan dari tipe jigsaw, selanjutnya tipe ini juga memiliki kelemahan –
kelemahanya yaitu prinsip utama pembelajaran ini adalah peer teaching yang artinya pembelajaran oleh teman sendiri dan ini
akan menjadi kendala karena perbedaan pendapat dan pemikiran dalam pemahaman
konsep yang akan didiskusikan bersama siswa lain, kelemahan berikutnya yaitu
tidak semua siswa memiliki rasa percaya diri dalam berdiskusi menyampaikan
materi kepada temanya, butuh waktu yang cukup dan persiapan yang matang sebelum
model pembelajaran ini diterapkan, data siswa tentang nilai, kepribadian,
perhatian siswa harus sudah dimiliki oleh guru, dan butuh waktu yang sangat lama
untuk mengenali tipe – tipe masing siswa, model pembelajaran ini sulit
diterapkan pada kelas yang memiliki jumlah siswa di bawah angka 40 siswa.
Setelah membahas
kelebihan dan kekurangan dari tipe pembelajaran jigsaw, tentunya dalam tipe ini
juga memiliki teknik – tekniknya dalam pelaksanaan model pembelajaran jigsaw
yaitu :
1. Membentuk
kelompok heterogen yang beranggotakan 4 – 6 orang
2. Tiap
orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda – beda
3. Tiap
orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan
4. Anggota
tim yang berbeda telah mempelajari bagian atau sub bab yang sama, bertemu dalam
kelompok baru untuk mendisukusikan bagian sub bab mereka.
5. Setelah
usai diskusi sebagai tim ahli, tiap anggota kembali ke kelompok asal dan
bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai
dan tiap anggota lainya mendengarkanya
6. Tiap
tim ahli mempresntasikan hasil diskusi
7. Guru
memberi evaluasi
8. Penutup
2.
Student Team Achievement Division (STAD)
Student
Teams Achievement Division (STAD) merupakan salah satu metode atau pendekatan
dalam pembelajaran kooperatif yang sederhana dan baik untuk guru yang baru
mulai menggunakan pendekatan kooperatif dalam kelas. Pembelajaran kooperatif
tipe STAD dikembangkan pertama kali oleh Robert Slavin dan teman – temannya di
Universitas John Hopkins.
STAD
juga merupakan suatu metode pembelajaran kooperatif yang efektif, proses
pembelajaran yang efektif adalah yang melibatkan siswanya dalam proses
pembelajaran. Tak hanya guru memberikan penjelasan didepan kelas dan siswa
mencatat semuanya tanpa ada interaksi yang efektif. Dalam tipe ini, masing –
masing kelompok memiliki kemampuan akademik yang heterogen. Sehingga dalam satu
kelompok akan ada satu siswa berkemampuan tinggi, dua orang berkemampuan
sedang, dan satu siswa berkemampuan rendah.
1.
Komponen
utama STAD
Lima
komponen utama pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu : Penyajian / Presentasi
kelas, belajar kelompok (tim), kuis, skor kemajuan individual, dan rekognisi
kelompok.
Berikut
ini uraian selengkapnya dari pembelajaran kooperatif tipe StudentTeams
Achievement Division (STAD) :
a.
Penyajian
/ Presentasi kelas.
Tujuan
utama dari pengajaran ini adalah guru menyajikan materi pelajaran sesuai dengan
yang direncanakan. Setiap awal dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD selalu
dimulai dengan penyajian kelas. Hal ini merupakan pengajaran langsung seperti
yang sering dilakukan atau didiskusikan yang dipimpin oleh guru, tetapi bisa
juga memasukkan presentasi audio – visual.
Guru
menyampaikan pada siswa apa yang hendak mereka pelajari dan mengapa hal itu
penting. Timbulkan rasa ingin tahu siswa dengan demonstrasi yang menimbulkan
teka-teki, atau cara lain. Guru membentuk siswa bekerja dalam kelompok untuk
menemukan konsep atau merangsang keinginan mereka pada pelajaran tersebut. Dan
ulangi secara singkat keterampilan atau informasi yang merupakan syarat mutlak.
b.
Belajar
kelompok (tim)
Siswa
dibagi menjadi beberapa kelompok, tiap kelompok terdiri 4 – 5 orang, dimana
mereka mengerjakan tugas yang diberikan. Tim merupakan ciri yang penting bagi
tipe STAD. Pada setiap hal, yang ditekankan adalah membuat anggota tim
melakukan yang terbaik untuk tim, dan tim pun melakukan yang terbaik untuk
membantu tiap anggotanya.
Selama
belajar kelompok, tugas anggota kelompok adalah menguasai materi yang diberikan
guru dan membantu teman satu kelompok untuk menguasai materi tersebut. Jika ada
kesulitan, murid yang merasa mampu harus membantu murid yang kesulitan. Fungsi
utama dari tim ini adalah untuk memastikan bahwa semua anggota tim benar –
benar belajar, dan lebih khusus lagi untuk mempersiapkan anggotanya agar bisa
mengerjakan kuis dengan baik. Setelah guru menyampaikan materi, tim berkumpul
untuk mempelajari lembar kegiatan atau materi lainnya.
Selanjutnya
langkah-langkah yang dilakukan guru sebagai berikut :
1) Mintalah
anggota kelompok memindahkan meja / bangku mereka bersama-sama dan pindah
kemeja kelompok.
2) Bagikan
lembar kegiatan siswa.
3) Serahkan
pada siswa untuk bekerja sama dalam pasangan, bertiga atau satu kelompok utuh,
tergantung pada tujuan yang sedang dipelajari. Jika mereka mengerjakan soal,
masing-masing siswa harus mengerjakan soal sendiri dan kemudian dicocokkan
dengan temannya. Jika salah satu tidak dapat mengerjakan suatu pertanyaan,
teman satu kelompok bertanggung jawab menjelaskannya. Jika siswa mengerjakan
dengan jawaban pendek, maka mereka lebih sering bertanya dan kemudian antara
teman saling bergantian memegang lembar kegiatan dan berusaha menjawab
pertanyaan itu.
5) Tekankan
pada siswa bahwa mereka belum selesai belajar sampai mereka yakin teman-teman
satu kelompok dapat mencapai nilai sampai 100 pada kuis. Pastikan siswa
mengerti bahwa lembar kegiatan tersebut untuk belajar tidak hanya untuk diisi
dan diserahkan. Jadi penting bagi siswa mempunyai lembar kegiatan untuk
mengecek diri mereka dan teman-teman sekelompok mereka pada saat mereka
belajar. Ingatkan siswa jika mereka mempunyai pertanyaan, mereka seharusnya
menanyakan teman sekelompoknya sebelum bertanya guru.
6) Sementara
siswa bekerja dalam kelompok, guru berkeliling dalam kelas. Guru sebaiknya
memuji kelompok yang semua anggotanya bekerja dengan baik, yang anggotanya
duduk dalam kelompoknya untuk mendengarkan bagaimana anggota yang lain bekerja
dan sebagainya.
c.
Kuis
/ tes indivdu
Tes
individu (kuis) dikerjakan siswa secara mandiri. Diantara siswa tidak
diperbolehkan untuk saling membantu dalam mengerjakan kuis. Sehingga setiap
siswa bertanggungjawab secara individu untuk memahami materinya. Hal ini
bertujuan untuk menunjukkan apa saja yang telah diperoleh siswa selama belajar
dalam kelompok. Hasil kuis digunakan sebagai nilai perkembangan individu dan
disumbangkan dalam nilai perkembangan kelompok.
d.
Skor
kemajuan individual
Selanjutnya,
skor yang didapatkan dari hasil tes dicatat guru untuk dibandingkan dengan
hasil prestasi sebelumnya. Dari hasil test individual ini akan diketahui mana
kelompok yang melakukan diskusi dengan baik. Oleh karena itu sangat penting
dalam pembagian kelompok yang ideal.
e.
Rekognisi
kelompok
Langkah
pertama yang harus dilakukan pada kegiatan ini adalah menghitung nilai kelompok
dan nilai perkembangan individu. Penghargaan didasarkan nilai rata – rata tim,
sehingga dapat memotivasi mereka.
2.
Tahap
pelaksanaan pembelajaran model STAD
a.
Persiapan
Sebelum
menyajikan materi, menurut Arifin (1991:33) guru harus mempersiapkan lembar
kegiatan yang akan dipelajari murid – murid dalam kelompok – kelompok
kooperatif. Kemudian menetapkan murid dalam kelompok heterogen dengan jumlah
maksimal 4 – 6 orang. Aturan heterogenitas dapat berdasarkan pada : 1)
Kemampuan akademik (pandai, sedang dan rendah) yang diperoleh dari hasil
akademik (skor awal) sebelumnya. Pembagian tersebut harus diseimbangkan sehngga
setiap kelompok terdiri dari murid dengan tingkat prestasi seimbang. 2) Jenis
kelamin, 3) Latar belakang sosial, 4) Kesenangan bawaan/sifat (pendiam atau
aktif) dan lain – lain.
b.
Penyajian
materi pelajaran
1)
Pendahuluan
Dalam
tahap ini guru perlu menekankan apa yang akan dipelajari siswa dalam kelompok,
dan menginformasikan hal yang penting untuk memotivasi rasa ingin tahu siswa
tentang konsep – konsep yang akan mereka pelajari.
2)
Pengembangan
Dilakukan
pengembangan materi yang sesuai, yang akan dipelajari siswa dalam kelompok.
Disini siswa belajar untuk memahami makna, bukan hapalan. Guru harus memberikan
penjelasan tentang benar atau salah pada pertanyaan – pertanyaan tersebut. Jika
siswa telah memahami satu konsep, maka dapat beralih ke konsep lain.
3)
Prakter
terkendali
Prakterk
dilakukan dalam menyajikan materi dengan cara menyuruh siswa mengerjakan soal, memanggilnya
siswa secara acak untuk menjawab atau menyelesaikan masalah agar siswa selalu
siap.
c.
Kegiatan
kelompok
Guru
membagikan lembar kerja siswa kepada setiap kelompok sebagai bahan yang akan
dipelajari siswa. Guru memberi bantuan dengan memperjelas perintah, mengulang
konsep, dan menjawab pertanyaan. Dalam kegiatan kelompok ini, siswa bersama –
sama mendiskusikan masalah yang dihadapi, membandingkan jawaban atau
memperbaiki miskonsepsi.
Sementara
siswa bekerja dalam kelompok, guru berkeliling dalam kelas. Guru sebaiknya
memuji kelompok yang semua anggotanya bekerja dengan baik, yang anggotanya
duduk dalam kelompoknya untuk mendengarkan bagaimana anggota yang lain bekerja
dan sebagainya.
d.
Evaluasi
Dilakukan
selama 45 – 60 menit secara mandiri untuk menunjukkan yang telah dipelajari
siswa selama bekerja dalam kelompok. Hasil evaluasi digunakan sebagai nilai
perkembangan individu dan disumbangkan sebagai nilai perkembangan kelompok.
e.
Penghargaan
kelompok
Dari
hasil nilai perkembangan, maka penghargaan pada prestasi kelompok diberikan
dalam tingkatkan penghargaan seperti kelompok super, hebat, baik.
f.
Perhitungan
ulang skor awal dan pengubahan kelompok
Dalam
satu periode penilaian (3 – 4 mingu) dilakukan perhitungan ulang skor evaluasi
sebagai skor awal siswa yang baru. Kemudian dilakukan perubahan kelompok agar
siswa dapat berkerja dengan teman yang lain.
3.
Kelebihan
dan kekurangan metode STAD
Setiap
model pembelajaran selalu ada kelemahan dan kelebihannya. Dalam penggunaan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD terdapat kelebihan dan kekurangannya.
Kelebihannya
adalah sebagai berikut :
a.
Membuat
siswa lebih mudah memahami semua materi pembelajaran yang diberikan.
b.
Dapat
memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dengan siswa lain.
c.
Dalam
proses belajar mengajar siswa saling ketergantungan positif.
d.
Setiap
siswa dapat saling mengisi satu sama lain.
e.
Siswa
pandai biasanya enggan disatukan dengan siswa yang kurang pandai, begitu pula
siswa yang kurang pandai sering merasa minder dengan siswa yang pandai. Dengan
adanya metode ini, dapat meleburkan dan menjadi wadah agar siswa bisa saling
melengkapi dan belajar satu sama lain.
Adapun
kekurangan dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah:
a.
Membutuhkan
waktu yang lama
b.
Apabila
jumlah kelompok tidak diperhatikan akan membuat diskusi tidak efektif.
c.
Guru
harus selalu mengawasi proses diskusi supaya siswa tetap aktif dalam kelompok.
3.
Metode Investigasi Kelompok
Investigasi
kelompok mungkin merupakan model pembelajaran kooperatif yang paling kompleks
dan paling sulit untuk diterapkan. Model ini pertama kali dikembangkan oleh
Thelan. Berbeda dengan STAD dan jigsaw , dalam metode investigasi kelompok ini
siswa terlibat dalam perencanaan, baik topik yang dipelajari maupun bagaimana
jalannya penyelidikan mereka.
Ada 6 tahap
investigasi kelompok:
1. Pemilihan
topik
Siswa
memilih subtopik khusus didalam suatu daerah masalah umum yang biasanya ditetapkan
oleh guru. Selanjutnya siswa diorganisasikan menjadi 2 sampai 6 anggota flap
kelompok, dan menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas. Komposisi
kelompok hendaknya heterogen secara akademis maupun etnis.
2. Perencanaan
kooperatif
Siswa
dan guru merencanakan prosedur pembelajaran , tugas, dan tujuan khusus yang
konsisten dengan subtopik yang telah dipilih dalam tahap pertama
3. Implementasi
Siswa
menerapkan rencana yang telah mereka kembangkan di dalam tahap kedua, Kegiatan pembelajaran
hendaknya melibatkan ragam aktivitas dan keterampilan yang luas dan mengarahkan
siswa kepada jenis-jenis sumber belajar yang berbeda, baik didalam atau di luar
sekolah. Guru secara ketat mengikuti kemajuan tiap kelompok dan menawarkan
bantuan bila diperlukan.
4. Analisis dan
sintesis
Siswa
menganalisis dan mengevaluasi informasi yang diperoleh pada tahap ketiga, dan merencanakan
bagaimana informasi tersebut diringkas dan disajikan dengan cara yang menarik.
5. Presentasi hasil final
Semua
kelompok menyajikan hasil penyelidikannya dengan cara yang menarik kepada semua
siswa yang menjadi audience.
6. Evaluasi
Evaluasi
yang dilakukan bisa berupa penilaian individual atau kelompok.
4.
Pendekatan Struktural
Tipe
PS dikembangkan oleh Spencer Kagen, dkk. Pendekatan ini memberi penekanan pada
penggunaan struktur tertentu yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi
siswa.
Terdapat
dua macam struktur PS yang terkenal, yaitu think-pairshare (TPS) dan
numbered-head-togther (NHT).
a. Struktur
think-pair-share (TPS)
Struktur
TPS memiliki langkah-langkah yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi
siswa waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab, dan saling membantu satu
sama lain. Adapun langkah-langkah yang dimaksud adalah sebagai berikut:
Langkah
1: Thinking (berpikir): Guru mengajukan suatu pertanyaan atau isu yang
berhubungan dengan pelajaran, kemudian meminta siswa untuk memikirkan
pertanyaan atau isu tersebut secara mandiri untuk beberapa saat.
Langkah
2: Pairing (berpasangan): Guru meminta siswa berpasangan dengan siswa yang lain
untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkannya pada tahap berpikir. Interaksi
pada tahap ini diharapkan dapat berbagi jawaban jika telah diajukan suatu
pertanyaan atau berbagi ide jika suatu persoalan khusus telah diidentifikasi. Biasanya
guru memberi waktu 4 – 5 menit untuk berpasangan.
Langkah
3: Sharing (berbagi): pada langkah akhir, guru meminta kepada pasangan untuk
berbagi dengan seluruh kelas tentang apa yang telah mereka bicarakan. Ini
efektif dilakukan dengan cara bergiliran pasangan demi pasangan, sampai sekitar
seperempat pasangan telah mendapat kesempatan untuk melaporkan.
b. Struktur Numbered-Head-Together (NHT)
Struktur
NHT biasanya juga disebut berpikir secara berkelompok adalah suatu pendekatan
yang dikembangkan oleh Spencer Kagen. NHT digunakan untuk melibatkan lebih
banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan
mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Sebagai gantinya
mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas.
Langkah-langkah
pembelajarannya adalah sebagai berikut:
Langkah
1: Penomoran: Guru membagi siswa ke dalam kelompok beranggota 3 – 5 orang
dan
setiap anggota kelompok diberi nomor 1 sampai 5.
Langkah
2: Mengajukan pertanyaan: Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa.
Pertanyaan
dapat bervariasi. Pertanyaan dapat spesifik dan dalam bentuk kalimat tanya atau
bentuk arahan.
Langkah
3: Berpikir bersama: Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan
itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban itu.
Langkah
4: Menjawab: Guru memanggil siswa dengan nomor tertentu, kemudian siswa yang
nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan
untuk seluruh kelas.
BAB
III
KESIMPULAN
Pembelajaran kooperatif adalah
yang mengutamakan kerja sama untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran
kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara
siswa belajar dalam sebuah kelompok-kelompok kecil secara kolaborasi (campuran)
yang anggotanya hanya berjumlah 4 atau 6 orang saja, dengan struktur kelompok
yang bersifat heterogen (berbeda-beda).
Sedangkan strategi pembelajaran kooperatif
merupakan serangkaian kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh siswa di dalam
kelompok-kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Dalam
kegiatan pembelajaran yang dilakukan tenaga pendidik terhadap peserta didik,
juga memerlukan strategi dalam pembelajaran, ada banyak model pembelajaran
khususnya dalam pembahasan ini membahas tentang strategi pembelajaran ini akan
membahas tentang Metode pembelajaran kooperatif yakni metode Jigsaw, STAD, investigasi
kelompok dan pendekatan struktural.
DAFTAR
PUSTAKA
Majid, Abdul. 2014. Strategi Pembelajaran. Bandung : Remaja
Rosdakarya.
Soekanto,
Toeti., dkk. 1992. Prinsip Belajar dan
Pembelajaran. Jakarta : Depdiknas Dirjen PT, PAU.
Stevanus,
Ivan. 2011. Kwi 115 Belajar Pembelajaran.
Jakarta : Universitas Katolik Atma
Jaya.
Sorayadwikartika.blogspot.co.id/2013/11/strategi-pembelajaran-kooperatif.html?m=1,
diunduh pada Kamis,
29 September 2016